Bugatti EB110

Bugatti Pernah Dijatuhkan Oleh….Suzuki?

Bugatti, nama yang anak sekarang mungkin mengasosiasikannya dengan kecepatan, ultra mewah dan target serta tujuan hidup. Jatuh bangunnya perusahaan Perancis ini, menarik untuk dipelajari.

Dulu, saat Ettore Bugatti mendirikan pabrik ini, tidak pernah terpikir kalau apa yang dia bangun bisa dijatuhkan oleh…Suzuki?

Ettore Bugatti adalah seorang perfeksionis, yang kalau jaman sekarang disebut sebagai manusia dengan OCD. Segalanya harus perfect dan kencang. Makanya hasilnya seperti Type 57 SC, 101 dan sebagainya enak dilihat.

Bugatti Type 57

Bugatti Type 57

Lalu, Apa andil Suzuki? Jadi ceritanya, Ettore meninggal pada tahun 1947. Bugatti lalu gulung tikar. Sempat buat suku cadang pesawat, tapi tidak lama. Pabriknya di Molsheim tutup dan nama ini hanya jadi legenda.

Tahun 1986, beberapa mantan pegawai Lamborghini, termasuk pendirinya, Ferrucio Lamborghini sedang ngobrol bareng. Ingat, Ferrucio melepas kepemilikan Lambo sebelas tahun sebelumnya. Hadir juga Paolo Stanzani, ‘bapaknya’ Lamborghini Countach, serta Nuccio Bertone, desainer mobil.

Diskusi mereka mengerucut pada ingin bikin mobil lagi. Masalahnya, mereka punya ‘skill’ tapi  tidak punya dana. Untungnya, di acara  Turin Car Show tahun tersebut,  Ferrucio dikenalkan pada konglomerat sukses Romano Artioli, yang sama-sama doyan mobil. 

Romano ArtioliPhoto: ikonographia.com

Romano Artioli, konglomerat sukses Italia.

Artioli adalah pemilik jaringan dealer Ferrari di Jerman, importir Suzuki pertama di Italia dan belakangan Lotus sempat ia akuisisi.

Perbedaan visi lalu muncul. Lamborghini Cs ingin bikin perusahaan kecil-kecilan saja dulu. Artioli ingin langsung ngebut dan bercita-cita membangkitkan kembali Bugatti. Kalau kata Lamborghini, “Ini macam membangunkan mayat!” Lamborghini lalu angkat kaki. Tidak jadi ikut kongsi. 

Tahun 1987, setelah berbagai perdebatan, Bugatti Automobili S.p.A pun lahir. Pabrik Bugatti lalu dipindah dari Molsheim ke Modena di Italia. Menjadikan tiga merek mobil kencang kini berada di negara pizza itu.

Terlalu Berlebihan

Tidak hanya ingin membangunkan kembali sebuah merek mewah, Visi Artioli membuat Bugatti sebagai sebuah nama yang berasosiasi dengan gaya hidup mewah diperluas. Istrinya, Renata Kettmeir, membuat pernak-pernik mewah Bugatti seperti tas, parfum, dan semacamnya.

Di bawah pengawasan Artioli, perusahaan ini melahirkan EB110, mobil hebat yang membuat dunia tercengang dengan rekor kecepatannya. Rekor yang dipegang beberapa bulan saja, sebelum dipatahkan oleh McLaren F1.

Bugatti di bawah pengawasan Artioli

Bugatti EB110 Hadir dengan gemerlap

EB110 diperkenalkan di dua tempat sekaligus di Prancis, Versailles dan Grande Arche de la Défense, pada 15 September 1991. Tepat 110 tahun setelah Ettore Bugatti dilahirkan.

Acaranya luar biasa meriah, mencolok dan ‘lebay’. Bukan cuma launching, tapi pesta dan jamuan berlangsung berhari-hari. Menyedot dana besar-besaran.

