Sang Maestro Desain Marcello Gandini Berpulang di Usia 85 Tahun

Dalam perjalanan sejarah otomotif dunia, Marcello Gandini selalu diingat sebagai perancang mobil yang ikonik. Pria kelahiran kota Turin, Italia, ini menjadi salah satu desainer mobil yang mampu menginspirasi banyak hal. Sang maestro desain ini menghembuskan nafas terakhirnya pada 13 Maret 2024, di usia 85 tahun.

Marcello Gandini yang lahir pada 26 Agustus 1938, meraih puncak karirnya saat bekerja di studio milik Nuccio Bertone. Di studio tersebut, namanya menjadi terkenal berkat goresan tangannya dalam mendesain sosok sejumlah Lamborghini. Mulai dari Miura, Countach, hingga Diablo.

Selalu berinovasi

Dirinya pertama kali memperkenalkan ide mengenai pintu gunting (scissor door), pada mobil konsep Alfa Romeo Carabo di tahun 1968. Beberapa tahun sebelum akhirnya diterapkan pada Lamborghini Countach, lalu dilanjutkan pada Diablo. Pintu gunting ini lalu menjadi ciri khas dari beberapa model supercar Lamborghini.

“Saya membangun identitas sebagai seorang desainer, terutama saat menggarap supercar Lamborghini. Setiap model yang saya rancang, harus berupa inovasi baru, dan harus berbeda dengan apa yang telah sebelumnya,” ujarnya di tahun 2021 silam.

Tak melulu mobil Italia

Meski namanya seolah lekat dengan brand berlogo ‘banteng mengamuk’ itu, Marcello Gandini juga sibuk merancang sejumlah mobil Italia ngetop lainnya. Sebut saja Ferrari Dino 308 GT4, Fiat X1/9, Lancia Stratos, Maserati Quattroporte II dan IV, Maserati Shamal/Ghibli II, serta Alfa Romeo Montreal.

Talentanya tidak selalu tertuang pada mobil Italia saja. Sebab masih ada sederet mobil Eropa lain yang lahir berkat goresan pena Marcello Gandini. Mulai dari Volkswagen Polo generasi pertama, Renault 5 Turbo, Citroën BX, Bugatti EB110 concept, dan tak lupa BMW Seri 5 generasi pertama (E12).

Pernah merancang bodi helikopter

“Ayah saya seorang konduktor orkestra dan menginginkan saya menjadi seorang pianis. Namun, saya akhirnya memilih jalan hidup yang ingin saya lalui sendiri,” ungkapnya.

Sosoknya yang berani dan memiliki kemampuan untuk mendesain sesuatu yang baru, tanpa harus melihat kesuksesan mobil pendahulu, menjadi karakter keras yang dipegang teguh selama hidupnya.

Marcello Gandini tak hanya merancang mobil saja, karena ia sempat mendesain sejumlah properti rumah, interior nightclub, furnitur industrial, sampai bodi helikopter Heli-Sport CH-7.

296 GTB Assetto Fiorano Hungaroring

Lima Unit Perdana Ferrari 296 GTB Assetto Fiorano Hungaroring Sold Out!

Ferrari makin rajin meluncurkan beraneka mobil limited edition semenjak diresmikannya divisi Ferrari Atelier. Model terbaru yang baru saja meluncur dari studio khusus ini adalah Ferrari 296 GTB Assetto Fiorano Hungaroring Limited Edition.

Kehadirannya didasari kemenangan tim balap Scuderia Ferrari pada kejuaraan dunia balap jet darat yang paling berkesan yakni di musim balap tahun 2004. Duet pebalap Michael Schumacher dan Rubens Barrichello berhasil meraih podium pertama dan kedua pada seri Grand Prix F1 Hungaria di tahun itu.

Kemenangan duet Ferrari di GP F1 Hungaria sekaligus menobatkan tim Scuderia Ferrari sebagai juara dunia konstruktor enam kali berturut-turut! Hebatnya lagi, dari 20 seri balap 2004, tim Scuderia Ferrari membukukan 15 kemenangan dengan 30 podium. 

Ferrari 296 GTB Assetto Fiorano Hungaroring

Sekujur bodi Ferrari 296 GTB dibalur dengan ramuan tiga lapis warna merah metallic Rosso F1 plus sapuan aksen warna putih Bianco King White. Mirip kumis yang sudah memutih. Kenapa harus warna ini ya?

Ferrari 296 GTB

Nuansa warna putih mendominasi pada lubang intake bemper depan, atap hingga bagian buritan. Angka “1” terpampang pada bonnet depan. Persis seperti pada mobil balap F2004 Scuderia Ferrari milik Schumy.

Sebagai penanda, para seniman di Ferrari Atelier mengimbuhkan siluet sirkuit Hungaroring dan bendera Hungaria yang dibordir pada headrest.

Dari segi performa, tak ada perubahan. Setting mesin V6 twin-turbo berkapasitas 2.9-liter plus motor elektrik KERS tak berubah. Output tenaga kombinasi sebesar 819 hp dan torsi maksimumnya yang 740 Nm dirasa sudah sangat cukup.

