Hyundai Bakal Kembali Berlaga Di Pikes Peak 2024

Laga balap bergengsi Pikes Peak International Hill Climb 2024 hanya tinggal hitungan bulan. Tahun ini merupakan penyelenggaraan ke-102. Banyak pabrikan maupun privateer yang berpartisipasi. Salah satu brand yang cukup punya taji di Pikes Peak adalah Hyundai. Sejak tampil terakhir kali di tahun 2018, Hyundai bakal kembali berlaga di Pikes Peak 2024.

Siapa sangka jika brand otomotif asal Korea Selatan ini telah 32 tahun ikut berpartisipasi di rally Pikes Peak.

Hyundai vs Puncak Gunung

Hyundai Pikes peak

Tahun 1992 merupakan laga perdana Hyundai dengan mobil balap SCoupe Turbo. Pereli kawakan Rod Millen berhasil mencapai finish dalam waktu 13 menit 21,17 detik. Catatan waktu yang cukup cepat saat itu sebagai juara di kategori 2-wheel drive Showroom Stock. 

Millen kembali berlaga di tahun 1993. Ia membesut Hyundai Elantra dan menempati posisi 2 di kategori Open dengan catatan waktu 11 menit 57,34 detik. Kini giliran Elantra yang penjualannya laris manis.

Rhys Millen, putera dari Rod Millen turut mengharumkan nama Hyundai pada laga Pikes Peak tahun 2013 dengan mobil balap Hyundai PM580T. Ia berhasil menempati posisi 2 di kategori Unlimited. Catatan waktunya 9 menit 02,192 detik.

Prestasi terakhir Hyundai di ajang Pikes Peak ditorehkan Rhys Millen pada tahun 2017. Dari dua unit Hyundai Genesis Coupe tahun 2012 modifikasi balap yang diterjunkan di kategori A1, hanya Rhys yang mencapai finish dan jadi juara. Trek menanjak sepanjang 19,99 km dengan 156 tikungan berhasil dilibas dalam waktu 09 menit 47,427 detik.

Hyundai Siapkan Skuad Baru

Hyundai telah siap menghadapi laga Pikes Peak 2024 yang akan berlangsung Juni mendatang di Colorado Springs.

Skuad baru berkekuatan empat unit mobil balap telah disiapkan. Tiga pilot yang bakal berlaga merupakan pereli veteran dan jawara di Pikes Peak.

Yang pertama yakni Paul Dallenbach. Ia sudah 11 kali jadi juara di Pikes Peak dan jadi juara umum di tahun 1993.

Selanjutnya ada Robin Shute. Pereli yang empat kali juara dan merupakan salah satu “King of the Mountain”. Gelar tertinggi Pikes Peak.

Pereli dari tim Hyundai Motorsport, Daniel “Dani” Sordo  bakal membesut mobil ketiga. Ia adalah juara rally WRC Spanyol.

Nama keempat untuk saat ini belum diumumkan. Demikian pula dengan detail dari keempat mobil balap yang bakal diturunkan. Masih rahasia.

 

 

Alpine Luncurkan A110 Pelumat Trek Pikes Peak

Ikut serta di rally Pikes Peak, adalah cara pabrikan otomotif meraih prestasi sekaligus ajang promosi. Ya, prestise dan level tantangannya jelas beda, tak seperti balap rally yang biasa kita lihat. Pikes Peak adalah balapan level dewa dan usia gelarannya pun sudah 1 abad. Alpine, pabrikan asal Perancis yang juga bukan pemain baru di kancah rally pun merasa tertantang untuk mencicipi trek Pikes Peak.

Sebuah mobil balap A110 Pikes Peak telah disiapkan oleh Alpine untuk berlaga di event Pikes Peak International Hill Climb pada Juni mendatang. Mobil ini akan dipiloti oleh pereli asal Perancis, Raphaël Astier. Hmm, seperti apa mobilnya?

Melesat Menembus Awan

Dalam menggarap rancang bangun mobil yang bakal diterjunkan, Alpine menggandeng Signatech. Aerodinamika dan gaya tekan gravitasi alias downforce jadi salah satu kunci penting di balapan Pikes Peak. Oleh sebab itu, Alpine A110 versi Pikes Peak dibekali desain body kit khusus.

