De Tomaso Pantera, Sukses Bikin Kesal Elvis

Kata hybrid dalam dunia otomotif kini identik dengan kendaraan yang menggabungkan mobil bensin dan mobil listrik. Jika ditarik mundur setengah abad yang lalu, kata hybrid memiliki arti yang berbeda. Biasanya dikonotasikan dengan mobil desain Eropa dengan mesin dari Amerika. Salah satu mobil hybrid yang cukup populer dimasanya adalah De Tomaso Pantera.

Meski tidak terlalu ngetop seperti Ferrari, Lamborghini, atau Maserati, De Tomaso sempat menjadi salah satu produsen sports car asal Italia yang cukup terkenal. Didirikan pada tahun 1959 di Modena, oleh Alejandro de Tomaso. Pria tersebut merupakan kelahiran Argentina, namun akhirnya menetap di Italia.

Awalnya de Tomaso adalah seorang pembalap dan berlaga di berbagai kejuaraan termasuk F1. Ketika bergabung di tim OSCA, de Tomaso bereksperimen membuat mobil sendiri dan akhirnya mendirikan De Tomaso Automobili tahun 1959. Di tahun 1963, de Tomaso menciptakan produk pertamanya, yakni Vallelunga.

Awal mula pakai mesin Ford

Vallelunga sendiri awalnya dibuat sebagai konsep oleh De Tomaso Automobili, untuk dijual ke brand lain. Karena tidak ada yang mau membeli desain tersebut, maka akhirnya mobil ini diproduksi sendiri saja. Mesinnya diambil dari Ford Cortina dan diproduksi sebanyak 59 unit saja.

Selanjutnya, pada tahun 1967 lahir Mangusta, menariknya nama mobil ini diambil dari hewan Mongoose (atau cerpelai). De Tomaso Mangusta menggunakan mesin V8 dari Ford dengan bodi rancangan Giorgetto Giugiaro, saat masih berada di rumah desain Ghia. Walaupun Mangusta diproduksi sebanyak 401 unit, namun Alejandro de Tomaso belum puas. Ia sadar bahwa perusahaannya butuh mitra besar jika ingin melakukan produksi massal.

Lee Iacocca, salah satu eksekutif di perusahaan Ford, melihat kesuksesan Chevrolet Corvette di pasar mobil sport. Ia melihat peluang bagi Ford untuk masuk ke segmen tersebut. Dibanding mengembangkan mobil dari awal, Iacocca ingin menghemat waktu dan biaya, dengan menjalin kerjasama dengan pabrikan lain.

Tom Tjaarda merancang bodi Pantera

De Tomaso Automobili maju sebagai mitra kerjasama Ford dalam membuat mobil sport bermesin tengah. Ford akhirnya setuju membeli saham De Tomaso, disusul dengan debut Pantera pada tahun 1970. Dibandingkan mobil De Tomaso sebelumnya, Pantera menggunakan chassis monokok. Bodinya merupakan hasil rancangan Tom Tjaarda, desainer asal Amerika.

Di bagian depan terdapat lampu pop up, sehingga tampilan mobil lebih eksotis. Bentuk bodinya yang serba tajam dan ‘gepeng’, tentu mendongkrak nilai aerodinamika. Pada bagian belakang terdapat lampu belakang milik Alfa Romeo 2000 Berlina.

Interiornya menggunakan bahan vinyl. Sedangkan panel instrumen memiliki desain yang unik. Spidometer dan tachometer berada di depan pengemudi, sedangkan instrumen lainnya ditaruh secara vertikal di konsol tengah. Karena menyasar pasar Amerika, maka Pantera dilengkapi fitur power window dan AC.

Dapur pacu Pantera menggunakan mesin Ford V8 351 Cleveland berkapasitas 5,8 liter yang diletakkan di bagian tengah. Tenaganya sebesar 330 hp dan torsi puncak 515 Nm. Output mesin disalurkan melalui transmisi manual 5 percepatan buatan ZF menuju roda belakang. Aspek engineering mobil ini dibawah pengawasan Giampaolo Dallara.