Namun demikian, Ferrari membekali 296 GTB dengan paket spek balap Asseto Fiorano. Ya, paket opsional bagi para penyuka sirkuit balap.

Bemper depan diimbuhi sirip splitter serat karbon. Sistem suspensi standar diganti versi Multimatic. Sama seperti yang digunakan mobil Ferrari di kelas balap GT. Velg standar menggunakan versi balap berbahan serat karbon yang dibalut ban balap Michelin Pilot Sport Cup 2 R. Seat belt 4-titik spek balap jadi kelengkapan standar.

Lima unit perdana Ferrari 296 GTB Assetto Fiorano Hungaroring ini pun dipamerkan di kota Budapest, Hungaria. Tak disebutkan berapa harga per unitnya. Dan tidak mengejutkan juga kalau kelima unit perdana yang dipamerkan tersebut ludes terjual dibeli oleh kolektor asal Hungaria.

 

Ferrari F40, Kado Ulang Tahun Dari Sang Komandan

Tahun 1988 menjadi tonggak bagi Ferrari, perusahaan mobil asal Italia ini akan berulang tahun ke-40, tidak terbayangkan apabila beberapa tahun sebelumnya Ferrari terancam bangkrut. Untuk merayakannya, Ferrari memutuskan membangun sebuah mobil spesial, yang kemudian menjadi mobil terakhir yang disetujui langsung oleh Enzo Ferrari. Mobil tersebut ialah Ferrari F40. 

Hadiah menjelang ulang tahun ke-40 

Cerita F40 dimulai dari pendahulunya yaitu 288 GTO, meski saat itu Ferrari sudah fokus di F1. Ferrari melihat regulasi baru kelas Group B memiliki masa depan yang cerah, apalagi Ferrari memiliki pelanggan setia yang ingin balapan dengan mobil kesayangannya. Akhirnya pada tahun 1984, Ferrari 288 GTO lahir dan menggunakan inovasi yang kemudian berlanjut ke F40 seperti turbocharger dan bodi berbahan kevlar untuk mengurangi bobot. 

Sayangnya Group B kandas pada tahun 1986 lantaran berbagai kecelakaan fatal di WRC. Kala itu Ferrari tengah mengembangkan 288 GTO Evoluzione yang merupakan penyempurnaan dari 288 GTO. Tetapi Nicola Materazzi, Chief Engineer Ferrari saat itu, mengusulkan kepada Enzo bahwa mobil ini masih memiliki potensi, Enzo pun setuju. Lagipula, ulang tahun ke-40 Ferrari semakin dekat, dan Enzo ingin memberikan hadiah untuk perusahaannya. 

Sepi fitur

Menggunakan basis 288 GTO Evoluzione, tim Materazzi bekerja dalam waktu yang singkat yaitu 13 bulan saja. Desain F40 terlihat masih turunan dari 288 GTO termasuk bagian atap yang mirip dengan 308 GTB. Tetapi Leonardo Fioravanti dan Pietro Camardella dari Pininfarina menghasilkan bodi aerodinamis dengan bagian depan rendah, dua NACA ducts besar di samping mobil dan sayap belakang untuk memberikan downforce. 

Seluruh bodi mobil dibuat dari bahan carbon fibre, kevlar dan aluminium, sehingga F40 hanya memiliki berat 1.254 kg saja. Karena ada komplain dari konsumen, bahwa mobil Ferrari modern semakin ‘manusiawi’. Maka interior F40 dibuat ‘sepi’ fitur, lantaran tidak ada sistem audio, door panel dan bahkan karpet dan sistem kunci, namun setidaknya terdapat sistem AC. Kaca mobil terbuat dari bahan Lexan yang ringan dan bahkan pada versi awal F40, tidak ada sistem engkol dan hanya kaca yang bisa digeser ala mobil balap. 

Dapur pacu F40 menggunakan mesin V8 2.936 cc dengan konfigurasi 90 derajat yang dibantu dua turbo buatan IHI yang mampu menghasilkan tenaga 471 hp dan torsi 577 Nm. Menarik melihat Ferrari memilih turbo buatan Jepang, menurut Dario Benuzzi, Chief Test Driver Ferrari kala itu. Terdapat dua varian mesin dimana satu menggunakan turbo KKK buatan Jerman dan IHI buatan Jepang. 

Turbo Jepang Lebih Baik

Setelah pengetesan turbo buatan IHI diketahui lebih unggul dan kuat. Namun Ferrari tidak bisa memilih IHI dengan mudah lantaran KKK memasok turbo untuk mobil F1. Akhirnya mereka mengundang engineer KKK yang mengakui keunggulan turbo buatan IHI dan merestui Ferrari menggunakan turbo IHI. Para engineer Ferrari juga menjamin reliabilitas mobil dengan menggunakan bahan magnesium di beberapa komponen inti, seperti intake manifold dan housing transmisi. 

Tenaga mesin disalurkan melalui transmisi manual 5-speed menuju roda belakang. Suspensi independen double wishbone yang mirip dengan konfigurasi Ferrari 288 GTO. Baik velg centre lock buatan Speedline dan ban F40 desain Pirelli sesuai dengan spesifikasi dari engineer Ferrari. 