Masalahnya, saat EB110 masuk ke pasaran di tahun tersebut, perekonomian Amerika dan dunia sedang masa resesi. Bahkan sudah terjadi sejak beberapa bulan setelah Bugatti Automobili S.p.A berdiri. Pangsa pasar terbesar yang jadi harapan Artioli melempem.
Target memproduksi 150 unit setahun, hanya terwujud 115 unit, sepanjang tiga tahun EB110 dipasarkan.

Selanjutnya bisa ditebak. Proyek EB110 yang menyedot dana besar membuat keuangan perusahaan berguncang. Tahun 1995, Bugatti Automobili S.p.A bangkrut.

LOtus Elise

Lotus Elise hadir di masa kepemilikan Romano

Efeknya beruntun. Romano harus menjual Lotus ke Perusahaan Otomotif Nasional (Proton) Malaysia. Suzuki pun meradang karena ada hal yang tidak bisa dipenuhi oleh Artioli. Haknya sebagai distributor Suzuki di Italia diputus.

Konon, masalah Suzuki ini gongnya yang membuat ia kehilangan harapan untuk mempertahankan Bugatti.

Volkswagen Group lantas mengambil alih kepemilikan di tahun 1998. Merek ini langsung melejit, sekencang Veyron yang mereka buat.

Sumber: 

Autodrome.fr

refine-marques

Sang Maestro Desain Marcello Gandini Berpulang di Usia 85 Tahun

Dalam perjalanan sejarah otomotif dunia, Marcello Gandini selalu diingat sebagai perancang mobil yang ikonik. Pria kelahiran kota Turin, Italia, ini menjadi salah satu desainer mobil yang mampu menginspirasi banyak hal. Sang maestro desain ini menghembuskan nafas terakhirnya pada 13 Maret 2024, di usia 85 tahun.

Marcello Gandini yang lahir pada 26 Agustus 1938, meraih puncak karirnya saat bekerja di studio milik Nuccio Bertone. Di studio tersebut, namanya menjadi terkenal berkat goresan tangannya dalam mendesain sosok sejumlah Lamborghini. Mulai dari Miura, Countach, hingga Diablo.

Selalu berinovasi

Dirinya pertama kali memperkenalkan ide mengenai pintu gunting (scissor door), pada mobil konsep Alfa Romeo Carabo di tahun 1968. Beberapa tahun sebelum akhirnya diterapkan pada Lamborghini Countach, lalu dilanjutkan pada Diablo. Pintu gunting ini lalu menjadi ciri khas dari beberapa model supercar Lamborghini.

“Saya membangun identitas sebagai seorang desainer, terutama saat menggarap supercar Lamborghini. Setiap model yang saya rancang, harus berupa inovasi baru, dan harus berbeda dengan apa yang telah sebelumnya,” ujarnya di tahun 2021 silam.

Tak melulu mobil Italia

Meski namanya seolah lekat dengan brand berlogo ‘banteng mengamuk’ itu, Marcello Gandini juga sibuk merancang sejumlah mobil Italia ngetop lainnya. Sebut saja Ferrari Dino 308 GT4, Fiat X1/9, Lancia Stratos, Maserati Quattroporte II dan IV, Maserati Shamal/Ghibli II, serta Alfa Romeo Montreal.

Talentanya tidak selalu tertuang pada mobil Italia saja. Sebab masih ada sederet mobil Eropa lain yang lahir berkat goresan pena Marcello Gandini. Mulai dari Volkswagen Polo generasi pertama, Renault 5 Turbo, Citroën BX, Bugatti EB110 concept, dan tak lupa BMW Seri 5 generasi pertama (E12).

Pernah merancang bodi helikopter

“Ayah saya seorang konduktor orkestra dan menginginkan saya menjadi seorang pianis. Namun, saya akhirnya memilih jalan hidup yang ingin saya lalui sendiri,” ungkapnya.

Sosoknya yang berani dan memiliki kemampuan untuk mendesain sesuatu yang baru, tanpa harus melihat kesuksesan mobil pendahulu, menjadi karakter keras yang dipegang teguh selama hidupnya.

