BMW XM Label Red Siap Taklukkan Pikes Peak Hill Climb 2023

Masih beberapa bulan lagi menjelang dimulainya balap Pikes Peak International Hill Climb tahun ini. Event yang kali ini merupakan penyelenggaraan ke-101. Tercatat sebanyak 74 starter yang akan mencoba menaklukkan trek Pikes Peak pada 25 Juni 2023 mendatang. Salah satunya adalah BMW XM Label Red.

Trek berliku Pikes Peak yang menantang dan ekstrem akan menjadi ajang unjuk kemampuan bagi SUV plug-in hybrid paling perkasa dari BMW ini. Tak tanggung-tanggung, aksi XM Label Red di Pikes Peak akan dipiloti oleh Matt Mullins, chief driving instructor BMW Performance Driving School.

Pintu mobil Mullins nantinya akan dilabeli nomor start 735, sama dengan performa mesin Label Red yang di angka 735 HP. Sungguh hal yang sangat kebetulan.

Penonton Tidak Peduli

Pada dasarnya, para penonton balap Pikes Peak tak akan peduli apakah mobil yang berlaga menggunakan motor listrik, mesin turbo atau plug-in hybrid sekalipun. Karena hanya mobil perkasa saja yang mampu melibas 156 tikungan dengan kecepatan sangat tinggi di trek menanjak nan ekstrem sepanjang 19,8 km.

Versi standard XM (non-Label Red) memiliki output tenaga maksimum 644 horsepower dengan torsi 750 Nm. Ya, itu adalah racikan bawaan pabrik dari BMW M-Division yang membuat mobil seharga $159.995 ini menyandang emblem “M”.

Versi XM racikan M-Technik paling perkasa

Mobil dengan garis striping warna merah yang label harganya mulai dari $185.995 ini pun dibuat dalam jumlah yang sangat terbatas.

Masih belum dapat dipastikan apakah Mullins bakal mengandalkan performa ‘standard’ XM Label Red yang bertenaga 735 HP dengan torsi 1.000 Nm. Ataukah tim engineer BMW M masih akan menguras lagi setup performa XM Label Red?

Apakah BMW XM Label Red bakal mencapai garis finish yang berada di ketinggian 4.282,4 meter di atas permukaan laut? Kita tunggu kabarnya. Kami juga penasaran. 

Aston Martin Vantage GT3

Perdana, Aston Martin Vantage GT3 Berlaga Di Lomba Pikes Peak

Untuk pertamakalinya dalam sejarah, Aston Martin akhirnya bakal berlaga di ajang balap ekstrem Pikes Peak Hill Climb. Tahun ini merupakan gelaran “Race to the Cloud” yang ke-101. Brand mobil asal Inggris ini akan menggunakan Vantage GT3 Pikes Peak.

Mereka mengontrak pembalap asal Inggris yang pertamakali menjuarai balap Pikes Peak. Namanya Robin Shute. Ia adalah juara umum Pikes Peak tahun 2022 lalu. Merupakan pembalap Inggris pertama yang berhasil menjuarai balap mendaki gunung ini. Bahkan hingga tiga kali! Gelar “King of The Mountain” pun dianugerahkan pada Shute atas prestasi yang diraihnya.

Berbeda dari balapan sejenis, para peserta Pikes Peak diperkenankan melakukan sesi uji coba di luar jadwal balap. Para pembalap dapat memilih bagian tertentu di luar rute balap Pikes Peak. Sementara untuk sesi uji coba rute lintasan asli secara penuh hanya diperkenankan sebanyak satu kali.

Balapan di Atas Awan Tanpa Ampun

Bukan hal mudah untuk berpacu pada kecepatan tinggi secara konstan mendaki dan melibas 156 tikungan di rute sepanjang 19,8 km. Bagaikan balapan di atas awan.

Butuh fisik yang kuat dan konsentrasi tinggi untuk mengemudi pada kondisi kadar oksigen yang tipis dan tekanan udara rendah. Ditambah dengan siksaan gaya G saat ngebut dan terus menanjak dari ketinggian 1.920,2 mdpl (meter di atas permukaan laut), menuju garis akhir di ketinggian 4.282,4 mdpl!

Di balap Pikes Peak tak ada istilah ‘sesi kedua’. Bila gagal pada sesi pertama pada Race Day, maka pembalap dipersilahkan menjadi penonton dan baru dapat mendaftar kembali tahun depan. Hanya mobil dan pembalap terbaik saja yang mampu mencapai finish di atas awan. Dalam artian yang sebenarnya…

Vantage GT3 Racikan Pikes Peak

Dengan pengalamannya di ajang Pikes Peak, maka tak sulit bagi Shute untuk menghafal setiap tikungan. Hanya saja ia tetap harus beradaptasi dengan kemampuan mobil balap Aston Martin Vantage GT3 Pikes Peak yang akan dipilotinya.

Vantage GT3 Pikes Peak mengusung mesin 4.0-liter turbocharged V8. Tentu saja mesin dan juga transmisi mobil diracik khusus oleh para teknisi Aston Martin Racing. Dibantu oleh tim engineer dari Venture.

Setting mesin untuk balap Pikes Peak berbeda dari setup untuk balap sirkuit maupun rally. Terlebih untuk mobil ber-cc besar dengan perangkat turbo yang sangat membutuhkan banyak pasokan udara ke mesin.

Sementara dengan trek yang terus menanjak pada elevasi tinggi maka kadar oksigen menipis. Temperatur dan tekanan udara pun kian rendah. Cukup banyak peserta Pikes Peak yang mesin mobilnya mendadak ‘sesak nafas’ dan ngadat karena kekurangan pasokan udara.