Akhirnya pada bulan Juli 1987, F40 diperkenalkan ke publik pada sebuah acara di balai kota Maranello, lantaran Fiat sebagai pemilik Ferrari tidak mengizinkan Ferrari mengikuti Frankfurt Motor Show, karena bentrok dengan peluncuran Alfa Romeo 164. Meski begitu peluncuran ini termasuk sukses dan menjadi salah satu penampilan publik Enzo Ferrari sebelum kematiannya pada tahun 1988. 

Mendapat kritis pedas

Performa F40 termasuk dahsyat dengan 0-100 km/jam dapat ditempuh hanya dalam 4,7 detik dan menjadi mobil produksi pertama yang menembus ‘angka keramat’ 200 mil/jam atau 320 km/jam, dan menjadi mobil jalan raya tercepat. Kehadiran F40 sendiri hampir bersamaan dengan Porsche 959, karena memiliki sejarah yang sama yaitu lahir untuk Group B. Komparasi keduanya tidak terelakkan. Jika 959 mengandalkan teknologi canggih, maka F40 menawarkan pengalaman berkendara yang lebih analog. 

Awalnya Ferrari hanya menyebut bahwa hanya akan ada 400 unit F40 yang dibuat. Namun karena peminatnya banyak, maka Ferrari secara diam-diam memproduksi F40 lebih banyak lagi. Total produksinya mencapai 1.131 unit. Beberapa kritik dengan sinis juga menyebut bahwa F40 hanya dibuat untuk menghasilkan uang lantaran tidak lebih dari 288 GTO dengan baju baru, meski banyak tim pengembangan F40 menolak ide tersebut. 

Salah satu pemilik F40 yang terkenal adalah Sultan Brunei Hassanal Bolkiah yang dipercaya memiliki 11 unit F40. Menariknya F40 milik Sultan juga cukup spesial karena memiliki beberapa warna selain merah yang merupakan satu-satunya warna dari pabrik. Selain itu Sultan Brunei juga meminta beberapa F40 untuk dilengkapi dengan interior full lengkap dengan lapisan kulit. Sayangnya banyak dari F40 ini tidak terpakai dengan kilometer cukup rendah dan hanya disimpan di garasi saja. 

Dikembangkan versi balap oleh Michelotto

Meski F40 didapuk sebagai mobil jalan raya, beberapa pemilik Ferrari ingin membawa F40 ke sirkuit. Akhirnya Ferrari menunjuk Michelotto, konstruktor mobil balap yang sudah menjadi mitra Ferrari untuk mengembangkan versi balap dari F40. Tenaga mesin ditingkatkan hingga mencapai 700 hp dan juga penggantian transmisi dan rem versi balap. Bodi mobil juga dimodifikasi untuk menghasilkan downforce lebih banyak. 

Hasilnya Ferrari F40 LM ini berhasil meraih posisi ketiga pada debut balap pertamanya di ajang IMSA Amerika Serikat. Kemudian F40 sendiri terus berkompetisi di berbagai kejuaraan balap mulai dari IMSA di Amerika, Le Mans di Eropa dan bahkan JGTC di Jepang. 

Hampir 40 tahun berlalu sejak kemunculan Ferrari F40, kini harga pasarannya antara 1,5 juta hingga 3,5 juta USD atau setara dengan Rp 22,6 hingga Rp 52,8 miliar. F40 pun juga memiliki reputasi sebagai supercar terbaik di masanya serta embel-embel sebagai mobil terakhir yang disetujui oleh Enzo Ferrari. 

Ivan Ramadhana

Ferrari Kembali Berlaga di 24 Hours of Le Mans dan Menang!

Deru mesin mobil balap kembali menggema di Circuit de la Sarthe, Le Mans, Perancis pada 10-11 Juni 2023 lalu. Kejuaraan balap ketahanan 24 Hours of Le Mans yang tahun ini merupakan edisi ke 91 sekaligus bertepatan dengan 1 abad lahirnya event balap bergengsi ini. Tak hanya genap berusia 1 abad, balap Le Mans tahun ini kian meriah, karena Ferrari yang absen dari balapan di Le Mans selama 50 tahun kembali mengaspal di Circuit de la Sarthe. Suara mesin Ferrari terakhir kali membahana di Le Mans pada laga tahun 1973.

Ferrari Kembali Berlaga di Le Mans

Kali ini The Prancing Horse berlaga di kelas balap yang baru yakni di kategori Hypercar (LMH) FIA World Endurance Championship (WEC).

Tak hanya Ferrari saja ternyata yang memanfaatkan kategori Hypercar sebagai momen ‘comeback’. Mobil balap NASCAR yang absen berlaga sejak tahun 1976 kembali mengaspal di Le Mans.

Ferrari vs Toyota

Di era mesin V12 vs V8 setengah abad lalu musuh bebuyutan Ferrari adalah mobil balap Ford GT40. Namun kini Ferrari harus berhadapan dengan Toyota Gazoo Racing yang menjuarai Le Mans 5 kali berturut-turut.

Sepasang mobil balap 499P yang diterjunkan oleh tim AF Corse berhasil menandingi Toyota GR010 pada sesi kualifikasi dan menempati barisan grid terdepan.

