Honda CR-V

Honda Prospect Motor Ganti Petinggi

Honda Prospect Motor (HPM), pemegang merek mobil HOnda di Indonesia berganti pimpinan. Penyegaran ini diumumkan kemarin (27/03) di Jakarta.

Jabatan presiden direktur yang tadinya diemban oleh Kotaro Shimizu diserahkan kepada orang baru, Shugo Watanabe.

Shimizu yang menjabat sejak 2022 dinilai berhasil oleh berbagai kalangan. Terutama karena ia memimpin HPM di masa menjelang berakhirnya pandemi.

Sertijab Presiden direktur HPM

Di bawah arahannya, HPM menjadi merek yang mengedepankan kemajuan teknologi, terutama elektrifikasi. Terbukti dengan hadirnya CR-V e:HEV dan Accord e:HEV. Di masa tugasnya juga ia menghadirkan Honda Civic Type R, hingga small SUV pertama, Honda WR-V.

“Ketika pertama kali bertugas di Indonesia sebagai bagian dari HPM, saya merasa bersemangat karena saya percaya Indonesia adalah salah satu pasar Honda yang memiliki potensi besar dan penuh dengan tantangan. Sayangnya, saya tiba disini pada saat transisi dari pandemi. Namun, saya bersyukur atas dukungan dari teman-teman media juga, Honda mampu melewati masa-masa sulit ini,” tutur Kotaro Shimizu.

Kiprah Watanabe

Presiden DIrektur HPM, Shugo Watanabe juga sepertinya bukan orang sembarangan. Pengalamannya sangat beragam mengurus Honda di berbagai negara.

Dari keterangan resmi yang kami terima, porto folio Watanabe cukup panjang. Pertama kali bergabung dengan Honda pada tahun 2000. Pada tahun 2007, ia bertugas di Spanyol dan kemudian kembali ke Jepang pada tahun 2010.

Selanjutnya ia bertugas di Malaysia pada tahun 2015 dan pada tahun 2018 bertugas di India. Kemudian pada tahun 2021 Watanabe bertugas di Amerika Serikat sebagai Vice President Auto Planning & Strategy Auto Sales. Kemudian menjadi President Director PT Honda Prospect Motor di tahun 2024.

“Indonesia merupakan pasar yang strategis bagi Honda, dan saya merasa bangga atas kepercayaan yang diberikan untuk memimpin Honda Prospect Motor menjadi perusahaan yang keberadaanya diinginkan oleh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, visi saya adalah untuk terus menghadirkan produk-produk berkualitas, dapat diandalkan serta sesuai dengan kebutuhan konsumen di Indonesia,” kata Watanabe.

Jadi, bisa dipastikan, mereka akan punya model baru selalu. Kita nantikan kiprah Watanabe di pasar otomotif Indonesia. 

Soebronto Laras, Begawan Otomotif Dengan Sederet Warisan

Dunia otomotif Tanah Air kembali berduka. Soebronto Laras, seorang tokoh legendaris yang hidupnya berdedikasi penuh dalam dunia otomotif Indonesia selama puluhan tahun ini, telah berpulang pada 20 September 2023. Begitu banyak langkah bisnis yang dihasilkan dan produk kendaraan bermotor yang hadir di Indonesia berkat ‘kawalan’ sosok Soebronto Laras.

Perjalanan hidupnya dalam dunia otomotif pun penuh warna. Beliau lahir pada 5 Oktober 1943 dan sejak remaja telah giat ikut balapan sepeda motor. Seusai menyelesaikan pendidikan dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas di Jakarta, dirinya melanjutkan pendidikan di Inggris.

Ia kembali ke Indonesia setelah mendapat gelar Sarjana Teknik Mesin dari Paisley College for Technology dan Diploma of Business Administration dari Hendon College for Business Management. Di pertengahan tahun 1970an, ia berjumpa dengan seorang pengusaha tempat hiburan yang bernama Atang Latief.

Berjumpa Atang Latief

Bersama pengusaha tersebut, Soebronto Laras turut mengembangkan bisnis plastik untuk sejumlah komponen otomotif. Disusul dengan mengawali kiprahnya di dunia otomotif dengan menghadirkan kendaraan roda dua dan roda empat buatan Suzuki di Indonesia melalui berdirinya PT Suzuki Indomobil Motor. Ia yakin menggeluti bisnis otomotif ini berkat dukungan penuh dari Atang Latief.

Selain menyuguhkan sepeda motor Suzuki FR70 di Indonesia, visinya saat itu ialah merakit mobil berkualitas dan terjangkau bagi masyarakat luas. Tanpa ragu Soebronto Laras melobi pihak manajemen Suzuki di Jepang untuk merakit mobil di Indonesia. Mobil niaga ringan Suzuki ST10 mengawali bisnis otomotif Suzuki di Tanah Air pada tahun 1976. Mobil pikap mungil ini mengusung mesin 2 silinder 360 cc yang dirakit secara lokal.