Marcello Gandini tak hanya merancang mobil saja, karena ia sempat mendesain sejumlah properti rumah, interior nightclub, furnitur industrial, sampai bodi helikopter Heli-Sport CH-7.

Ganti Busi Bugatti Veyron Ternyata Sangat Rumit

Anda pernah mengalami masalah pada sistem pengapian mesin hingga harus mengganti busi dan koil pengapian? Sebagian besar dari anda tentu akan menyerahkan pengerjaan perbaikan pada mekanik bengkel. Walau mungkin ada pula yang mengerjakannya sendiri. Lantas, bagaimana jika yang diganti adalah busi dan koil pengapian dari hypercar seperti Bugatti Veyron?

Barang Sama, Harganya Beda

Busi NGK Laser Iridium atau Bosch Automotive 7431 Double Iridium yang digunakan pada Bugatti Veyron sebenarnya sama seperti yang juga digunakan pada VW Passat CC, Audi Q7, Porsche Cayenne dan juga VW Touareg. Hanya beda kemasan.

Untuk mobil VW maupun Audi harga businya di kisaran $15 – $18 perbuah atau $80-$90 an per kotak isi 6 busi. Sedangkan untuk Veyron dengan kemasan “Bugatti Original”, harganya sepuluh kali lipat lebih mahal. Busi dari Bugatti pun tidak dijual ketengan, alias harus beli satu set isi 16 busi. Maklum…ini Bugatti Veyron…bukan VW.

Itu baru businya saja. Koil pengapian pun harus diganti untuk setiap kali penggantian busi. Harganya sekitar $700 an… per buahnya. Dan anda harus mengganti satu set yang terdiri dari 16 buah koil untuk masing-masing busi. Barangnya pun harus dipesan terlebih dahulu dan bisa memakan waktu sampai satu bulan.

Ongkos jasa servis untuk ganti busi pun cukup mahal, lebih dari $20.000. Ganti hanya satu busi atau satu set 16 buah busi, ongkosnya sama.

Mahal? Ya tentu saja. Risiko memiliki sebuah hypercar nomor wahid di dunia. Lantas, mengapa ongkos ganti busi saja bisa sebegitu mahalnya? Nah, ini dia yang perlu disimak.

50 Jam Kerja Hanya Untuk Ganti Busi!

Mengganti busi mobil sedan atau mobil sport ‘biasa’ tidaklah sulit. Cukup cabut kabel busi, lalu lepas busi lama dan pasang busi baru menggunakan kunci busi.

Prosedurnya hampir sama untuk sebagian besar mobil yang beredar di pasaran. Hanya saja pada beberapa model mobil harus terlebih dahulu melepas cover mesin. Proses pengerjaannya kurang lebihnya selama waktu makan siang Anda.

Lain ceritanya dengan Veyron. Konstruksi ruang mesin dan mesinnya sendiri amat sangat njlimet. Untuk mencapai pucuk kabel busi mesin W16 Veyron prosedurnya cukup panjang. Dari waktu anda sarapan pagi hingga anda selesai makan malam pun prosesnya belum rampung.

Prosesnya mirip turun mesin

Proses penggantian busi Veyron butuh waktu yang hanya terpaut sedikit dari proses turun mesin. Rata-rata butuh waktu antara 40 – 50 jam kerja. Mekanik balap yang sangat berpengalaman pun tetap butuh waktu paling cepat 35 jam kerja.

Tahap pertama, sejumlah panel body bagian belakang harus dilepas. Hanya bumper belakang saja yang masih tetap menempel. Untuk melepas panel body saja memakan waktu beberapa jam.

Setelah panel body terlepas, mekanik akan memasang rig penopang khusus pada sasis belakang dan rangka dudukan mesin.

Meskipun bongkahan mesin W16 4.8-liter milik Veyron sudah terlihat, kabel busi tak semudah itu untuk dapat dirogoh dengan tangan. Mekanik masih harus melepas cukup banyak komponen pada mesin. Semua dikerjakan dengan cermat. Sebutir sekrup atau baut tercebur ke ruang mesin, bakal jadi malapetaka.