Aksi adu kuat menyusuri aspal Circuit de la Sarthe yang panjangnya 13,6 km semalam suntuk benar-benar menegangkan dan melelahkan.

Nahas, salah satu mobil balap Toyota GR010 yang dikemudikan oleh Kamui Kobayashi mengalami kerusakan berat dan terpaksa harus minggir. Praktis, duel Ferrari vs Toyota Gazoo Racing pun kini menjadi 2 :1.

Balapan kian menegangkan menjelang laga berakhir. Kali ini nasib mujur mungkin belum berpihak pada Toyota. Saat waktu tinggal 1 jam 44 menit lagi menjelang laga berakhir, rem mobil balap Toyota GR010 No.8 besutan juara bertahan Ryō Hirakawa mendadak macet. Mobil balap Hirakawa pun tak terkendali hingga membentur dinding pembatas. Beruntung para kru pit Team Toyota Gazoo Racing dengan sigap segera memperbaiki kerusakan dan Hirakawa dapat kembali melanjutkan balapan.

Pilot F1 Ferrari, Charles Leclerc yang berada di paddock tim Ferrari pun menyaksikan balapan dengan antusias. Ya, seantusias 300.000 pasang mata penonton yang hadir di Le Mans.

Mobil balap Ferrari 499P tim AF Corse No. 51 besutan trio Alessandro Pier Guidi, James Calado dan Antonio Giovinazzi terus melesat di posisi terdepan dan tak terkejar. Checkered flag pun berkibar dan balapan berakhir. Podium utama balap 24 Hours of Le Mans kali ini menjadi milik Ferrari yang berhasil menjuarai kategori Hypercar dengan menyelesaikan 342 lap dengan total jarak tempuh 4.659,40 km!

Pupus sudah harapan Team Toyota Gazoo Racing untuk meraih gelar juara Le Mans yang keenam kalinya. Tahun ini Hirakawa bersama dua tandemnya yakni Sébastien Buemi dan Brendon Hartley harus puas berada di posisi dua.

Balapan 24 Hours of Le Mans tahun ini benar-benar menjadi momen bersejarah bagi Ferrari. Bravo…!

Mansory Gubah Ferrari Monza SP2 Sang Penguasa Gurun Pasir

Banyak beredar mobil Ferrari modern yang dimodifikasi dengan beragam gaya. Namun yang satu ini mungkin anda baru pertamakali melihatnya. Inilah super speedster Ferrari Monza SP2.

Merupakan mobil yang hanya dibuat sebanyak 499 unit di tahun 2019. Harganya pun spektakuler, 1,58 juta Euro dalam kondisi original. Merasa belum puas, pemiliknya langsung mempercayakan kepada Mansory untuk memodifikasinya.

Eksterior Merah Menggelora Ala Mansory

Enam bulan lalu, sang Monza yang berasal dari Uni Emirat Arab ini diterbangkan ke markas Mansory di Munich untuk dipermak. Tahap pertama yang dilakukan para teknisi Mansory yakni melucuti seluruh interior, panel body dan mesin serta transmisi serta suspensi.

Panel body bagian depan mulai dari bonnet, lip spoiler hingga air scoop pada bumper depan dimodifikasi dengan body kit baru garapan Mansory. Side skirt model baru pun disematkan pada bagian sisi body untuk meningkatkan gaya aerodinamika.

Beralih ke bagian buritan, Mansory mengimbuhkan sirip diffuser berukuran besar. Lampu rem model mobil balap F1 pun dipasang di bagian belakang. Seperangkat pipa exhaust baru berkelir merah-hitam tak hanya menambah nilai estetika, namun juga mendongkrak performa. Mansory pun memilih two-tone merah dan hitam mengkilat untuk melabur sekujur body Monza.

Sebagai penopang body, terpasang satu set velg serat karbon ultra-lightweight Mansory YT.5 Air model 5-twin spoke beroffset 9.5×21-inci di depan dan 12×22-inci di kaki belakang. Di sela velg bergaya turbin, tersembunyi rem cakram keramik karbon berkaliper kuning bawaan Ferrari Monza SP2.

Konser V12 Italia Gubahan Munich

Dalam kondisi standar, Ferrari Monza SP2 dibekali mesin 6.5-liter V12 bertenaga 799 hp dengan torsi maksimum 719 Nm. Penyaluran daya menggunakan transmisi automatic 7-speed dual-clutch. Mesin F140 yang digunakan Monza berbasis dari mesin Ferrari 812 Superfast.

Di tangan Mansory, performa tenaga pun kini terkoreksi menjadi 818 hp dengan torsi maksimum 740 Nm. Pun demikian, tak ada perubahan catatan waktu sprint 0-100 km/jam yang masih di angka 2,9 detik. Masih sangat cepat…

Hanya butuh 7,9 detik untuk melesat hingga 200 km/jam. Dan tentunya butuh trek lurus yang sangat panjang dan lengang untuk memacu mobil ini hingga speedometer menampilkan angka 300 km/jam. Dengan mobil ini Anda setidaknya butuh sekitar 16 liter bensin oktan tinggi untuk bisa menempuh jarak 100 km. Hmm, boros sekali. 