Tak hanya sirip splitter pemecah angin, pada bagian depan juga dilengkapi deflektor. Sayap dan sirip diffuser pembias angin di bagian belakang pun ukurannya luwayan besar. Demikian pula dengan panel side skirt yang dipasang pada mobil ini, desainnya berbeda dari body kit Alpine A110 GT4. Desain body kit khususnya bagian belakang diadopsi dari mobil balap Le Mans.

Karena kadar oksigen di gunung Pikes Peak terbilang minim, pada bagian atap mobil dipasangi corong udara. Aliran udara yang ditampung tak hanya berfungsi sebagai pendingin dan jadi pasokan udara ekstra ke mesin, tapi juga dialirkan ke kokpit.

Velg yang dibekalkan pun model khusus, dibalut ban slick dengan grip yang sangat menggigit ke trek. Tak diungkap seperti apa detail dari kokpit yang ada di balik body berkelir kombinasi biru, putih, hitam dan gradasi warna merah ini. Namun seperti umumnya mobil rally, kokpit sangat penuh dengan perabot esensial.

Jok balap plus sabuk pengaman khusus  serta kerangkeng pipa tubular sesuai standar regulasi FIA adalah hal wajib. Selebihnya adalah perangkat GPS, radio komunikasi dan telemetri, panel dengan beraneka tombol serta tabung APAR dan oksigen. Hanya dibekali perangkat yang perlu saja guna mengurangi bobot.

Dengan body dan sasis berbobot ringan plus perabot ‘minim’ pada kokpit, mobil ini bobotnya hanya 950 kg. Sekitar 132 kg lebih ringan dari A110 R standar versi jalan raya.

Proyek Prestisius Alpine dan Renault

Keikutsertaan Alpine di balap Pikes Peak adalah proyek prestisius. Renault Group sebagai induk perusahaan pun mendukung penuh. Hal ini tentunya sangat menguntungkan bagi Alpine, terutama dari segi pendanaan, R&D maupun teknologi.

Berlanjut ke sasis, suspensi dan mesin. Melibas 156 tikungan di jalan pegunungan yang menanjak ekstrem pada kecepatan tinggi bukan urusan sepele. Trek sepanjang 19,93 km itu harus bisa dilumat dalam hitungan menit saja.

Sayangnya untuk area yang kami sebutkan di atas masih dirahasiakan oleh pabrikan. Hanya dikatakan bahwa mesin yang dibopong tenaganya lebih dari 500 hp.

Sebagai perbandingan, mesin 4-silinder 1.8-liter turbo dari Alpine A110 Rally, outputnya di kisaran 330 hp. Mobil ini membawa Raphaël Astier menjadi juara FIA R-GT Cup tahun 2022. Apakah mobil ini menggunakan versi upgrade dari mesin A110 Rally? Atau justru mesin 1.6 liter-turbo V6 (RE22) dari mobil balap F1 Alpine-Renault?

Serangkaian uji coba teknis telah dilakukan Alpine di trek pegunungan Dróme dan Val Thorens di Perancis. Sesi uji tambahan pada 25 dan 26 April lalu di Lurcy-Lévis, Aubagne, Perancis hasilnya pun dikabarkan cukup meyakinkan.

Pada gelaran Pikes Peak International Hill Climb yang 25 Juni 2023 mendatang di Colorado, Amerika Serikat, Alpine A110 Pikes Peak akan berlaga di kategori Time Attack 1. Akankah Raphaël Astier mampu mencetak sejarah bagi Alpine dan merebut mahkota juara? Bakal jadi 19,93 km yang sangat panjang serta menegangkan bagi Alpine dan juga Astier.

Aston Martin Vantage GT3

Perdana, Aston Martin Vantage GT3 Berlaga Di Lomba Pikes Peak

Untuk pertamakalinya dalam sejarah, Aston Martin akhirnya bakal berlaga di ajang balap ekstrem Pikes Peak Hill Climb. Tahun ini merupakan gelaran “Race to the Cloud” yang ke-101. Brand mobil asal Inggris ini akan menggunakan Vantage GT3 Pikes Peak.

