Ferrari Gandeng Harman Automotive Kembangkan Teknologi Infotaintment Terpadu

Dua brand yang berada di puncak piramida teratas dari masing-masing bidang yakni otomotif dan audio, Ferrari dan Harman berkolaborasi menjalin kemitraan.

Ferrari tak perlu beriklan panjang lebar. Dengan menyebut namanya saja, bahkan orang yang awam sekalipun paham perihal kualitas dan eksklusifitasnya di dunia otomotif. Sebegitu kuatnya pamor nama Ferrari.

Demikian pula saat orang mendengar nama “Harman”, maka yang dimaksud adalah Harman-Kardon, produsen perangkat audio kelas atas.

Hanya sebagian pecinta audio saja yang mengetahui jika mayoritas saham Harman dipegang oleh Samsung. Selain itu, Harman memiliki sejumlah sub-brand audio high-end ternama dunia. Mulai dari AKG, JBL, hingga Mark Levinson.

Kemitraan dengan Ferrari tersebut tak hanya menguntungkan bagi Harman, namun juga bagi Samsung, dan demikian pula sebaliknya. Lantas, apa yang menarik minat bagi Ferrari untuk menggandeng Harman Automotive?

Sebagai bagian dari Samsung Electronics, maka akses terhadap teknologi elektronika dan multimedia yang dimiliki Harman Automotive sangat lengkap dan luas.

Tak sekadar sistem audio terpadu, namun juga meliputi sistem otomasi, teknologi visualisasi digital, sistem internet dan komputerisasi dan masih banyak lagi.

“Kemitraan antara Ferrari dan Harman Automotive semoga akan membawa kemajuan serta menembus batasan di bidang inovasi dan teknologi bagi kedua merek,” papar Benedetto Vigna, CEO Ferrari.

Semua Dapat Untung

Hal senada pun diungkapkan oleh Christian Sobottka, President of Harman Automotive. Ditambah, mereka bisa selangkah lebih dekat dengan pengaplikasian teknologi mereka pada mobil balap, terutama di kancah Formula 1.

Yang paling diharapkan oleh Ferrari dari Harman sebenarnya adalah sistem infotaintment multi dimensi terpadu pada kabin kendaraan. Teknologi tersebut dipamerkan oleh Harman Automotive pada Consumer Electronics Show 2023 di Las Vegas pada pekan lalu.

Harman Automotive memadukan sistem terpadu tata audio berkualitas tinggi dengan teknologi visualisasi digital dan virtual bervisi masa depan dalam tema Harman Explore. Seluruh sistem infotaintment terpadu tersebut tak hanya dapat diperbaharui secara daring via teknologi OTA (over the air), namun juga dapat dikustomisasi.

Teknologi infotaintment terpadu Harman tersebut rencananya tak hanya diaplikasikan mobil sport Ferrari. Mobil balap Formula 1 dari tim balap Scuderia Ferrari untuk musim balap tahun ini rencananya akan menjadi proyek percontohan pengaplikasian teknologi tersebut.

Dengan hadirnya Harman Automotive, diharapkan perangkat komunikasi serta telemetri mobil F1 dapat terintegrasi dengan sistem kendali komputer satu paket. Lebih hemat biaya produksi dan memudahkan dalam hal perawatan.

Seperti apa pengaplikasian teknologi dari kedua brand tersebut? Hmm..pasti akan dahsyat.

 

Chrysler Hadirkan Kokpit Synthesis Dengan Display Ganda

Teknologi sistem infotaintment saat ini tak lagi sekadar sebagai fitur penghibur perjalanan di dalam kabin semata. Sistem infotaintment saat ini telah menjadi jantung utama dari sebuah mobil. Hampir seluruh fitur berkendara terintegrasi secara terpadu dan diatur via layar digital pada sistem infotaintment. Seperti pada langkah yang diambil oleh Chrysler.

Pada event Consumer Electronics Show (CES) 2023, di Las Vegas akhir pekan lalu pabrikan otomotif asal Amerika Serikat, Chrysler memperkenalkan kokpit masa depan dengan sistem infotaintment terpadu. Teknologi yang diberi nama Synthesis ini didemonstrasikan dalam wujud simulasi peraga statis.

Synthesis terinspirasi dari desain yang terdapat pada mobil konsep Airflow Concept yang diperkenalkan oleh Chrysler pada event CES tahun 2022 lalu. Lantas, seperti apa kemampuan dari teknologi Synthesis ini?