Jangan tanya berapa biaya yang dihabiskan oleh sang pemilik mobil untuk memodifikasi sang Ferrari Monza SP2. Karena kepuasan batin adalah hal yang paling utama bagi sang penguasa gurun pasir…

 

Ferrari Gandeng Harman Automotive Kembangkan Teknologi Infotaintment Terpadu

Dua brand yang berada di puncak piramida teratas dari masing-masing bidang yakni otomotif dan audio, Ferrari dan Harman berkolaborasi menjalin kemitraan.

Ferrari tak perlu beriklan panjang lebar. Dengan menyebut namanya saja, bahkan orang yang awam sekalipun paham perihal kualitas dan eksklusifitasnya di dunia otomotif. Sebegitu kuatnya pamor nama Ferrari.

Demikian pula saat orang mendengar nama “Harman”, maka yang dimaksud adalah Harman-Kardon, produsen perangkat audio kelas atas.

Hanya sebagian pecinta audio saja yang mengetahui jika mayoritas saham Harman dipegang oleh Samsung. Selain itu, Harman memiliki sejumlah sub-brand audio high-end ternama dunia. Mulai dari AKG, JBL, hingga Mark Levinson.

Kemitraan dengan Ferrari tersebut tak hanya menguntungkan bagi Harman, namun juga bagi Samsung, dan demikian pula sebaliknya. Lantas, apa yang menarik minat bagi Ferrari untuk menggandeng Harman Automotive?

Sebagai bagian dari Samsung Electronics, maka akses terhadap teknologi elektronika dan multimedia yang dimiliki Harman Automotive sangat lengkap dan luas.

Tak sekadar sistem audio terpadu, namun juga meliputi sistem otomasi, teknologi visualisasi digital, sistem internet dan komputerisasi dan masih banyak lagi.

“Kemitraan antara Ferrari dan Harman Automotive semoga akan membawa kemajuan serta menembus batasan di bidang inovasi dan teknologi bagi kedua merek,” papar Benedetto Vigna, CEO Ferrari.

Semua Dapat Untung

Hal senada pun diungkapkan oleh Christian Sobottka, President of Harman Automotive. Ditambah, mereka bisa selangkah lebih dekat dengan pengaplikasian teknologi mereka pada mobil balap, terutama di kancah Formula 1.

Yang paling diharapkan oleh Ferrari dari Harman sebenarnya adalah sistem infotaintment multi dimensi terpadu pada kabin kendaraan. Teknologi tersebut dipamerkan oleh Harman Automotive pada Consumer Electronics Show 2023 di Las Vegas pada pekan lalu.

Harman Automotive memadukan sistem terpadu tata audio berkualitas tinggi dengan teknologi visualisasi digital dan virtual bervisi masa depan dalam tema Harman Explore. Seluruh sistem infotaintment terpadu tersebut tak hanya dapat diperbaharui secara daring via teknologi OTA (over the air), namun juga dapat dikustomisasi.

Teknologi infotaintment terpadu Harman tersebut rencananya tak hanya diaplikasikan mobil sport Ferrari. Mobil balap Formula 1 dari tim balap Scuderia Ferrari untuk musim balap tahun ini rencananya akan menjadi proyek percontohan pengaplikasian teknologi tersebut.

Dengan hadirnya Harman Automotive, diharapkan perangkat komunikasi serta telemetri mobil F1 dapat terintegrasi dengan sistem kendali komputer satu paket. Lebih hemat biaya produksi dan memudahkan dalam hal perawatan.

Seperti apa pengaplikasian teknologi dari kedua brand tersebut? Hmm..pasti akan dahsyat.

 

Ferrari Purosangue

Inden Dua Tahun, Pemesanan Ferrari Purosangue Dihentikan

Ferrari Purosangue ternyata melebihi ekspektasi siapapun. Antusiasme pasar melebihi ekspektasi pabrikan Maranello itu. Meskipun sudah diperkirakan kalau mobil ini akan laku, tapi tidak disangka akan sebanyak itu.

Menurut hitungan Ferrari, ordernya sudah menumpuk sampai dua tahun ke depan. Ferrari Purosangue padahal masih dalam tahap pembuatan dan belum ada satu konsumen pun yang melakukan test drive. Rencananya, baru mulai penghantaran ke konsumen tahun 2023. Tentu, yang diberikan prioritas adalah konsumen setia dulu. Yang lainnya belakangan.

FErrari Purosangue 2023

Kapasitas produksi, khusus untuk mobil ini adalah 2.200 hingga 3.000 unit setahun. Ini setara dengan 20 persen total kapasitas produksi Ferrari. Sebagai informasi, kapasitas perakitan pabrik Maranello adalah 15.000 unit per tahun, untuk semua model.

Enrico Galliera, Chief marketing dan Commercial Ferrari memastikan hal tersebut. “Bukan rahasia lagi kalau kami harus berhenti terima order (untuk Ferrari Purosangue). Kami menerima sebegitu banyaknya antusiasme, bahkan sebelum ada deliver,” kata Galliera seperti dikutip dari Drive

Tiba-tiba Laris

Ferrari Purosangue doors

Keriaan ini dipicu oleh banyaknya penyuka Ferrari yang masih mendambakan mobil dengan penggerak V12 tanpa turbo. Dan itulah yang diberikan oleh Ferrari Purosangue.

