Kunjungan ke kantor pusat Great Wall Motors (GWM) memberikan kami kesempatan untuk berjumpa dengan Parker Shi. Ia adalah orang yang bertanggung jawab atas perkembangan pesat GWM di pasar otomotif global. Jabatan yang menempel pada pria ini adalah VIce President GWM Global.
Eropa, Australia, ASEAN, hingga Afrika Selatan menjadi pasar andalan GWM di kancah otomotif dunia. Shi, memainkan peranan signifikan dalam penetrasi perusahaannya. Percakapan jadi menarik karena menurutnya, untuk bisa sukses di pasar global investasi dan inovasi adalah harga mati.
Jangan Menyuapi Pasar
Ia mencontohkan, pasar otomotif India. Di negara tersebut, pangsa pasar otomotifnya jarang diberikan inovasi. “Coba perhatikan, hingga MG hadir dengan Hector (Wuling Almaz) bentuk dan teknologi kendaraan roda empat di negara itu tidak berkembang. Hector hadir menawarkan mobil dengan layar infotainment besar. Konsumen langsung suka,” kata Shi. Sekarang, Anda bisa lihat pasar di negara tersebut berevolusi.
“Jadi jangan bilang market tidak perlu (inovasi) ini dan itu. Tapi beritahu pasar, kita punya teknologi dan fitur yang mungkin Anda akan suka.”
Pernyataan ini bertolak belakang dengan APM di Indonesia, yang kerap bilang “Pasar tidak memerlukan fitur A, pasar tidak butuh fitur B.” “Bagaimana mau memberikan perubahan kalau konsumen tidak tahu ada sesuatu yang menarik untuk ditawarkan?” tambah Shi.
Contoh paling signifikan di pasar otomotif tanah air, saat Mitsubishi Xpander hadir dengan desain dan rekayasa yang sama sekali berbeda dengan petahana di pasar low MPV, Xenia-Avanza. Mobil itu langsung melejit, memaksa kompetitornya untuk berbenah secepatnya.
Jadi Lebih Baik
Menurut Parker Shi, kesuksesan tidak bisa diraih dalam hitungan waktu. Tapi kalau mau berhasil, harus bisa fokus. “Fokus di satu segmen dan jadi yang teratas (di segmen itu). Lalu lanjut ke segmen lain. Ini adalah filosofi perusahaan kami: Improve little by little, every day,” tegas Shi.
Menurutnya, filosofi itu realistis. Tidak perlu mimpi tinggi-tinggi, tapi pikir bagaimana caranya meraih target dengan cara yang praktis dan realistis. Dengan catatan, Anda sudah punya rencana jangka panjang yang jadi basisnya.
“Ini juga berlaku untuk pasar internasional. Tidak bisa main coba-coba. “Tapi harus punya rencana paling tidak untuk lima hingga enam tahun ke depan.” Parker Shi mencontohkan pasar Thailand di kawasan ASEAN. “Perlu waktu empat tahun untuk punya pabrik di Thailand. Itupun kami ambil alih dari General Motors.”
Untuk informasi, mereka mengambil alih pabrik di Rayong, Thailand pada 2020 lalu. Proses penyesuaian memerlukan waktu tiga tahun dan pada Januari 2023 GWM resmi memproduksi mobil pertama di Thailand, Ora 03 EV (Ora Cat). Total investasi untuk pabrik ini hingga US $343 juta.
Bicara pabrik, di Indonesia mereka akan melakukan perakitan lokal, segera. Lokasi pusat perakitan ini ada di Wanaherang, Bogor. Mengambil alih fasilitas yang dulunya milik Daimler Group.
Pabrik ini tidak sepenuhnya dimiliki oleh GWM, melainkan dikuasai Inchcape, rekanan distributornya di tanah air. Langkah tersebut demi mempercepat mereka melakukan proses CKD. Lagi-lagi ini harus dilakukan. Menurut Shi, sebuah produsen mobil tidak bisa mengandalkan impor dalam bentuk CBU terus.
Hal ini pastinya sejalan dengan mekanisme bisnis otomotif. Kalau mau maju, lakukan perakitan di negara yang strategis. Ia mencontohkan, GWM juga mengambil alih pabrik Daimler di Brazil. “Jangan terus-terusan (impor) CBU, kalau mau brand-nya membesar. Lakukan CKD,” tegasnya.
Tidak Buru-buru
Menarik melihat pergerakan GWM yang bisa dibilang agak bertolak belakang dengan pabrikan lainnya. Saat produsen mobil Cina mendorong mobil listrik murni, mereka pilih yang disebut NEV (New Energy Vehicle) yang isinya mobil mild hybrid, hybrid, plug-in hybrid, EV hingga FCEV. Mirip seperti yang dilakukan pabrikan Jepang.
Keinginan mereka untuk berinovasi terlihat di produk mereka yang dipasarkan di Indonesia, Tank 500 dan Haval H6. Tank 500 menyuguhkan mobil ladder frame dengan kemampuan off road sesungguhnya dikombinasikan dengan kemewahan SUV premium dan teknologi mild hybrid. Mobil ini menyenggol kelengkapan sebuah Toyota Land Cruiser dengan harga Hyundai Santa Fe.
Kedua, Haval H6. Ukurannya seperti Honda CR-V, sama-sama berpenggerak hybrid bermesin 1,5 liter turbo. H6 dibekali fitur yang inovatif, seperti autonomous parking (parkir otomatis). Harganya lebih murah pula.
APM eksisting di Indonesia perlu waspada melihat merek Cina yang satu ini. Bukan apa-apa, mereka masuk di pasar yang saat ini paling masuk akal dengan produk hybrid. Mereka bahkan tidak buru-buru memasarkan EV Ora 03. Mobil ini rencananya akan dipasarkan menjelang akhir tahun 2024, menunggu kesiapan pabrik Wanaherang.