Toyota dan Subaru kolaborasi pastinya bukan berita baru. Tapi tidak pernah basi. Kabar terkini adalah, Toyota dan Subaru akan membuat produk bersama dalam format mobil listrik berbentuk SUV.
Ini akan jadi produk EV kedua setelah Toyota bZ4X dan Subaru Solterra yang sudah lama dipasarkan. Nama mobil listrik terbaru belum diketahui, tapi bisa dipastikan akan keluar dari lini produksi mulai Januari 2026.
Yang menarik, kalau bZ4X dan Solterra dibuat di pabrik Toyota di Aichi, Jepang, maka Subaru akan kebagian membuat mobil listrik yang baru nantinya, di pabrik Yajima.
Pangsa pasar yang dibidik adalah Amerika Serikat, Eropa dan untuk pasar domestik Jepang. Namun sepertinya tidak menutup kemungkinan SUV listrik tersebut akan dihadirkan di pasar negara lain. Dikutip dari harian Nikkei, mobil listrik Toyota dan Subaru ini akan dibuat sebanyak 15.000-20.000 unit sebulan.
Toyota dan Subaru juga tidak memerlukan usaha yang terlalu besar untuk membangun mobil listrik terbarunya. Mereka diperkirakan akan menggunakan platform yang sudah ada, lengkap dengan komponen geraknya. Itu kenapa mobilnya bisa siap dipasarkan di awal 2026. Dan seperti di bZ4X dan Solterra, Toyota akan menangani soal chassis, sementara Subaru akan menyumbangkan keahliannya dalam hal gerak AWD.
Karena itu juga, sepertinya pada pertengahan tahun depan, Toyota dan Subaru sudah bisa memperlihatkan wujudnya ke publik.
Ada pendatang baru yang siap berlaga di pasar mobil listrik China yakni Toyota bZ3C. Sesuai imbuhan huruf “C” di belakang kodenya, ini adalah versi crossover dari bZ3 sedan yang sudah resmi dipasarkan di China.
Mobil listrik yang hanya beredar di pasar domestik China ini dikembangkan Toyota bersama dua mitra lokalnya yakni BYD dan FAW. Sama seperti bZ3 sedan dan bZ4X.
Tampilan mobil tanpa asap ini tak beda jauh dari yang dipamerkan pada April 2024 lalu di Beijing Auto Show. Tentu ada sedikit perbedaan antara prototype versi akhir dengan versi produksi.
Hammer Head
Bagian depan mobil listrik Toyota bZ3C menganut bahas desain terkini untuk mobil elektrifikasi Toyota yang dijuluki hammer head. Lampu belakang LED berikut lightbar, roof spoiler model split, hingga handle pintu rata body untuk bentuk yang lebih stremline. Pelek tersedia pilihan ukuran 18-inci dan 21-inci.
Soal desain eksterior, tampilan mobil bZ3C bagai campuran model mobil Toyota seperti Prius, bZ3C sedan dan bZ4X serta sejumlah mobil listrik lansiran BYD.
Dari segi dimensi crossover bZ3C lumayan bongsor. Dengan panjang bodi 4.780 mm, lebar 1.866 mm dan tinggi 1.510 mm.
Sementara wheelbase sebesar 2.880 mm mengindikasikan kabin yang cukup lapang. Bobotnya yang mencapai 1.920 kg sebagian besar berasal dari baterai FinDream lansiran BYD.
Tak disebutkan berapa kapasitas daya baterai lithium-iron-phosphate (LFP) yang diusung Toyota bZ3C. Cuma dikatakan jarak jelajahnya mampu mencapai kisaran 500-600 km berdasarkan siklus uji CTLC.
Sebagai penggerak, bZ3C dibekali sebuah motor elektrik berdaya 200 kW atau setara 268 hp. Kecepatan maksimumnya diklaim mencapai kisaran 160 km/jam.
Interior Bikin Penasaran
Sayang sekali interiornya tak ditampilkan. Tapi kalau melihat gambar di bawah, headunit akan berdiri di atas dashboard.
Fitur belum dipaparkan oleh pihak pabrikan. Kemungkinan mirip bZ3, ada koneksi bluetooth, Toyota Safety Sense, kamera hingga sensor LiDAR pada ujung depan atapnya.
Meskipun sudah resmi diperkenalkan, tapi baru akan diproduksi beberapa bulan mendatang di pabrik FAW. Harga jualnya akan diumumkan dalam waktu dekat berikut info spesifikasi detail. Mobil listrik ini tersedia unitnya mulai awal tahun 2025 mendatang.
Beijing Auto Show 2024 yang berlangsung sejak kemarin (25/04) menjadi tempat bagi Toyota untuk menegaskan kalau mereka juga tidak meninggalkan pangsa pasar mobil EV (mobil listrik). Di acara tersebut Toyota memperkenalkan bZ3X dan bZ3C sekaligus.