Fase awal saat mereka menggaungkan akan bikin mobil tinggi, yang tidak mau disebut sebagai SUV, responnya lebih banyak yang sinis. Tapi begitu diumumkan pada awal tahun ini kalau mesinnya V12, berbalik. Penggemar Ferrari langsung tutup mata dan antri.

Purosangue rear

Belum lagi, angka produksi di atas membuat Ferrari Purosangue lebih langka dibanding kompetitor terdekat, Lamborghini Urus. SUV berlogo banteng itu dibuat lebih dari 8.000 unit setahun. Kenapa ini penting? Bagi mereka yang mampu beli, makin jarang makin bergengsi.

Di balik kap mesinnya bertengger jantung mekanis V12 berkapasitas 6,5 liter. Tenaganya mencapai 533 hp dengan torsi puncak 716 Nm. Sprint 0-100 km/jam diselesaikan dalam 3,3 detik saja. Sedangkan top speed menyentuh 310 km/jam. Sekali lagi, ini mesin tanpa turbo.

Dashboard purosangue

Hal lain yang membuktikan kalau mobil ini sukses adalah harga. Di beberapa negara, Ferrari Purosangue dua kali lebih mahal dibanding Lamborghini Urus. Dikutip dari Carscoops, di Australia, Urus dihargai AU $395.000, sedangkan Purosangue AU $728.000.

Vale Nicola Materazzi: Engineer Italia Paling Legendaris (28 Januari 1939-24 Agustus 2022)

Vale Nicola Materazzi memulai karir otomotifnya di Lancia pada awal 1970.

Banyak orang yang mengidolakan bahkan mengkultuskan mobil sport legendaris seperti Lancia Stratos, Ferrari 288 GTO, Ferrari F40 hingga Bugatti EB110 GT.  Namun hanya segelintir orang yang mengenal sosok di balik lahirnya mobil legendaris tersebut: Vale Nicola Materazzi.

Vale Nicola Materazzi lahir di Caselle in Pittari, Salerno, Italia pada 28 Januari 1939. Kecintaannya pada dunia otomotif telah dimulai sejak kanak-kanak hingga menginjak usia remaja. Bahkan ia lebih memilih untuk melanjutkan kuliah di jurusan teknik mesin daripada masuk ke fakuktas kedokteran.

Materazzi memulai karir otomotifnya di Lancia pada awal 1970 saat ia melepaskan karirnya sebagai dosen di fakuktas teknik. Di pabrikan otomotif yang bermarkas di kota Torino ini Materazzi terlibat dalam berbagai proyek perancangan, khususnya saat ia berada di divisi motorsport Lancia.

Di dapur peracikan mobil balap inilah Materazzi banyak menelurkan inovasi teknologi dan desain. Baik di sektor rancang bangun mesin turbo, sasis hingga sistem suspensi untuk menyesuaikan dengan regulasi balap dari FIA yang selalu berubah. Ia adalah salah satu engineer di balik kesuksesan mobil balap legendaris Lancia Fulvia dan Stratos.

Saat raksasa otomotif FIAT mengakusisi Lancia dan Enzo Ferrari perlu engineer yang mampu menangani proyek mesin mobil F1 Ferrari, Nicola Materazzi pun dilibatkan dan ia berhasil memuluskan jalan Ferrari hingga menjadi juara.

Keahliannya di bidang mesin turbo membuat Enzo mempercayakan sejumlah proyek rancang bangun mobil sport Ferrari padanya, termasuk supercar yang melambungkan nama Ferrari di era ’80-an: Ferrari F40.

Kesuksesan F40 bahkan membuat direktur pemasaran Ferrari pening kepala. Pasalnya, hanya dalam waktu 24 jam setelah peluncurannya di tahun 1986, F40 membukukan lebih dari 900 pemesanan dari berbagai negara. Edaaan…! Bahkan saat itu F40 termasuk supercar dengan harga yang amat sangat mahal.

Materazzi punya perpustakaan pribadi

Supercar lain yang menjadi buah karya Materazzi adalah Bugatti EB110 GT yang diluncurkan pada tahun 1991. Mobil ini merupakan awal kebangkitan Bugatti di era modern setelah mengalami mati suri selama beberapa dekade. Setelah pensiun dari industri otomotif, Materazzi menghabiskan masa tuanya di daerah pedesaan di Salerno, tak jauh dari kota Napoli.

Ia hidup bersama buku bacaan di perpustakaan pribadinya yang berisikan lebih dari 12.000 judul buku, 8.000 di antaranya adalah buku otomotif. Ya, dunia otomotif adalah jalan hidupnya dan Vale Nicola Materazzi adalah legenda otomotif yang berada di balik layar. Menjelang ia tutup usia pada 24 Agustus 2022 lalu, ia masih berkolaborasi dengan Gianluca Maggiore dalam mengembangkan mobil Maggiore GranTurismO. Selamat jalan Vale Nicola Materazzi. Salve…!

Rizky Vox

Maggiore GranTurismO Jadi Sosok Penyempurnaan Ferrari 288 GTO

Maggiore GranTurismO memadukan teknologi canggih dengan kemampuan para tangan terampil.