Build quality kurang mumpuni

De Tomaso Pantera mampu berakselerasi 0-100 km/jam dalam waktu 5,5 detik. Top speed menyentuh 260 km/jam. Kala itu, harganya mulai dari USD 10 ribu atau sekarang setara dengan USD 82 ribu. Seketika Ford mendapatkan banyak pesanan dan produksi Pantera dimulai pada tahun 1971. Sayangnya De Tomaso yang baru memulai produksi massal menghasilkan mobil dengan kualitas tidak optimal. Mulai dari kurangnya anti karat membuat bodi mobil cepat berkarat, gap antara panel yang besar, hingga penggunaan dempul yang tidak rata.

Pada tahun 1972 mesin Pantera dimodifikasi untuk memenuhi regulasi emisi baru, tenaganya melorot jadi 296 hp. Kemudian pada tahun 1972 De Tomaso meluncurkan Pantera L yang berarti Lusso. Kemudian ada Pantera GTS yang hanya dijual di Eropa.

Penjualan Pantera jauh dari target 5.000 unit per tahun. Karena kasus kualitas pembuatan yang kurang apik, terbukti mempengaruhi reputasi Pantera. Bahkan Elvis Presley sempat kesal karena Pantera miliknya tidak mau distarter. Karena super kesal, Elvis akhirnya menembak mobil ini.

Perang Yom Kippur yang terjadi di tahun 1973, berujung embargo minyak ke negara Barat. Akibatnya harga bahan bakar meningkat dan pasar mobil premium jadi melemah. Keapesan terakhir adalah regulasi keselamatan kendaraan untuk tahun 1974, membuat Pantera harus dimodifikasi dan Ford enggan membiayai proses ini.

Ford bubar jalan dengan De Tomaso

Akhirnya pada tahun 1974, Ford menyetop Pantera setelah 5.000 unit terjual di Amerika. Namun cerita Pantera tidak berakhir, sebab Alejandro de Tomaso membeli kembali seluruh saham De Tomaso dan melanjutkan produksi Pantera L dan GTS terutama untuk pasar Eropa. Pada tahun 1980, De Tomaso meluncurkan versi GT5 dengan ciri khas overfender dan wing besar.

De Tomaso meluncurkan GT5-S dengan bodi yang lebih lebar di tahun 1985. Pada tahun 1990, hadir Pantera Si yang dirombak total. Mulai dari chassis spaceframe, bodi yang didesain ulang oleh Marcello Gandini, hingga mesin V8 302 5,0 liter injeksi dari Ford.

Model ini menjadi varian Pantera terlangka dengan hanya 41 unit yang diproduksi, sebelum jalur produksi Pantera ditutup pada tahun 1993. De Tomaso sendiri mengganti Pantera dengan model baru bernama Guara. Karena Alejandro de Tomaso berpulang pada tahun 2003, maka perusahaan De Tomaso hanya sanggup bertahan hingga tahun 2004.

Speedster BYD Fang Cheng Bao Super 9 Yang Bikin Penasaran

Banyak kejutan yang dijamin akan bikin mata terbelalak, di Beijing Auto Show 2024 tanggal 25 April mendatang. Salah satunya adalah konsep mobil sport bergaya speedster Super 9. Ini adalah hasil garapan brand mobil mewah Fang Cheng Bao, anak perusahaan raksasa industri BYD.

Super Speedster Ala Eropa

Tak perlu heran jika tampilan Super 9 mengingatkan pada mobil sport dari brand asal Eropa. Ada sentuhan dari Wolgang Egger dalam proses penggarapan mobil ini.

Kepala desain BYD Group ini sebelumnya mengepalai divisi desain berbagai brand. Mulai dari Alfa Romeo, Seat, Lancia, hingga Audi, Lamborghini dan Italdesign.

Ini adalah mobil konsep speedster perdana dari brand Fang Cheng Bao, sehingga para tim perancang pun berupaya menggarap dengan sesempurna mungkin.

Hasilnya memang mengagumkan. Lekukan bumper depan yang bersudut tegas diimbuhi lubang air intake besar. Tampilan wajah pun kian terlihat agresif dengan sorot headlamp LED dan lampu DRL berdesain unik. Wajahnya sepintas mirip ular Viper yang sedang mendesis.