Synthesis, Kokpit Masa Depan Yang Ramah Lingkungan

Hampir seluruh komponen yang ada pada kokpit Synthesis menggunakan material ramah lingkungan dan sebagian dapat didaur ulang–tentunya terkecuali untuk material beraksen chrome.

Material plastik dan serat kain daur ulang, kulit dengan proses penyamakan nabati dan masih banyak lagi. Meskipun ramaah lingkungan dan dapat didaur ulang, bukan berarti desain tampilannya tidak keren. Kemasan pada kokpit Synthesis justru terbilang sangat mewah dengan gaya semi futuristik.

Sistem Infotaintment Terpadu Berteknologi AI

Jantung utama dari kokpit Synthesis terdapat pada layar sentuh digital ganda berukuran 37,2-inci yang terpampang di sepanjang dashboard.

Berbekal teknologi AI mutakhir, algoritma pada sistem infotainment akan mempelajari dan menyesuaikan dengan kebiasaan rutin sehari-hari dari pemilik kendaraan atau pengemudi saat berkendara dan menggunakan sistem infotaintment tersebut. Basis teknologinya mirip seperti yang anda saksikan pada film sci-fi. Wow…canggih!

Pembaruan software secara berkala pada sistem yang menggunakan teknologi “STLA Brain” ini dilakukan via OTA (over-the-air).

Sederhananya, sistem infotaintment canggih tersebut akan menjadi asisten pribadi dan teman berkendara virtual anda, baik di dalam maupun di luar mobil.

Mulai dari mengingatkan jadwal agenda kegiatan harian, menyarankan rute perjalanan, mencari lokasi parkir dan stasiun charging baterai, terkoneksi dengan sistem rumah pintar, hingga layanan e-commerce services. Ya, benar-benar mirip seperti asisten pribadi.

Sistem infotaintment ini ternyata juga terintegrasi dengan teknologi pengendaraan otonom level 3 STLA Autodrive. Kendaraan akan mengambil alih kemudi untuk sesaat, sehingga pengemudi dapat menggunakan fitur infotaintment dengan leluasa.

Kokpit Ramah Lingkungan Dengan Sensasi Lounge Pribadi

Tak hanya sekadar menonton sambil terpana, Chrysler pun mempersilahkan bahkan mengajak para pengunjung CES untuk dapat merasakan langsung kecanggihan dari kokpit Synthesis tersebut.

Saat masuk ke dalam kabin, sistem Synthesis pun menyambut dengan ucapan “welcome”, lalu menanyakan tujuan dan rute mana yang akan dipilih pada hari ini. Setelah mengeset rute, sistem otonom STLA Autodrive pun mengambil kendali kemudi dan merubah status dari posisi parkir ke berkendara. Wow…bagaikan memiliki supir pribadi. Hanya saja, demontrasi  dari Synthesis masih dalam bentuk simulasi statis.

Para pengunjung yang mencoba merasakan pengalaman dalam kokpit Synthesis pun dapat memilih satu dari tiga mode ambience kabin yang tersedia yakni Chill, Zen, dan Fun. Masing-masing mode memiliki setting pencahayaan kabin dan lantunan musik yang berbeda.

Tak ubahnya sedang berada di dalam lounge pribadi…dan mobil berkendara secara mandiri, meski untuk saat ini masih sebatas simulasi peraga. Anda tentu penasaran ingin mencicipi sensasi berkendara ala mobil masa depan yang disuguhkan oleh kokpit Synthesis ini bukan?

Tak perlu menunggu lama, Chrysler akan mengaplikasikan teknologi ini secara perdana pada mobil listrik mereka di tahun 2025. Bahkan, kokpit Synthesis juga akan diaplikasikan pula pada seluruh mobil listrik buatan Chrysler yang akan diproduksi paling cepat mulai tahun 2028 mendatang. Tak terlalu lama bukan?

Mercedes-Benz Siap Mengaplikasikan Pengendaraan Otonom Level 3 Di Nevada, AS

Sebuah kabar gembira baru saja diumumkan oleh pabrikan otomotif asal Jerman, Mercedes-Benz pada event Consumer Electronics Show di Las Vegas, Amerika Serikat.