Sebagian petrolhead masih memendam rasa cinta terhadap mobil sport maupun supercar masa lampau. Jika memiliki uang segudang, maka cukup mencari unit yang mereka impikan. Namun, seringkali mobil sport maupun supercar tahun lawas dirasa agak sulit beradaptasi dengan era modern. Itulah sebabnya bermunculan workshop dan perusahaan otomotif yang menawarkan proses restomod. Salah satunya adalah Automobili Maggiore.

Automobili Maggiore yang bermarkas di kota Forte dei Marmi ini mulai beroperasi pada tahun 2019 dan didirikan oleh Gianluca Maggiore. Perusahaan ini mampu melakukan transformasi pada sebuah mobil lawas menjadi satu obyek yang unik. Proses restomod ini tetap mempertahankan sosok mobil yang ikonik, namun memiliki sederet teknologi modern pada komponen mekanikal serta detailnya. Karya pertamanya ialah Project M yang berbasis Ferrari 308 GTS Quattrovalvole.

Kini, Gianluca Maggiore memiliki ide kreatif lain yang serupa. Tetap berbasis Ferrari, tapi dengan desain atraktif dan performa yang lebih menantang, sehingga mampu menggoda calon konsumen yang gemar sosok supercar era 1980an namun mendambakan rada berkendara mobil era modern. ‘Makhluk’ ini dinamakan GranTurismO. Jika Anda melihatnya secara sekilas dan menganggap bahwa mobil ini mirip Ferrari 288 GTO, maka memang itu tujuan dari Automobili Maggiore.

GranTurismO memadukan segala hal terkait teknologi canggih dengan kemampuan para tangan-tangan terampil dalam membangun sebuah mobil. GranTurismO lahir berdasarkan dua hal, yaitu penerapan mesin turbocharger pada produk Ferrari dan menghormati karya Nicola Materazzi, seorang engineer Italia yang sukses melahirkan mesin turbocharger beberapa supercar. Mulai dari Ferrari 288 GTO, Ferrari 288 GTO Evolution, Ferrari F40, Bugatti EB110, dan B Engineering Edonis.

Dalam mengembangkan GranTurismO ini, Automobili Maggiore memang berkolaborasi dengan Nicola Materazzi, walaupun kondisi kesehatan fisik engineer senior tersebut tidak optimal. Mereka menjalankan proyek ini secara serius selama enam bulan, namun sayangnya Nicola Materazzi berpulang sebelum peluncuran resmi GranTurismO.

“Nicola Materazzi menjadi salah satu sosok penting bagi Automobili Maggiore dan kelangsungan proyek GranTurismO. Kami amat sedih dengan berpulangnya beliau. Namun, sosok GranTurismO menjadi penghormatan bagi seorang engineer dan desainer Italia dengan talenta tinggi, serta amat penting bagi pengembangan banyak supercar di era 80an dan 90an,” kata Gianluca Maggiore.

Mesin V8 dengan sequential turbocharger

Maggiore GranTurismO dibekali mesin V8 milik Ferrari 308. Namun hanya bloknya saja yang menggunakan unit Ferrari asli, karena cylinder head langsung diganti baru beserta isinya. Tak ketinggalan individual throttle body, intake manifold intercooler, plenum chamber bermaterial serat karbon, hingga sequential turbocharger.

Hasilnya ialah tenaga 529 hp yang kemudian disalurkan ke roda belakang melalui transmisi manual 6-speed. Chassis asli Ferrari 308 direstorasi ulang dan diperkuat dengan melibatkan sejumlah komponen suspensi berbahan alumunium alloy, termasuk sistem pengereman buatan Brembo. Saat ini GranTurismO menjadi puncak kreasi dari Automobili Maggiore, namun tidak menutup kemungkinan Gianluca Maggiore bakal menyuguhkan proyek spektakuler lain di masa depan.

Pasang kaca mobil

Setelah Microchip, Sekarang Kaca Mobil Bakal Langka

Pabrikan mobil akan pusing lagi. Setelah susah mendapatkan chip, kaca akan jadi barang langka.

Setelah kekurangan microchip, industri otomotif kembali bersiap untuk menghadapi kekurangan. Kali ini, yang kurang adalah kaca mobil. Ya, kaca. Terutama untuk pabrikan Eropa. Ini semua gara-gara Uni Eropa banyak bergantung pada pasokan gas alam dari Rusia.

Ingat, untuk membuat kaca mobil atau kaca lainnya, termasuk gelas yang Anda pegang, perlu pemanas untuk melebur debu, batu kapur dan soda abu. Pemanasnya mengandalkan gas Rusia, yang sekarang sedang berperang melawan Ukraina dan diboikot oleh negara-negara barat. Akibatnya, dibalas dengan pemotongan suplai gas ke negara yang memboikot. Terbayang susahnya, kan?

Akhirnya pemerintah Uni Eropa menghimbau agar penggunaan gas alam dari Rusia diefisienkan. Lantas, langkah preventif terpaksa dilakukan pabrikan dengan menyetok kaca mobil sebanyak-banyaknya. Untuk pintu ataupun windscreen, panoramic serta sunroof. Volkswagen, sekarang sedang menggenjot suplier kaca untuk memasok sebanyak mungkin supaya mereka bisa menyimpan stok. Biarpun mereka harus menebusnya dengan harga mahal. Tentunya supaya produksi mobil tidak terganggu.