Sekitar seratusan pengikat kabel dan selang harus dipotong (hmm…biaya tambahan tentunya). Pengikat mesin bagian atas dan dudukan mesin pun harus dilepas.

Setelah beberapa jam proses penguraian komponen, barulah mekanik dapat mengganti busi dan koil pengapian. Merakit kembali seluruh komponen mesin dan panel body Veyron pun tak kalah rumit dan melelahkan.

Setelah semua terpasang dengan baik dan benar sesuai prosedur, proses pengerjaan masih belum selesai. Mesin tetap harus dicek ulang menggunakan alat diagnostik untuk memastikan kinerja mesin sesuai standar Bugatti.

Para pemilik Veyron mungkin tak pusing dengan biaya dan keruwetan proses perbaikan. Namun setidaknya kita jadi paham, pekerjaan para mekanik Veyron bukan hal sepele. Bahkan walau ‘hanya” untuk mengganti busi dan koil. Ganti oli Veyron? Ehm…itu untuk lain waktu…

Metrologist, Orang Penting di Bidang Otomotif Yang Nyaris Terlupakan

Anda pernah mendengar profesi metrologist? Kalau dalam Bahasa Indonesia metrolog atau juru ukur.  Di industri apapun ini orang penting. Di bidang manufaktur seperti otomotif, peran metrologist sangat krusial dalam mendukung proses produksi. Kualitas mobil mewah yang mungkin Anda punya, salah satunya berkat kerja keras metrolog. 

Seorang metrolog bertugas melakukan pengukuran pada seluruh komponen produk, menggunakan beragam alat ukur yang sangat presisi. Kadang batas toleransi ukuran yang menjadi standar acuan baku tak hanya hitungan milimeter, tapi hingga mikron. Tanpa spesialis yang satu ini, maka sulit memperoleh hasil produk yang presisi dan sempurna.

Metrologist Menjaga Standar Mutu

Salah satu contoh yang paling tepat mungkin merek otomotif asal Perancis, Bugatti. Kesempurnaan dan kepresisian adalah keutamaan. Setiap komponen pada mobil mereka diukur dengan sangat detail, cermat dan presisi. Melenceng lebih dari satu milimeter? Tidak pernah ada dalam kamus Bugatti.

Nah, untuk mengemban tugas penting sebagai metrologist, Bugatti mempercayakannya kepada bapak bernama Gregoire Haller-Meyer selama bertahun-tahun.

Dalam hal pengukuran, tak ada perbedaan perlakuan atau keistimewaan. Entah itu model ‘standar’ seperti Veyron dan Chiron, atau model limited-edition seperti Centodieci. Bahkan untuk model khusus seperti La Voiture Noire sekalipun. 

Batas Toleransi 1 Milimeter, Tidak Lebih…!

Untuk mendukung proses pengukuran, Haller-Meyer menggunakan alat ukur manual dan 3D scanner berteknologi laser dengan tingkat akurasi hingga 0.005 mm. Ya…hitungan mikron!

“Tak hanya mengukur. Saya pun harus menganalisa mengapa celah antar dua komponen bisa melenceng lebih dari standar toleransi kami,” papar Haller-Meyer. “Kepresisian adalah hal mutlak untuk sebuah hypercar yang melaju amat sangat kencang,” imbuhnya.

Ya, hypercar tak ubahnya sebuah pesawat, hanya saja tidak terbang tapi melesat di darat. Risiko paling minim dari kerenggangan komponen panel body misalnya adalah timbul suara bising. Atau mengganggu aliran aerodinamika dan mengakibatkan mobil tidak stabil. Hal ini tak akan ditolerir oleh Bugatti atau pembuat mobil kencang manapun.

Kepresisian di kabin juga mutlak. Anda pasti sebal kalau sambungan dashboard tidak rapat dan menimbulkan bunyi. 