Mereka mengontrak pembalap asal Inggris yang pertamakali menjuarai balap Pikes Peak. Namanya Robin Shute. Ia adalah juara umum Pikes Peak tahun 2022 lalu. Merupakan pembalap Inggris pertama yang berhasil menjuarai balap mendaki gunung ini. Bahkan hingga tiga kali! Gelar “King of The Mountain” pun dianugerahkan pada Shute atas prestasi yang diraihnya.

Berbeda dari balapan sejenis, para peserta Pikes Peak diperkenankan melakukan sesi uji coba di luar jadwal balap. Para pembalap dapat memilih bagian tertentu di luar rute balap Pikes Peak. Sementara untuk sesi uji coba rute lintasan asli secara penuh hanya diperkenankan sebanyak satu kali.

Balapan di Atas Awan Tanpa Ampun

Bukan hal mudah untuk berpacu pada kecepatan tinggi secara konstan mendaki dan melibas 156 tikungan di rute sepanjang 19,8 km. Bagaikan balapan di atas awan.

Butuh fisik yang kuat dan konsentrasi tinggi untuk mengemudi pada kondisi kadar oksigen yang tipis dan tekanan udara rendah. Ditambah dengan siksaan gaya G saat ngebut dan terus menanjak dari ketinggian 1.920,2 mdpl (meter di atas permukaan laut), menuju garis akhir di ketinggian 4.282,4 mdpl!

Di balap Pikes Peak tak ada istilah ‘sesi kedua’. Bila gagal pada sesi pertama pada Race Day, maka pembalap dipersilahkan menjadi penonton dan baru dapat mendaftar kembali tahun depan. Hanya mobil dan pembalap terbaik saja yang mampu mencapai finish di atas awan. Dalam artian yang sebenarnya…

Vantage GT3 Racikan Pikes Peak

Dengan pengalamannya di ajang Pikes Peak, maka tak sulit bagi Shute untuk menghafal setiap tikungan. Hanya saja ia tetap harus beradaptasi dengan kemampuan mobil balap Aston Martin Vantage GT3 Pikes Peak yang akan dipilotinya.

Vantage GT3 Pikes Peak mengusung mesin 4.0-liter turbocharged V8. Tentu saja mesin dan juga transmisi mobil diracik khusus oleh para teknisi Aston Martin Racing. Dibantu oleh tim engineer dari Venture.

Setting mesin untuk balap Pikes Peak berbeda dari setup untuk balap sirkuit maupun rally. Terlebih untuk mobil ber-cc besar dengan perangkat turbo yang sangat membutuhkan banyak pasokan udara ke mesin.

Sementara dengan trek yang terus menanjak pada elevasi tinggi maka kadar oksigen menipis. Temperatur dan tekanan udara pun kian rendah. Cukup banyak peserta Pikes Peak yang mesin mobilnya mendadak ‘sesak nafas’ dan ngadat karena kekurangan pasokan udara.

Chip komputer manajemen mesin tak sekadar disetting untuk mengatur kurva performa maupun kinerja mesin. Seluruh sistem termasuk throthle body hingga turbo harus dikalibrasi ulang dan disetting sesuai dengan input dari sensor elevasi dan tekanan udara.

Setup sistem suspensi yang digunakan pada balap Pikes Peak pun berbeda dari mobil rally pada umumnya. Demikian pula dengan perangkat aerodinamika yang disematkan pada body mobil pun setupnya berbeda. 

Saat ini tim Aston Martin Racing tengah mempersiapkan rancang bangun mobil Vantage GT3 yang akan digunakan di Pikes Peak.

 

Pasalnya, Aston Martin tak hanya akan berkompetisi di Pikes Peak tahun ini, namun juga pada tahun 2024 dengan kategori kelas balap yang berbeda.

Untuk tahun ini Aston Martin akan ikut di kelas Time Attack 1. Pada event tahun depan rencananya Aston Martin akan mencoba peruntungan di kelas Unlimited.

 

 

Hoonipigassus, Monster Pink Pelahap Pikes Peak Yang Tersisa Dari Ken Block

Setiap mobil yang pernah dikendarai oleh mendiang Ken Block dalam aksinya memiliki kisah unik tersendiri. Salah satu yang fenomenal adalah sebuah Porsche warna pink yang dipersiapkan untuk balap Pikes Peak International Hill Climb ke-100 pada tahun 2022 lalu. Dijuluki Hoonipigassus. 