Untuk mengurangi hambatan udara, kaca spion tradisional diganti dengan kamera berukuran minimalis.

Bonnet depan yang memanjang dengan kaca depan super minimalis dan buritan beroverhang pendek sangat bergaya speedster modern. Set pelek center-lock berukuran besar dengan ban bertapak lebar menguatkan aura mobil sport yang siap melumat aspal.

Tampilan bagian belakang BYD Super 9 tak kalah unik. Sirip diffuser berukuran besar dan lampu belakang berdesain ramping seolah membentuk logo Fang Cheng Bao saat dilihat dari kejauhan.

Banyak Serat Karbon

Kemasan interior Super 9 ternyata tak kalah sangar dari tampilan eksteriornya. Jok sport model bucket berangka serat karbon tetap terlihat mewah dengan lapisan kulit warna merah merona. Setir model balap berbahan serat karbon klop dengan panel instrument digital ala supercar.

Yang jadi pertanyaan, teknologi penggerak seperti apa yang dibenamkan pada sasis monokok serat karbonnya BYD Super 9?

Mobil ini spek teknisnya masih dirahasiakan. Bahkan pada situs resmi kementerian industri dan teknologi informasi pemerintah China juga tidak muncul.

Namun beredar kabar di berbagai media lokal China bahwa super speedster ini bakal dibekali motor elektrik dan baterai berteknologi terbaru dari BYD. Oh ya, versi produksinya pun saat ini sedang digarap. Benar-benar bikin penasaran…

 

Lamborghini 350 GT Balik ke Jenewa, 60 Tahun Setelah Debutnya

Pada bulan Maret 1964, Automobili Lamborghini masih dalam ‘masa pertumbuhan’, karena baru didirikan beberapa bulan sebelumnya. Lamborghini telah memperlihatkan prototipe pertamanya pada bulan Oktober 1963, yakni 350 GTV. Mobil ini dirancang oleh Franco Scaglione dan dibuat oleh Carrozzeria Sargiotto di kota Turin, Italia.

Mobil produksi yang dibuat berdasarkan dari prototipe pertama adalah 350 GT. Lamborghini 350 GT diperkenalkan di pameran Geneva Motor Show pada bulan Maret 1964. Enam dekade setelah debutnya, Automobili Lamborghini kembali hadir di jalanan Jenewa dengan 350 GT dengan chassis nomor dua.

Unit ini merupakan 350 GT tertua yang berhasil Lamborghini temukan untuk momen spesial tersebut. Sekaligus merayakan kisah mobil produksi pertamanya dan sebagai DNA murni dari produsen mobil asal kota Sant’Agata Bolognese ini.

Perjalanan bisnis Automobili Lamborghini dimulai pada pameran Geneva Motor Show 1964, dengan debut 350 GT. Sejak saat itu, siapa saja (yang berduit) dapat membeli mobil dengan logo banteng mengamuk tersebut. Semenjak ide awal, Lamborghini 350 GT diciptakan untuk menjadi mobil yang kencang, sekaligus berpenampilan luar biasa.

Pakai mesin balap

Chassis dan rangkanya merupakan hasil karya Giampaolo Dallara, yang hingga kini masih dianggap sebagai perancang chassis terbaik di dunia. Mesin bensin V12 3.5 liter dengan empat camshaft yang dipakai merupakan desain dari Giotto Bizzarrini. Awalnya, mesin ini sejatinya untuk kebutuhan motorsport, tapi sukses disesuaikan untuk penggunaan jalan raya oleh Paolo Stanzani. Ia merupakan salah satu tokoh kunci dalam sejarah Automobili Lamborghini.

Desain bodi aluminium dan produksinya dilakukan oleh Carrozzeria Touring di kota Milan. Perusahaan karoseri ini dianggap yang terbaik pada era awal 1960an, karena mampu menghadirkan mobil sport dengan sentuhan akhir yang elegan. Sehingga 350 GT langsung menjadi sorotan dan menarik perhatian banyak media yang hadir di Geneva Motor Show saat itu.