Menurut penelusuran kami, beberapa analis menyatakan kalau sampai terjadi kelangkaan kaca untuk mobil, kemampuan produksi industri otomotif, khususnya Eropa, bisa turun seperti saat pandemi COVID-19 lalu beserta dengan efek pasca pandeminya.

Repotnya lagi, kelangkaan gas ini juga bisa mengganggu industri hulunya. Dalam arti, pembuat kaca mobil juga tidak bisa sembarangan menghentikan produksi. Efeknya bisa lebih berat. Gelas atau kaca panas dalam bentuk cair (sebelum dibentuk) kalau tungkunya mati, kaca cair bisa membeku dan berujung merusak peralatan mereka.

Industri di wilayah lain mungkin tidak terlalu terganggu. Tapi patut juga waspada. Apalagi kalau Anda sudah inden VW, Ferrari, Mercedes-Benz, BMW dan sejenisnya. Mudah-mudahan BMW M4 kami tidak terpengaruh. 

FErrari Purosangue 2023

Ferrari Purosangue, Mobil Dilematis Yang Akan Laris

Ferrari perkenalkan spesies baru dari kandang mereka. Inilah Purosangue, yang akan ditelan mentah-mentah oleh para penggilanya. 

Mungkin Ferrari Purosangue seperti BMW X5 saat pertama lahir. Purist BMW membencinya, termasuk kami, tapi kemudian perlahan mulai suka dan ingin punya. Tapi kami bukan purist Ferrari, kami hanya suka.

Ferrari Purosangue juga menimbulkan dilema di kubu Kuda Jingkrak, banyak yang menyayangkan kenapa pabrikan Maranello ini harus bikin (semacam) SUV. Tapi kalau tidak ikut trend jualan mobil tinggi, pasar mereka tidak akan melebar. Keuntungan tidak bertambah.

Bahkan Sergio Marchionne, mantan petinggi Fiat Chrysler Group sempat bilang, “Langkahi dulu mayat saya,” saat ditanya kapan Ferrari mau bikin SUV. Ya kejadian. Marchionne sudah almarhum. Mungkin karena itu juga, Ferrari CEO Benedetto Vigna, menolak untuk menyebut mobil ini sebagai SUV. Ingat ya, ini bukan SUV. Kata Ferrari.

Dibalik dilema itu, Ferrari Purosangue memiliki keunikan yang bakal membuat mobil ini layak didambakan. Di dalam moncongnya tertanam mesin V12 berkapasitas 6,5 liter. Tenaganya 725 hp. Torsinya 716 Nm. Posisinya tepat di belakang as roda depan. Diklaim torsi akan memuncak mulai dari 2.100 RPM, dengan batas atas putaran mesin 8.250 RPM. Masih menurut Ferrari, ini mesin GT paling bertenaga yang pernah mereka buat.

Di hadapannya, terpasang transfer case yang mengatur pembagian daya ke roda depan atau buritan. Gearbox dengan dual clutch 8-speednya terpasang di as roda belakang. Tatanan ini serupa dengan yang dipakai oleh Ferrari FF dan GTC4 Lusso. Dengan bobot dua ton, mobil ini mampu berakselerasi 0-100 km/jam dalam 3.4 detik.

Bakal Laris!

Bentuknya seperti Ferrari kebanyakan. Lampu depan mirip dengan Roma, kap mesin dengan lekukan aerodinamika yang khas, plus lubang udara di dekat kaca depan yang memang ada fungsinya. Belakangnya menekuk tegas di bagian bagasi, mirip dengan..err..SUV?

Pintu ada empat dimana yang depan membuka normal, sementara pintu belakang model bukaan suicide door (membuka berlawanan ke arah belakang). Empat orang bisa duduk dengan nyaman di mobil ini. Meski banyak yang bilang ruang belakangnya tidak terlalu lega. Tapi kami harus buktikan langsung nanti.

Yang pasti, wheelbase Ferrari Purosangue berada di angka 3.017 mm. Lebih panjang 15 mm dari pesaing terdekat, Lamborghini Urus.

Suspensinya dinamai Multimatic yang bisa menyesuaikan keperluan peredaman secara instan. Ini suspensi baru yang memanfaatkan teknologi True Active Spool Valve buatan kanada. Dilengkapi dengan shockbreaker dengan aktuator 48 volt untuk mengatur langkah (travel) shockbreaker dan memberikan kestabilan.

Nah, sekarang pertanyaannya, ini mobil lebih tinggi dari Ferrari lainnya. Jadi harus disebut apa kalau tidak mau dibilang SUV? Crossover? Sedan gemuk? Sampai ada konfirmasi, kami akan sebut ini sebagai Purosangue. Ferrari yang tinggi gemuk.

Harganya saat ini sekitar US $400.000 dan baru dijual sekitar kuartal kedua 2023. Tapi kami yakin ini akan laku. Bukan untuk mereka yang mencari mobil yang bisa libas jalan jelek atau melewati banjir di kota besar, tapi karena ini Ferrari. Titik.

Indra A