5 Merek Mobil Yang Tiba-tiba Berubah Citra
Merek mobil memang beragam. Beberapa konsisten dengan nama baik berkat produk yang bisa diandalkan. Contohnya Toyota atau Honda. Tapi ada juga yang kepayahan lalu punya produk bagus yang mengubah namanya menjadi lebih bersinar.
Yang apes juga ada. Dari yang dipandang hebat lalu jadi tidak begitu lagi. Di bawah ini adalah merek mobil dengan produknya mengubah pencitraan mereka. Ada yang jadi lebih baik, ada juga yang mengundang pertanyaan, “Kenapa jadi begini, ya?”
Kia
Dulu, Kia dikenal sebagai pembuat mobil keluarga yang kadang bisa diandalkan, kadang merepotkan. Kami punya pengalaman dengan Kia Rio yang, untungnya, bisa dibilang memuaskan. Produk dan layanan aftersales mereka cukup baik. Meski kualitasnya tidak bagus-bagus amat.
Di pasar global, nama Kia bersinar terang setelah Kia Stinger muncul tahun 2018. Tidak ada yang menyangka kalau sedan ini bisa menempel BMW 5-Series dan Mercedes-Benz E-Class. Di Indonesia, kami suka Kia Seltos yang lengkap fiturnya dan performa yang bisa dibilang baik. Harganya masuk akal pula.
Di era elektrifikasi, Kia EV6 mencengangkan dengan desain dan kemampuan yang hebat. EV6 GT diklaim bisa akselerasai 0-100 hanya dalam 3,8 detik.
Hyundai
Mungkin karena satu grup usaha dengan Kia, visi dan misinya berbarengan. Hyundai yang pertama masuk ke Indonesia dengan nama Bimantara, sulit untuk menarik perhatian konsumen. Namun saat Hyundai Tucson dengan mesin turbo diesel bertorsi hampir 500 Nm hadir, ceritanya jadi beda.
Kini, mempertahankan kualitas dan performa, merek mobil Hyundai menjelma jadi salah satu raksasa otomotif dunia. Lini produk lengkap. Mobil keluarga ada, mobil mewah pesaing Lexus diwakili oleh deretan Genesis. Mobil kencang pesaing Mercedes-AMG dan BMW M pun ada, disediakan oleh Hyundai N.
Hyundai Ioniq 5 juga tidak sembarangan. Meski kerap didera isu miring di Indonesia, tapi mobil listrik ini laris dimanapun. Apalagi fiturnya tidak disangka-sangka.
Volvo
Volvo sejak awal dipandang sebagai merek mobil keluarga yang aman, bisa diandalkan dan biasa saja. Kata terakhir itu yang bikin pabrikan Swedia ini pasarnya tidak berkembang. MEski punya penggemar fanatik. Upaya mengubah citra pun ditempuh. Volvo XC90 lahir di awal 2000-an sebagai ‘SUV yang menolak untuk terguling’. Berhasil di pasaran. Tapi lalu tidak ada perubahan berarti.
Hingga Geely ambil alih merek ini pada 2010 lalu. Perubahan arah desain menghasilkan mobil yang modern. Biarpun statusnya mobil keluarga, tapi tidak lagi membosankan. Para engineer di pabrik seperti dilepas tanpa kendali karena mobil yang mereka hasilkan semuanya punya performa hebat.
Contohnya Volvo V60 T8 Polestar di atas. Station wagon itu bisa sprint 0-100 km/jam dalam tempo 4,4 detik! Dan bentuknya sangat menggugah selera.
Mitsubishi
Ini merek mobil Jepang yang belakangan ini sangat hati-hati dalam mengeluarkan produk. Dulu, jajarannya lengkap dan menyenangkan. Ingat Mitsubishi Lancer GTI (CB5) yang kencang dan mesinnya biarpun sedang tidak sehat tapi masih bisa lari 140 km/jam? Itu kami alami sendiri. Ada juga Pajero yang juara reli Dakar beberapa kali. Atau yang paling signifikan, keluarga Lancer Evolution yang hebat.
Sekarang, atas nama efisiensi dan saran dari para akuntan, hilang mobil-mobil seperti itu. Hadir Mitsubishi Pajero Sport yang kencang dengan turbodiesel dan kuat, tapi kenyamanannya tidak bisa dibilang terbaik. Atau Mitsubishi Xpander dengan desainnya yang radikal (dulu) dan kenyamanan diatas rivalnya. Akhirnya jadi patokan pabrikan lain untuk bisa mengalahkan. Tapi ya sudah, Xpander dan Pajero Sport seolah hanya jadi alat transportasi saja, tanpa ada sesuatu yang benar-benar menggugah.
Satu-satunya yang bisa dibilang menyenangkan dari pabrikan tiga berlian ini mungkin Mitsubishi Triton dengan kemampuan angkut dan jelajah segala medannya. Itu pun bukan karena mobilnya enak dilihat, tapi memang peruntukan dan performanya pas. Kami merindukan produk Mitsubishi yang benar-benar hebat.
BMW
Saat BMW mengeluarkan Seri-7 E65 dengan desain yang radikal, hampir semua penggemar BMW bertanya-tanya, kenapa bentuknya seperti itu. Kami saat itu mulai merasakan kalau BMW akan berubah total dari pakem desain sebelumnya. Dan memang benar. Makin ke sini makin sulit untuk memahami desain produknya.
Dulu, bentuk BMW terbukti timeless. Lihat saja E30, E36 dan E46 di keluarga Seri-3. Atau E28, E36 dan E39 untuk Seri-5. Tapi sekarang berbeda. Atas nama modernisasi.
Seolah, para desainer di pabrikan Jerman itu dicekoki pakem ‘segalanya harus lebih besar’. Sementara engineer diperintahkan ‘kecilkan semuanya’. Tapi jangan salah, BMW modern masih tetap dikatakan sebagai mobil yang fokus kepada pengendaranya dengan performa dan pengendalian yang jempolan. Sayang, kurang fokus kepada yang melihatnya.