Event balap yang populer dengan sebutan “Pikes Peak” ini merupakan salah satu yang tertua di Amerika Serikat. Meski mirip balap rally, namun para peserta berlaga tanpa co-driver alias single fighter.

Dari garis START di ketinggian 1.920,2 mdpl (meter di atas permukaan laut), para pebalap melintasi rute menanjak nan ekstrem sepanjang 19,8 km pada kecepatan tinggi dan harus melibas 156 tikungan! Tentunya cukup sulit untuk berkonsentrasi di suhu udara dingin dengan kadar oksigen yang tipis. Sungguh menantang untuk dapat mencapai garis FINISH yang berada di ketinggian 4.282,4 mdpl.

Ken Block terakhir kali berlaga di Pikes Peak 2005 dengan mobil rally kelas Group-N. Pada event Pikes Peak ke-100 yang akan diikutinya ia menargetkan untuk dapat mematahkan rekor 7 menit 57,148 detik yang ditorehkan oleh mobil listrik Volkswagen I.D. R pada event ke-99 di tahun 2021. Anda tentu penasaran, Porsche seperti apa yang dipersiapkannya.

Hoonipigasus, Monster Pink Bertenaga 1.400 HP!

Mobil berkelir Pink ini merupakan hasil rancangan Trevor “Trouble” Andrew yang beken dengan julukan Guccighostas.

Hoonipigassus, monster porsche untuk Pikes Peak

Livery mobil ini terinspirasi dari Porsche 917/20 “Pink Pig” 1971 yang berkompetisi di balap ketahanan 24 Jam Le Mans. Konstruksi teknis digarap oleh Betim Berisha dari BBi Autosport bersama Hoonigan Racing Division dengan disponsori olehMobil 1. Monster yang hanya satu-satunya di dunia ini oleh Porsche diberi kode SV RSR. Tampilannya sepintas memang mirip Porsche 911 RSR. Namun ternyata rancang bangun mobil ini benar-benar berbeda dan digarap dari nol.

Di balik body serat karbon komposit Hoonipigassus, tersembunyi mesin 4.0-liter 6-silinder flat dari Porsche 911 GT3 (992). Dipasang pada sasis bagian tengah. Dengan sepasang turbo besar lansiran Garret yang dicangkokkan, peminum methanol ini memuntahkan tenaga 1.400 hp dengan torsi 1.400 Nm!  Bobot total mobil berpenggerak AWD ini pun sangat ringan, hanya 1.000 kg.

Transmisi 6-speed sequential SC90-24 milik Hoonipigassus disediakan SADEV Racing seperti yang digunakan pada Hoonicorn. Sistem ECU pengontrol mesin diadopsi dari Motec. Sebagai penghenti lajunya, seperangkat rem cakram khusus lansiran Brembo terpasang di balik velg balap Rotiform yang berbalut ban slick Toyo RS1. Sementara, suspensi aktif otomatis terkomputerisasi berteknologi F1 terpasang pada sasis berbahan serat karbon. Ayunan suspensi dan ketinggian mobil diatur oleh komputer sesuai kontur permukaan jalan yang diinput oleh sensor dan GPS.

Gagal Sebelum Berlaga

Hasil uji di sirkuit Pueblo Motorsports Park, Colorado sebulan sebelum Pikes Peak berjalan mulus. Sayang, pada sesi uji coba trek Pikes Peak, mesin mobil pecah. Target pemecahan rekor waktu di Pikes Peak pun gagal, bahkan sebelum lomba dimulai.

Ken Block menuturkan bahwa problem mesin disebabkan oleh klep mesin yang macet. Akibatnya sangat fatal. Tak hanya silinder, bahkan blok mesin pun pecah. “Soal mesin, Betim jauh lebih paham,” sahutnya sambil tertawa bersama Betim sang engineer.

“Target di Pikes Peak ke-100 memang belum tercapai. Namun masih ada waktu setahun kedepan untuk membenahi Hoonipigasus. Semoga saya bisa kembali berlaga pada Pikes Peak ke-101 di tahun 2023,” tambahnya.

Akhir 2022 lalu Hoonipigasus telah rampung direvisi. Namun sayang, Ken Block keburu pergi untuk selamanya. Hoonipigasus dan Audi S1 Hoonitron pun menjadi peninggalan terakhir dari sang “Hoonigan King”.