Mercedes-Benz menjadi pabrikan otomotif pertama yang diperbolehkan untuk mengaplikasikan teknologi pengendaraan otonom level 3 pada produk kendaraan mereka yang dipasarkan di Amerika Serikat, khususnya di Negara Bagian Nevada.

Hal ini tentunya membuat posisi Mercedes-Benz berada selangkah di depan brand otomotif lainnya, terutama pabrikan tuan rumah yakni Tesla yang gencar mengembangkan teknologi pengendaraan otonom.

Teknologi pengendaraan otonom Drive Pilot yang dikembangkan oleh Mercedes-Benz merupakan fitur berkendara mutakhir yang saat ini disematkan pada model S-Class dan mobil listrik EQS.

Di Amerika Serikat memang terdapat sejumlah perusahaan yang menerapkan teknologi pengendaraan otonom penuh. Akan tetapi teknologi tersebut digunakan pada robotaxi, bukan pada kendaraan pribadi.

Meskipun baru diterapkan di AS, namun Drive Pilot sebenarnya telah lebih dahulu ditawarkan kepada para konsumen Mercedes-Benz di Eropa, khususnya Jerman.

Jika menghendaki penambahan fitur Drive Pilot yang merupakan paket opsional, maka para konsumen di Jerman dikenakan biaya sebesar €5.000 atau sekitar Rp 83,35 juta untuk S-Class, dan €7.430 yang setara Rp 123,86 juta untuk EQS.

Pengendaraan Otonom Level 3 dan Drive Pilot

Anda tentu penasaran, apa sebenarnya yang dimaksud dengan pengendaraan otonom level 3, terutama teknologi Drive Pilot.

Berdasarkan informasi yang dijabarkan oleh organisasi standarisasi enjiniring global, SAE International, pada pengendaraan otonom level 3 kendaraan dapat mengemudi secara mandiri dalam kondisi tertentu dan terbatas.

Mungkin yang ada dalam pikiran anda dengan teknologi ini maka mobil dapat mengemudi sendiri tanpa perlu dikendalikan oleh supir. Ya, mungkin memang terkesan sederhana, namun sebenarnya cara kerjanya tidak sesederhana itu.

Lantas, seperti apa kemampuan dan cara kerja dari teknologi Drive Pilot yang ada pada sejumlah mobil Mercedes-Benz?

Sistem pengendaraan otonom Drive Pilot hanya bekerja pada kecepatan di bawah 64 km/jam. Dengan kata lain, sistem Drive Pilot idealnya diaktikan saat berkendara di tengah kemacetan atau sedang mencari tempat parkir.

Meskipun mobil melaju dan mengemudi sendiri secara mandiri saat sistem Drive Pilot diaktifkan, namun bukan berarti si pengemudi serta merta lepas setir dan tanpa mengawasi kondisi sekeliling…atau bahkan malah tertidur.

Kamera dan sejumlah sensor pun terintegrasi dengan sistem Drive Pilot untuk memantau kondisi jalan dan sekeliling kendaraan. Bila kendaraan di depan terdeteksi melakukan pengereman atau berhenti, maka sistem Drive Pilot akan melakukan pengereman secara otomatis untuk menghindari terjadinya tabrakan atau benturan.

Sebagai pengaman, sistem ini juga dilengkapi dengan alarm peringatan yang agak sedikit cerewet memberitahu kepada pengemudi secara berkala untuk mengambil alih kemudi.

Nah, jika tak ada respon dari pengemudi dalam waktu 10 detik sejak alarm berbunyi, maka sistem secara otomatis akan membuat mobil mengerem mendadak dan berhenti.

Jadi jelas, meskipun mobil dapat berkendara secara mandiri dengan adanya teknologi pengendaraan otonom, namun pengemudi tetaplah yang harus memegang kendali…bukan sebaliknya.

Setelah mendapat izin untuk pengaplikasian Drive Pilot di Negara Bagian Nevada, Mercedes-Benz akan mengajukan sertifikasi untuk wilayah lainnya, khususnya Negara Bagian California yang memiliki standar kebijakan dan peraturan sangat ketat, baik di sektor otomotif maupun lalu lintas. Bahkan peraturan di California terbilang paling ketat dibandingkan dengan negara bagian lainnya di Negeri Paman Sam.

Inception Concept, Visi Masa Depan Peugeot Di Era Elektrifikasi

Konsep desain super saloon futuristik Inception Concept dari pabrikan asal Prancis, Peugeot dipamerkan dalam event Consumer Electronics Show (CES) 2023 di Las Vegas, Amerika Serikat akhir pekan ini.