Interior 350 GT berada pada level tertinggi, dengan banyak penggunaan material kulit dan aksen chrome. Konfirgurasi tempat duduknya pun unik, yaitu 2 + 1, dengan dua jok depan dan satu jok belakang tengah. Heran…

Urusan mekanikal juga luar biasa saat itu, dengan suspensi independen di keempat roda dan mesin V12 bertenaga 320 hp. Beberapa bulan setelah debutnya, Lamborghini meningkatkan kapasitas mesin V12 tersebut menjadi 4.0 liter. Dan mobil ini juga berubah menjadi Lamborghini 400 GT.

Selama 40 tahun ke depan, geometri yang sama digunakan dalam berbagai posisi dan variasi, sehingga menjadi salah satu simbol kunci DNA mesin V12 Lamborghini. Mulai dari Islero, Jarama, Espada, dan LM 002. Termasuk Miura, Countach, serta Diablo.

Unit 350 GT tertua yang masih utuh

Unit 350 GT pertama dikirimkan kepada drummer kelahiran kota Livorno, Giampiero Giusti, yang berada di puncak kesuksesannya dengan band I 5 di Lucca, yang kemudian menjadi Quartetto di Lucca. Hal ini menandai dimulainya hubungan erat antara Lamborghini dan dunia hiburan, karena banyak aktor dan Musisi yang menjadi pelanggan setia Lamborghini.

Mobil yang dipamerkan di stand Lamborghini di Jenewa 1964 adalah chassis 350 GT #101, berwarna Metallic Geneva Green dengan interior putih. Mobil tersebut, yang kemudian digunakan sebagai model uji untuk pengembangan dan uji ketahanan, sayangnya hancur akibat tabrakan dari belakang saat berhenti di lampu lalu lintas.

Unit 350 GT berikutnya, dengan nomor sasis kedua, tetap bertahan hingga kini. Ya, yang ada di depan mata Anda ini. Berwarna abu-abu metalik dengan interior merah, dikirim dari Sant’Agata Bolognese pada tanggal 15 Agustus 1964, dan dikirim dalam keadaan baru ke Jenewa.

Mobil ini menjadi unit produksi Lamborghini yang tertua saat ini, dan direstorasi sempurna dan disertifikasi oleh Lamborghini Polo Storico. Kini, produsen mobil Sant’Agata Bolognese ingin merayakan kisahnya, menghidupkannya kembali, dan berada di jalanan Jenewa.

Kode61 Birdcage, Reinkarnasi Maserati Tipo 61 Versi Modern

Di antara sederet mobil konsep yang turut dipamerkan di Concorso d’Eleganza Villa d’Este 2023, ada satu mobil yang cukup menarik perhatian, Kode61 Birdcage.

Pembuatnya ternyata adalah Ken Okuyama. Perancang otomotif asal Jepang yang membidani lahirnya Honda NSX. Mantan perancang di biro desain Pininfarina ini pun turut merancang sejumlah model mobil Ferrari termasuk Enzo.

Selepas dari Pininfarina, Okuyama mendirikan biro desain Ken Okuyama Cars. Sejumlah mobil berdesain khusus pun dibuatnya dengan label “KODE” yang merupakan akronim dari Ken Okuyama Design.

Mobil hasil garapan Okuyama terbilang unik. Ia memadukan sasis sportscar dan supercar yang ada di pasaran dengan body hasil rancangannya. Kode garapan Okuyama berbasis dari Lamborghini Aventador. Sedangkan Kode57 menggunakan sasis Ferrari 599.

Kode61 Birdcage, Perpaduan Gaya Klasik dan Modern

Pada Kode61 Birdcage, Okuyama merefleksikan rancang bangun mobil balap Maserati Tipo 61 Birdcage yang diproduksi pada tahun 1959-1961. Tak hanya mencuplik gaya body speedster dengan wajah garang dan fender berukuran besar dari Tipo 61 yang dikemas ulang dengan gaya klasik-modern. Dominasi warna putih dengan kombinasi garis berwana biru pada body Kode61 pun terinspirasi dari livery mobil balap Maserati Tipo 61 dari tim Camoradi yang legendaris.