Ia tak hanya bertanggung jawab melakukan pengukuran pada semua komponen serta memastikan seluruhnya terpasang dengan presisi dan sempurna. Orang seperti Haller-Meyer juga bertugas menganalisa setiap hasil pengukuran dan berkonsultasi dengan para perancang, engineer dan spesialis craftsmen.

Jika hasil pengukuran pada komponen melewati ambang batas toleransi, ia harus menganalisa dan menyelidiki penyebab dari hal tersebut. Dari hasil analisa seorang metrologist inilah yang nantinya akan menjadi acuan apakah ‘error’ pada produk masih dapat dikoreksi atau harus dilakukan penggantian dengan komponen yang lainnya.

Hasil pengukuran dan analisa yang dilakukan metrologist tak hanya untuk satu model yang diukur saja. Data yang diperoleh nantinya akan menjadi acuan pengembangan model mobil lainnya. Selain itu, hasil analisa menjadi tolok ukur standarisasi kualitas produk.

Profesi metrologist ternyata bukan pekerjaan yang sederhana. Butuh ketelitian serta kecermatan tingkat tinggi. Kualitas produk menjadi taruhannya. Sebuah profesi yang langka dengan keahlian yang tak dimiliki oleh banyak orang. Jadi, kalau nanti ketemu mobil atau motor dengan sambungan body melenceng, tanyakan metrologist-nya. 

Vale Nicola Materazzi: Engineer Italia Paling Legendaris (28 Januari 1939-24 Agustus 2022)

Vale Nicola Materazzi memulai karir otomotifnya di Lancia pada awal 1970.

Banyak orang yang mengidolakan bahkan mengkultuskan mobil sport legendaris seperti Lancia Stratos, Ferrari 288 GTO, Ferrari F40 hingga Bugatti EB110 GT.  Namun hanya segelintir orang yang mengenal sosok di balik lahirnya mobil legendaris tersebut: Vale Nicola Materazzi.

Vale Nicola Materazzi lahir di Caselle in Pittari, Salerno, Italia pada 28 Januari 1939. Kecintaannya pada dunia otomotif telah dimulai sejak kanak-kanak hingga menginjak usia remaja. Bahkan ia lebih memilih untuk melanjutkan kuliah di jurusan teknik mesin daripada masuk ke fakuktas kedokteran.

Materazzi memulai karir otomotifnya di Lancia pada awal 1970 saat ia melepaskan karirnya sebagai dosen di fakuktas teknik. Di pabrikan otomotif yang bermarkas di kota Torino ini Materazzi terlibat dalam berbagai proyek perancangan, khususnya saat ia berada di divisi motorsport Lancia.

Di dapur peracikan mobil balap inilah Materazzi banyak menelurkan inovasi teknologi dan desain. Baik di sektor rancang bangun mesin turbo, sasis hingga sistem suspensi untuk menyesuaikan dengan regulasi balap dari FIA yang selalu berubah. Ia adalah salah satu engineer di balik kesuksesan mobil balap legendaris Lancia Fulvia dan Stratos.

Saat raksasa otomotif FIAT mengakusisi Lancia dan Enzo Ferrari perlu engineer yang mampu menangani proyek mesin mobil F1 Ferrari, Nicola Materazzi pun dilibatkan dan ia berhasil memuluskan jalan Ferrari hingga menjadi juara.

Keahliannya di bidang mesin turbo membuat Enzo mempercayakan sejumlah proyek rancang bangun mobil sport Ferrari padanya, termasuk supercar yang melambungkan nama Ferrari di era ’80-an: Ferrari F40.

Kesuksesan F40 bahkan membuat direktur pemasaran Ferrari pening kepala. Pasalnya, hanya dalam waktu 24 jam setelah peluncurannya di tahun 1986, F40 membukukan lebih dari 900 pemesanan dari berbagai negara. Edaaan…! Bahkan saat itu F40 termasuk supercar dengan harga yang amat sangat mahal.