Sepintas, mobil bertenaga listrik ini mengingatkan kami pada Peugeot e-Legend Concept yang tampil di Paris Motor Show tahun 2018 silam. Konsep desain e-Legend yang juga mobil bertenaga listrik nampaknya dikembangkan lebih lanjut.

Inception yang memiliki arti “permulaan” seolah menggambarkan visi masa depan Peugeot dalam menyongsong era elektrifikasi otomotif modern global.

Tak hanya sekadar ramah lingkungan dalam hal bebas emisi gas buang. Hampir seluruh komponen maupun bahan material yang digunakan pada mobil ini pun ramah lingkungan serta dapat didaur ulang.

Tak hanya pada area interior saja, namun juga pada panel body. Tak lebih dari 50 persen saja bahan baja yang digunakan pada body mobil ini.

Body Berteknologi Kaca Helm Astronot

Yang mencengangkan dari mobil ini adalah body depan hingga atap kabinnya mengkilap seperti kaca. Ya, sekira 7,25 m2 dari eksterior mobil ini memanfaatkan teknologi pelapisan multi-chrome metal oksida yang biasa digunakan pada kaca helm astronot.

Bonnet, headlamp dan grille yang terinspirasi dari e-Legend membuat tampilannya terlihat brutal dan agresif. Desain bodynya yang sangat aerodinamis pun terlihat seperti sebuah supercar.

Pada pintu terdapat sensor pendeteksi. Jika pengemudi terdeteksi menghampiri mobil, handle pintu yang juga berfungsi sebagai layar digital secara otomatis akan menampilkan info baris kapasitas daya baterai. Keren…

Platform Modular STLA Large

Sebagai bagian dari grup raksasa otomotif Stellantis, Peugeot diuntungkan dengan tersedianya beragam platform dan teknologi mutakhir. Rancang bangun yang digunakan oleh Peugeot pada Inception Concept adalah platform modular STLA Large. Platform ini dapat diaplikasikan pada model kendaraan sedan maupun SUV bertenaga listrik berukuran besar.

Platform yang dikhususkan untuk mobil listrik ini terdiri dari tiga teknologi mutakhir berbasis kecerdasan artifisial sebagai pilar utama: STLA Brain, STLA SmartCockpit serta sistem otonom level 4 STLA Autodrive.

Sebagai penggerak, Inception Concept dilengkapi dua motor listrik yang terpasang pada masing-masing poros roda dengan output daya total 500 kW atau setara 680 hp. Mobil ini digadang hanya butuh 3 detik untuk mencapai angka 100 km/jam.

Baterai berdaya 100 kWh yang diusungnya digadang mampu menghasilkan daya jelajah hingga 800 km. Kurang lebih setara jarak dari Paris ke Marseille atau dari Brusells ke Berlin, dan hanya dengan satu kali pengisian daya.

Dengan arsitektur sistem kelistrikan bertegangan 800V, mobil ini dapat menggunakan perangkat charger ultra cepat yang dapat terkoneksi via soket inlet pada bonnetnya. Hanya butuh 5 menit untuk mengisi daya baterai hingga 20 persen yang cukup untuk menjelajah sejauh 150 km.

Sayangnya, pihak pabrikan tak menyebut secara rinci jenis baterai yang digunakan tersebut.

Steer-By-Wire dan Hypersquare, Teknologi Kemudi Mutakhir Masa Depan

Teknologi kemudi steer-by-wire yang dibekalkan pada mobil ini pun sangat canggih. Perangkat mekanis penghubung antara setir dan sistem mekanisme kemudi digantikan dengan sensor elektronik. Dengan demikian, kinerja maupun respon kemudi menjadi lebih cepat dan presisi. Ya, prinsip kerjanya mirip dengan kemudi pada pesawat tempur generasi kelima.

Setirnya… ehm.. maksud kami kemudi “Hypersquare” yang menjadi pegangan pengemudi memanfaatkan teknologi digital. Sesuai namanya, bentuknya memang kotak, dan pada bagian tengah terdapat layar digital multifungsi.

Informasi berkendara dan tombol kendali virtual untuk berbagai fitur berkendara terintegrasi pada layar. Jadi, tangan pengemudi tak perlu repot gentanyangan menjelajahi beragam tombol pada dashboard.