Konstruksi sasis Kode61 Birdcage pun dibuat menggunakan 200 batang pipa tubular yang dilas menyerupai kerangkeng sangkar burung. Dari sini rupanya asal mula julukan Birdcage.

Pada area interior, Okuyama mengemas dengan gaya ala supercar modern. Panel dashboard bernuansa aluminium nampak kontras dengan aksen serat karbon pada panel interior. Jok balap pada mobil ini pun terpisah oleh konsol tengah berbahan serat karbon.

Perihal spek mesin dan transmisi yang digunakan, Ken Okuyama tidak mengungkapkan kepada publik. Namun dengan konfigurasi mesin berada di depan, Kode61 Birdcage kemungkinan menggunakan basis platform Ferrari Roma, Portofino atau 812 Superfast. Jika benar, maka spek mesinnya tentu saja menggunakan versi 3.9-liter V8 twin-turbo atau 6.5-liter V12.

Seperti halnya seluruh mobil buatan Ken Okuyama, Kode61 Birdcage pun digarap handmade di pabrik milik Ken Okuyama Cars yang berlokasi di Yamagata, Jepang.

Mobil yang hanya dibuat satu unit ini nantinya akan diproduksi sesuai pesanan konsumen. Hanya saja tak disebutkan berapa harga per unitnya. Namun seperti mobil garapan Okuyama terdahulu, untuk satu unit Kode61 Birdcage biayanya bisa lebih dari $2 juta atau hampir Rp 30 miliar.

Maserati Tipo 60/61 ‘Birdcage’

Mobil balap Maserati Tipo 61 Birdcage yang menjadi inspirasi Ken Okuyama merupakan salah satu mobil balap legendaris.

Mobil balap hasil rancangan Giulio Alfieri ini pada awal kemunculannya di tahun 1959 berkode Tipo 60 dengan mesin 4-silinder 2.0-liter. Mobil ini membawa Sir Stirling Moss menjuarai sejumlah laga balap.

Tim balap asal Amerika Serikat, Casner Motor Racing Division (CAMORADI) pun tertarik untuk menggunakannya di balap kelas 3000 cc. Maserati pun membekali Tipo 60 dengan mesin 4-silinder 2.9-liter bertenaga 250 hp. Top speed pun meningkat dari 270 km/jam menjadi 285 km/jam. Inilah mobil balap Maserati Tipo 61 Birdcage.

Tipo 61 Birdcage tampil memukau di balap ketahanan 24 Hours of Le Mans 1960. Namun sayangnya gagal finish di menit-menit terakhir akibat masalah mesin. Kekecewaan team Camoradi terbayar lunas saat Tipo 61 menjuarai balap Nūrburgring 1000-Km dua tahun berurutan yakni 1960 dan 1961.

Maserati Tipo 60/61 Birdcage berlaga di 100 laga balap dan meraih juara di periode tahun 1959-1966. Hanya 17 unit Tipo 61 yang pernah dibuat. Bahkan Tipo 60 hanya dibuat sebanyak 6 unit. Tak heran jika harganya kini amat sangat fantastis.

Di tahun 2005 Maserati merayakan 75 tahun lahirnya Tipo 60/61 dengan mobil Birdcage berbasis Maserati MC12. Perancangnya adalah… Ken Okuyama saat masih di Pininfarina.

Lamborghini Invencible Dan Autentica, Supercar V12 Murni Terakhir

Supercar Lamborghini bermesin V12 mungkin eranya akan segera berakhir. Namun tidak secepat itu. Dari peternakan banteng Sant’Agata, muncul supercar V12 Invencible coupe dan Autentica roadster.

Kedua mobil pesanan khusus ini digarap oleh Lamborghini Centro Stile yang berinteraksi secara intens dengan pemesannya.

Meskipun berbasis dari Aventador, namun desain keduanya mengadopsi berbagai elemen dari supercar Lambo seperti Sesto Elemento, Reventon, dan Veneno.