Chip komputer manajemen mesin tak sekadar disetting untuk mengatur kurva performa maupun kinerja mesin. Seluruh sistem termasuk throthle body hingga turbo harus dikalibrasi ulang dan disetting sesuai dengan input dari sensor elevasi dan tekanan udara.

Setup sistem suspensi yang digunakan pada balap Pikes Peak pun berbeda dari mobil rally pada umumnya. Demikian pula dengan perangkat aerodinamika yang disematkan pada body mobil pun setupnya berbeda. 

Saat ini tim Aston Martin Racing tengah mempersiapkan rancang bangun mobil Vantage GT3 yang akan digunakan di Pikes Peak.

 

Pasalnya, Aston Martin tak hanya akan berkompetisi di Pikes Peak tahun ini, namun juga pada tahun 2024 dengan kategori kelas balap yang berbeda.

Untuk tahun ini Aston Martin akan ikut di kelas Time Attack 1. Pada event tahun depan rencananya Aston Martin akan mencoba peruntungan di kelas Unlimited.

 

 

Hoonipigassus, Monster Pink Pelahap Pikes Peak Yang Tersisa Dari Ken Block

Setiap mobil yang pernah dikendarai oleh mendiang Ken Block dalam aksinya memiliki kisah unik tersendiri. Salah satu yang fenomenal adalah sebuah Porsche warna pink yang dipersiapkan untuk balap Pikes Peak International Hill Climb ke-100 pada tahun 2022 lalu. Dijuluki Hoonipigassus. 

Event balap yang populer dengan sebutan “Pikes Peak” ini merupakan salah satu yang tertua di Amerika Serikat. Meski mirip balap rally, namun para peserta berlaga tanpa co-driver alias single fighter.

Dari garis START di ketinggian 1.920,2 mdpl (meter di atas permukaan laut), para pebalap melintasi rute menanjak nan ekstrem sepanjang 19,8 km pada kecepatan tinggi dan harus melibas 156 tikungan! Tentunya cukup sulit untuk berkonsentrasi di suhu udara dingin dengan kadar oksigen yang tipis. Sungguh menantang untuk dapat mencapai garis FINISH yang berada di ketinggian 4.282,4 mdpl.

Ken Block terakhir kali berlaga di Pikes Peak 2005 dengan mobil rally kelas Group-N. Pada event Pikes Peak ke-100 yang akan diikutinya ia menargetkan untuk dapat mematahkan rekor 7 menit 57,148 detik yang ditorehkan oleh mobil listrik Volkswagen I.D. R pada event ke-99 di tahun 2021. Anda tentu penasaran, Porsche seperti apa yang dipersiapkannya.

Hoonipigasus, Monster Pink Bertenaga 1.400 HP!

Mobil berkelir Pink ini merupakan hasil rancangan Trevor “Trouble” Andrew yang beken dengan julukan Guccighostas.

Hoonipigassus, monster porsche untuk Pikes Peak

Livery mobil ini terinspirasi dari Porsche 917/20 “Pink Pig” 1971 yang berkompetisi di balap ketahanan 24 Jam Le Mans. Konstruksi teknis digarap oleh Betim Berisha dari BBi Autosport bersama Hoonigan Racing Division dengan disponsori olehMobil 1. Monster yang hanya satu-satunya di dunia ini oleh Porsche diberi kode SV RSR. Tampilannya sepintas memang mirip Porsche 911 RSR. Namun ternyata rancang bangun mobil ini benar-benar berbeda dan digarap dari nol.

Di balik body serat karbon komposit Hoonipigassus, tersembunyi mesin 4.0-liter 6-silinder flat dari Porsche 911 GT3 (992). Dipasang pada sasis bagian tengah. Dengan sepasang turbo besar lansiran Garret yang dicangkokkan, peminum methanol ini memuntahkan tenaga 1.400 hp dengan torsi 1.400 Nm!  Bobot total mobil berpenggerak AWD ini pun sangat ringan, hanya 1.000 kg.

Transmisi 6-speed sequential SC90-24 milik Hoonipigassus disediakan SADEV Racing seperti yang digunakan pada Hoonicorn. Sistem ECU pengontrol mesin diadopsi dari Motec. Sebagai penghenti lajunya, seperangkat rem cakram khusus lansiran Brembo terpasang di balik velg balap Rotiform yang berbalut ban slick Toyo RS1. Sementara, suspensi aktif otomatis terkomputerisasi berteknologi F1 terpasang pada sasis berbahan serat karbon. Ayunan suspensi dan ketinggian mobil diatur oleh komputer sesuai kontur permukaan jalan yang diinput oleh sensor dan GPS.

Gagal Sebelum Berlaga

Hasil uji di sirkuit Pueblo Motorsports Park, Colorado sebulan sebelum Pikes Peak berjalan mulus. Sayang, pada sesi uji coba trek Pikes Peak, mesin mobil pecah. Target pemecahan rekor waktu di Pikes Peak pun gagal, bahkan sebelum lomba dimulai.

Ken Block menuturkan bahwa problem mesin disebabkan oleh klep mesin yang macet. Akibatnya sangat fatal. Tak hanya silinder, bahkan blok mesin pun pecah. “Soal mesin, Betim jauh lebih paham,” sahutnya sambil tertawa bersama Betim sang engineer.

“Target di Pikes Peak ke-100 memang belum tercapai. Namun masih ada waktu setahun kedepan untuk membenahi Hoonipigasus. Semoga saya bisa kembali berlaga pada Pikes Peak ke-101 di tahun 2023,” tambahnya.

Akhir 2022 lalu Hoonipigasus telah rampung direvisi. Namun sayang, Ken Block keburu pergi untuk selamanya. Hoonipigasus dan Audi S1 Hoonitron pun menjadi peninggalan terakhir dari sang “Hoonigan King”.