Area interiornya yang berdesain futuristik dilengkapi dengan jok Comfort Fit yang dapat beradaptasi dengan ukuran tubuh penumpang. Sistem tata audio hightech lansiran Focal pun diimbuhkan pada kokpit mobil ini.

Yang cukup mengejutkan dan bikin geleng kepala adalah lantai kabinnya. Saat fitur Autodrive diaktifkan, pada lantai kabin akan muncul layar panoramik.

Peugeot tak menyatakan secara gamblang bahwa mobil ini bakal diproduksi. Hanya saja, teknologi dari mobil ini akan digunakan pada mobil Peugeot mulai tahun 2025 mendatang. Nah, jadi makin penasaran…

BMW i Vision Dee Concept, Gambaran “Neue Klasse” Masa Depan

Perkembangan teknologi digitalisasi dan elektrifikasi pada industri otomotif dipastikan seiring sejalan. Hal tersebut dibuktikan dengan penampilan mobil konsep BMW i Vision Dee pada event Consumer Electronics Show (CES) di Las Vegas.

BMW i Vision Dee tak sekadar berwujud konsep yang disebut dengan model desain “Neue Klasse” masa depan. Namun mobil ini merupakan integrasi tiga pilar teknologi yakni sirkularitas, elektrifikasi dan digitalisasi.

Label nama “Dee” pada mobil ini tak hanya merepresentasikan pilar digitalisasi, namun ternyata merupakan akronim dari ‘Digital Emotional Experience’.

E-Ink, Skin Digital 32 Warna

Anda pernah melihat mobil dengan efek laburan cat bunglon yang gradasi warnanya dapat berubah jika dilihat dari posisi yang berbeda?

Nah, i Vision Dee lebih canggih lagi. Teknologi E-ink yang diterapkan pada mobil ini merupakan pengembangan tahap lanjut dari konsep BMW iX Flow yang bisa berganti warna. Jika iX Flow hanya berganti hitam dan putih, i Vision Dee bahkan bisa menampilkan 32 warna berbeda!

Warna mobil pun dapat berganti sesuai mood atau warna pakaian yang dikenakan oleh pengemudi. Tak hanya mengandalkan sensor dan kamera untuk mendeteksi warna di sekitar mobil, perubahan warna pun dapat dilakukan via perintah suara.

Teknologi E-Ink memanfaatkan 240 panel yang diimbuhkan pada lapisan body. Panel E-Ink inilah yang nantinya menampilkan beragam warna pada body mobil. Canggih sekali. 

Teknologi Infotaintment Terpadu

Layar digital pada i Vision Dee merupakan pengembangan tahap lanjut dari Curve Display. Jadi, layar digital terintegrasi–lebih tepatnya, tertanam di sepanjang dasbor.

Untuk memudahkan interaksi antara sistem infotaintment dan pengemudi, BMW pun memanfaatkan teknologi perintah suara dan AI.

Informasi berkendara tak hanya ditampilkan pada layar dasbor, namun juga via head-up display (HUD). Bahkan mobil ini juga dilengkapi tampilan layar virtual ‘geser’ ala Metaverse. Selain itu, tampilan HUD virtual ini pun dapat dipancarkan hingga seukuran kaca depan mobil. 

Mulai dari informasi berkendara seperti kecepatan hingga internet dan telepon dapat ditampilkan sesuai kebutuhan dengan perintah suara. Kurang lebihnya mirip seperti pada film Men In Black. Ya, semua akan ber-Metaverse pada waktunya.

Kedepannya, sistem infotaintment canggih pada konsep BMW i Vision Dee ini bukan mustahil akan terintegrasi dengan teknologi pengendaraan otonom yang saat ini tengah dikembangkan oleh BMW.

Berkaitan dengan desain garapan Adrian Van Hooydonk ini begitu kental dengan karakter desain beberapa generasi model 3-Series. Mulai dari headlamp sirkular, desain body yang compact, dan tentunya grille kidney dan lekukan kaca “Hoffmeister kink” pada pilar C yang khas.

Selain itu, pucuk pimpinan BMW AG pun mengaitkan sebutan “Neue Klasse” yang merupakan kata kunci dari BMW 3-Series pada konsep i Vision Dee.

“Kami telah siap menyongsong masa depan, dan BMW i Vision Dee adalah era baru dari Neue Klasse.”, papar Oliver Zipse, CEO BMW AG.