Desain Sendiri Body Supercar Anda

Di workshop Centro Stile, tim perancang dan engineer Lamborghini bagai jin lampu Aladdin. Mereka akan mewujudkan segala keinginan dan permintaan Anda…apapun bentuknya.

Demikian pula halnya dengan tampilan eksterior Invencible dan Autentica yang tampilan depannya mirip mobil balap Lambo Essenza SCV12. Terlihat jelas dari desain moncong yang tipis, headlamp model mata panah hingga sirip splitter depan.

Body bagian tengah tetap mengadopsi basis Aventador. Hanya saja lubang intake bagian samping lebih besar. Pintu model gunting dan fendernya yang kekar terinspirasi dari Countach. Velg alloy center-lock penopang body keduanya pun tampil dengan desain yang unik.

Bagian belakang kedua mobil ini pun memadukan gaya mobil balap Lamborghini dengan desain semi futuristik.

Lampu belakang LED triple hexagon memiliki desain yang senada dengan kubah cover mesin. Tiga laras pipa exhaust Inconel terpasang pada bagian tengah bumper belakang. Sirip diffuser pemecah angin pada bumper belakang pun terinspirasi dari mobil balap Lamborghini.

Yang membedakan antara versi coupe dan roadster adalah sayap spoiler. Invencible coupe dilengkapi sayap seperti Sesto Elemento. Sementara pada Autentica roadster dilengkapi sepasang sirip pada body belakangnya.

Kemasan eksterior kedua mobil pun tampil dengan gaya yang berbeda. Invencible coupe dibalur warna Rosso Efesto dengan aksen taburan glitter warna merah pada panel body serat karbonnya.

Autentica roadster dikemas dengan paduan warna Grigio Titans dan Matt Black yang kontras dengan aksen Giallo Auge pada aero kit yang diusungnya.

Interior Mewah Khas Bologna

Layout kokpit kedua mobil ini identik dengan supercar V12 Lamborghini pada umumnya. Hanya kemasannya yang berbeda. Mulai dari ventilasi udara model hexagonal, panel instrument digital berdesain unik, plus aksen serat karbon. Tak ada layar touchscreen infotainment, karena sang pemesan tak membutuhkannya.

Kombinasi aksen warna Rosso Efesto accents, balutan kulit Rosso Alara leather dengan paduan kulit Alcantara berkelir Nero Cosmus menghiasi kokpit Invencible coupe.

Sementara pada panel interior Autentica roadster tampil dengan balutan kulit bernuansa Nero Ade. Jok kulit Alcantara two-tone Nero Cosmus / Grigio Octans dihiasi jahitan bordir berwarna Giallo Taurus.

“Kedua mobil pesanan khusus ini terinspirasi dari mobil balap peminum BBM oktan tinggi. Tim perancang dan engineer kami berkreasi sebaik mungkin untuk mewujudkannya.” ungkap Mitja Borkert, Kepala Perancang Lamborghini.

Sasis monokok serat karbon bawaan Aventador tetap dipertahankan. Sasis Aventador banyak digunakan pada mobil edisi khusus Lamborghini. Mulai dari Veneno, Centenario, Sian FKP 37, Essenza SCV12, Countach LPI 800-4 hingga mobil spesial SC18 Alston dan SC20.

Pada sasis bagian tengah, tak ada ubahan pada mesin naturally-aspirated 6.5-liter V12 bawaan Aventador. Output tenaganya yang 769 hp dengan torsi maksimum 720 Nm sama seperti versi Ultimae.

Mobil berpenggerak AWD ini dibekali transmisi automatic 7-speed ISR rasa manual. Bahkan dengan teknologi Lamborghini Dynamic Steering yang dibekalkan membuat keempat roda mobil ini dapat disetir. Ya, fitur all-wheel steering.

Kedua mobil ini menjadi ‘salam perpisahan’ dari banteng super bermesin V12 murni. Generasi old skool ini akan digantikan dengan era V12 hybrid modern. Lamborghini tengah menyongsong era supercar masa depan. Tak perlu ditanya berapa harganya. Karena tentunya amat sangat mahal… Ya, jutaan dolar.