Namun, dimensi dan kapasitas mesin mobil ini dinilai terlalu kecil, sehingga Soebronto pun kembali melobi prinsipal Suzuki di Jepang untuk memproduksi mobil lebih lega dan besar. Maka hadir Suzuki ST20 dengan mesin 3 silinder 550 cc dan tanpa ragu untuk diuji pasar secara langsung ke calon konsumen di tahun 1978.

Mengangkut cengkeh di Manado

Ujian pertama Suzuki ST20 dilakukan di Manado, Sulawesi Utara, yang saat itu sedang musim panen cengkeh. Para petani di Manado pun melihat dan mencoba langsung Suzuki ST20 untuk mengangkut berkarung-karung cengkeh seberat satu ton dan membawanya melalui jalanan berbukit yang sempit dan berliku.

Suzuki ST-20 digambarkan seperti semut yang perkasa, yang bisa mengangkat beban yang jauh lebih besar daripada ukuran badannya. Dan memang, dibandingkan dengan mobil pick-up yang sudah ada di pasaran, Suzuki ST-20 ukurannya paling kecil. Sejak itu, banyak petani cengkeh di Sulawesi Utara yang memesan mobil tersebut. Karenanya, Sulawesi Utara menjadi pasar pertama mobil Suzuki di Indonesia.

Setelah diterima di pasar Sulawesi Utara, Soebronto Laras meningkatkan promosi kendaraan Suzuki. Tidak lama kemudian, mobil itu sudah diterima pasar di seluruh wilayah Indonesia. Sayangnya, di tahun 1982, Atang Latief terlilit masalah keuangan, kepemilikan Indomobil berpindah tangan kepada Liem Sioe Liong atau Sudono Salim. Padahal saat itu, Suzuki tengah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat.

foto: Indonesia Jimny Festival 2023

Suzuki Carry penggebrak pasar

Di tahun 1986, Soebronto Laras bersama Suzuki menggebrak pasar dengan menghadirkan Suzuki ST-100 yang dikenal luas dengan nama Suzuki Carry. Yang turut mendorong penjualan mobil Suzuki Carry saat itu adalah perlunya angkutan kota dan angkutan pedesaan berdimensi ringkas, sebab kondisi jalan yang relatif masih sempit.

Di waktu yang bersamaan, Indomobil tidak hanya memproduksi kendaraan Suzuki saja, namun juga bertindak sebagai Agen Tunggal Pemegang Merk (ATPM) yang mengambil lisensi perakitan dan penjualan beberapa merk kendaraan. Sebut saja Nissan, Volvo, Hino, Mazda, dan, Volkswagen. Bahkan Soebronto Laras hampir mewujudkan impiannya dalam menghadirkan mobil rakyat dengan harga terjangkau bersama Mazda, yakni MR90 yang berbasis Mazda 323.

Selamat jalan, Soebronto Laras. Semua jasa dan warisanmu di dunia otomotif Indonesia akan selalu dikenang sepanjang masa…

Hyundai Motors Indonesia Tunjuk COO Baru

Hyundai Motors Indonesia (HMID) secara resmi mengumumkan penunjukan Fransiscus Soerjopranoto sebagai Chief Operating Officer (COO) PT Hyundai Motors Indonesia. Beliau yang biasa disapa Suryo, resmi menjadi COO efektif per 1 Agustus 2023. Ia diberi tanggung jawab mengembangkan strategi operasional, inovasi manajemen marketing, kinerja sales perusahaan, hingga ke layanan after-sales.

Sebelumnya, Fransiscus Soerjopranoto memiliki pengalaman lebih dari 28 tahun di dunia otomotif Indonesia. Terutama di Toyota, menangani berbagai lini bisnis dan operasi raksasa otomotid itu di Indonesia. Mulai dari perencanaan produk dan marketing, strategi manajemen penjualan, layanan after-sales, dan juga  pengelolaan jaringan dealer.

Woojune Cha, President Director PT Hyundai Motors Indonesia menyampaikan, “Hyundai selalu fokus kepada pelanggan di setiap lini bisnis dan operasinya. Dengan latar belakang di industri otomotif selama puluhan tahun, diharapkan kehadiran Fransiscus Soerjopranoto dapat membawa Hyundai lebih berkembang lagi kedepannya. Saya juga berharap di bawah kepemimpinan Suryo, dapat memberikan pengalaman kepemilikan Hyundai yang menyeluruh. Baik dari sisi produk maupun layanan yang inovatif.”

Suryo sendiri mengakui, kehadiran Hyundai di Indonesia selama tiga tahun terakhir telah berkembang pesat. “Dengan berbagai gebrakan dan inovasi hingga menjadi salah satu pelaku penting di industri otomotif,” kata penyuka Basket ini.

Hal tersebut, menurut Suryo, menjadi motivasi dan referensi dirinya untuk melanjutkan kesuksesan Hyundai. “Dan yang terpenting tetap menjaga kepuasan pelanggan secara maksimal,” tutupnya.