Hmm… apakah ini pertanda bahwa i Vision Dee adalah gambaran dari generasi terbaru “Neue Klasse” yang dengan kata lain adalah generasi terbaru dari model 3-Series?

Ataukah kedepannya 3-Series dan yang seplatform dengannya juga akan mengadopsi teknologi yang terdapat pada i Vision Dee? Jika memang benar, tentu akan diaplikasikan secara bertahap.

 

Afeela prototype

Sony Honda Mobility Luncurkan Afeela, Prototype Pertama Diperkenalkan di CES 2023

Sony Honda Mobility, joint venture yang dibentuk pada Mei 2022 lalu, bergerak cepat untuk memperkenalkan merek mobil mereka. Dua raksasa industri Jepang tersebut menghadirkan Afeela, merek mobil listrik buatan Sony dan Honda.

Afeela yang diungkap pada acara Consumer Technology Association (CES) 2023. Acara yang berlangsung di Las Vegas 5-8 Januari tersebut, memang jadi lahan untuk para produsen mempertontonkan kemampuan teknologi. Dan itu yang dilakukan Sony Honda Afeela.

Sony Honda Mobility

 

Pengumuman nama Afeela dibarengi hadirnya sebuah prototype dengan format fastback empat pintu. Bentuknya tidak menghebohkan seperti biasa mobil konsep. Tapi apa yang bisa dilakukan manjadi pusat perhatian.

Di bagian yang biasanya jadi grill, terpasang lampu yang disebut ‘media’ lightbar. Dikatakan lampu ini bisa berinteraksi dengan manusia, atau mobil lain. Sony menyebutnya sebagai interface untuk sebuah era baru. Kami belum paham apa maksudnya. Tapi terdengar menarik.

Detail lainnya, atap terlihat mulus dan aerodinamis. Efek aerodinamika juga dihasilkan oleh pelek ukuran 21 inci. Hadir juga spion samping ‘mirrorless’ dengan teknologi kamera. Dari rilis yang kami dapatkan, Afeela Prototype ini panjangnya 4.895 mm, lebar 1.900 mm dan tinggi 1.460 mm. Besar sekali.

Kabin Minimalis

Kabin Afeela prototype

Interior Afeela yang belum punya nama ini terlihat high-tech. Dan kami yakin ini andilnya Sony. Dashboard didominasi oleh layar yang membentang dari depan pengemudi hingga ke hadapan penumpang depan. Canggih, tapi terlihat ‘ribet’. Entah kalau sudah lihat aslinya.

Setir model yoke dihadirkan, ada juga panoramic roof besar. Kabin ini diklaim mampu menampung lima penumpang tanpa perlu berdesakan. Dengan lebar sebegitu, ya wajar saja kalau lega. Layar monitor juga disediakan di belakang sandaran kursi depan.

Sony Honda Mobility belum mengeluarkan spesifikasi teknis, namun bisa dipastikan kalau mobil ini memiliki kaki model multi-link di belakang dan double wishbone untuk depan. Tidak lupa, punya kemampuan gerak empat roda.

Menambah kecanggihan, ditambahkan teknologi Snapdragon Chassis. Ini yang akan menyediakan kemampuan AI (Artificial Inteligent, kecerdasan buatan), personalisasi kendaraan serta teknologi yang bersifat intuitif lainnya.

Ada Honda SENSING?

Afeela

Dikatakan juga, Afeela ini mampu memproses 800 triliun operasi setiap detik. Juga dilengkapi dengan 45 kamera dan sensor untuk melancarkan pergerakan otonomuslevel tiga. Sistem ini sekarang sedang dikembangkan. Kami tidak akan kaget kalau basisnya adalah Honda SENSING, ditambah kemampuan Sony membuat sensor.

Kecanggihan mobil tersebut tidak berhenti di situ. Ada kemampuan augmented reality dan sistem penyimpanan data berbasis cloud. Mereka menggandeng desainer permainan digital, Epic Games untuk mengeksplorasi kemungkinan penyematan sistem entertainment secara virtual reality atau dunia sesungguhnya. Sekali lagi, kami belum terbayang seperti apa.

Memang, Afeela terlihat canggih dan menjanjikan berkat deretan nama besar yang jadi pengembangnya. Tapi apakah memang semua itu akan diaplikasikan untuk mobil versi produksinya nanti? Itu lain cerita.