Materazzi punya perpustakaan pribadi

Supercar lain yang menjadi buah karya Materazzi adalah Bugatti EB110 GT yang diluncurkan pada tahun 1991. Mobil ini merupakan awal kebangkitan Bugatti di era modern setelah mengalami mati suri selama beberapa dekade. Setelah pensiun dari industri otomotif, Materazzi menghabiskan masa tuanya di daerah pedesaan di Salerno, tak jauh dari kota Napoli.

Ia hidup bersama buku bacaan di perpustakaan pribadinya yang berisikan lebih dari 12.000 judul buku, 8.000 di antaranya adalah buku otomotif. Ya, dunia otomotif adalah jalan hidupnya dan Vale Nicola Materazzi adalah legenda otomotif yang berada di balik layar. Menjelang ia tutup usia pada 24 Agustus 2022 lalu, ia masih berkolaborasi dengan Gianluca Maggiore dalam mengembangkan mobil Maggiore GranTurismO. Selamat jalan Vale Nicola Materazzi. Salve…!

Rizky Vox

Bugatti W16 Mistral Ludes Terjual!

Penyerahan perdana Bugatti W16 Mistral kepada pemesan paling cepat akan dimulai pada awal tahun 2024.

Saat mendengar sejumlah kata: Hypercar, Super Mewah, Super Kencang, Bertenaga Beringas dan Perancis, maka hanya satu nama yang kemudian terlintas, yakni Bugatti. Ya, pabrikan hypercar supermewah asal Perancis ini memang tersohor dengan model mobil yang fenomenal.

Para kolektor supercar mewah kelas dunia selalu menantikan mobil apa lagi yang akan segera diluncurkan oleh Bugatti. Mereka tak segan untuk beradu cepat dalam memiliki hypercar Bugatti, terutama untuk edisi khusus. Contohnya adalah W16 Mistral, hyper-roadster yang baru saja diluncurkan oleh Bugatti.

Kedigdayaan mobil ini terletak pada mesin 8.0 liter W16 quad-turbo bertenaga 1.600 hp yang merupakan warisan dari Chiron SuperSport. Dengan transmisi 7-speed kopling ganda dan penggerak all-wheel drive, Mistral pun menjadi hyper-roadster yang mampu menembus kecepatan maksimum 418 km/jam! Hanya terpaut tipis dari rekor drop-top terkencang, Hennessey Venom GT Spyder yang mampu melesat hingga 425 km/jam.

Desain konstruksi sasis monokok serat karbon dari Chiron dimodifikasi dengan sejumlah penguatan sebagai penyesuaian. Demikian pula dengan desain bodi, khususnya sistem aerodinamika dan ventilasi udara pendingin mesin diadopsi dari Chiron, La Voiture Noire, Bollide dan Veyron.

Langsung sold-out!

Dan untuk area interior, konsumen Bugatti memiliki pesanan khusus sentuhan personal yang berbeda-beda. Tersedia beragam material pilihan dengan kualitas terbaik yang dapat dipilih oleh para pemilik model mobil Bugatti, termasuk pula Mistral. Dengan harga jual per unit senilai €5 juta atau Rp 74,1 milyar, W16 Mistral yang hanya dibuat sebanyak 99 unit tersebut pun telah ludes terjual.

Namun, para pemesan Mistral harus sedikit bersabar, mengingat penggarapan mobil ini dilakukan secara hand-made, ditambah lagi permintaan para pelanggan yang sangat beragam. Sehingga membutuhkan waktu produksi yang terbilang cukup lama. Penyerahan perdana mobil ini kepada pemesan paling cepat akan dimulai pada awal tahun 2024 mendatang.

Sudah lebih dari Rp 74 milyar dan penyerahannya paling cepat di tahun 2024 nanti, benar-benar menguji kesabaran pemesannya. Andai saja saldo rekening kami tidak terhingga dan ingin membeli W16 Mistral tersebut, sepertinya pihak Bugatti bakal kami berikan uang tips ekstra, demi serah terima paling pertama.