“BEV seperti apa yang dapat membuat pelanggan kami di Tiongkok tersenyum? Bekerja sama dengan mitra kami di Tiongkok, pencarian ini membawa kami ke bZ3C dan bZ3X,” kata Hiroki Nakajima, Executive Vice President and Chief Technology Officer Toyota.
Toyota bZ3X adalah crossover antara SUV dan MPV, yang dibangun bersama dengan pabrikan Cina, Guangzhou Automobile Group Co., Ltd (GAC), GAC Toyota Motor Co., Ltd., serta IEM by Toyota. Yang terakhir itu adalah pusat riset dan pengembangan mobilitas pintar mereka di RRC.
Kalau Anda ingat mobil konsep bZ FlexSpace yang keluar di Shanghai Auto Show tahun lalu, ini adalah versi produksinya. Tidak diinformasikan speerti apa spesifikasinya, tapi dikatakan kalau mobil ini dibuat untuk memberikan kepuasan berkendara keluarga. Salah satunya dengan mendesain interior bertema Cozy Home.
Desainnya yang mengotak di belakang, menunjukkan kalau bZ3X memiliki fleksibilitas yang bisa diandalkan. Yang menarik, tonjolan di atas kaca depan. Tidak disebutkan apa itu, tapi kami yakin ini menyimpan sensor-sensor dan radar untuk fitur bantu berkendara (ADAS).
Dibuat Bareng BYD
Sementara bZ3C yang menganut bentuk crossover coupe, dibuat bersama dengan raksasa otomotif BYD. Dan kami tidak akan kaget kalau baterainya juga punya BYD.
Dalam rilis resminya, Toyota menyebutkan bZ3C menyasar pangsa pasar anak muda dengan menghadirkan mobil yang ‘fun’, dinamis dan punya gaya.
Kedua mobil ini sudah diberikan teknologi berkendara terkini seperti smart cockpit yang canggih, dan sebagainya. Sayangnya, Toyota belum mengungkap seperti apa kemampuan teknis kedua EV ini.
Baik Toyota bZ3X maupun bZ3C akan tersedia di pasar Cina mulai 2025.
Migrasi ke era elektrifikasi yang terjadi pada industri otomotif di Jepang memang belum secara penuh. Demikian pula halnya dengan Mazda yang mungkin terbilang lambat bergerak melakukan migrasi ke mobil listrik di antara pabrikan otomotif Jepang lainnya. Beberapa langkah signifikan ditempuh untuk mengejar ketertinggalan. Termasuk gandeng Toyota.
Ketidakpastian peminatan konsumen khususnya terhadap mobil listrik baik di pasar domestik Jepang maupun di pasar global menjadi salah satu alasan mengapa Mazda tak terlalu terburu-buru.
Selain itu biaya investasi yang harus digelontorkan untuk pengembangan dan manufaktur produksi mobil listrik juga tidak sedikit. Mazda pun lebih memilih untuk “wait and see”.
Ditambah, minat pasar terhadap mobil bermesin motor bakar masih sangat tinggi. Sebab itulah mengapa saat ini Mazda lebih fokus untuk mengoptimalkan pengembangan teknologi mesin Skyactiv yang efisien dan rendah emisi gas buang.
Ambil Langkah Kongkrit
Kini yang jadi ganjalan bagi produsen mobil bermesin konvensional adalah regulasi emisi gas buang yang kian ketat. Baik dio Eropa maupun di Jepang.
Inilah yang kemudian membuat Mazda mengambil sejumlah kebijakan dalam hal percepatan migrasi ke era elektrifikasi otomotif. Hal tersebut diungkapkan oleh CEO Mazda, Masahiro Moro yang menyatakan bahwa Mazda akan memproduksi 7-8 model mobil listrik pada tahun 2030 mendatang. Targetnya tak muluk, hanya 25-40 persen dari total angka penjualan global Mazda.
Agar bisa fokus dalam melakukan riset dan pengembangan mobil listrik, Mazda membentuk divisi baru yakni e-Mazda. Tidak lupa, menggandeng Toyota sebagai mitra. Hal tersebut dilakukan sebagai langkah yang efektif dan efisien. Biaya investasi yang luar biasa tinggi pun dapat ditekan hingga 80 persen.
“Banyak hal (teknis) yang tak bisa dilakukan sendiri oleh pabrikan otomotif, termasuk pula Mazda. Di masa lalu antar pabrikan saling berkompetisi. Namun kini saatnya untuk saling bermitra,” papar Moro.
Mazda akan memanfaatkan teknologi piranti lunak, penggerak dan platform mobil listrik yang saat ini tengah dikembangkan oleh Toyota. Dalam hal rantai pasokan baterai, mereka telah menandatangani kontrak dengan dua perusahaan Jepang, Panasonic dan Envision AESC Japan.
Mazda juga berkolaborasi dengan Toyota dan Panasonic dalam sebuah perusahaan baru yakni Prime Planet Energy & Solutions. Perusahaan patungan ini akan mengembangkan teknologi baterai untuk kebutuhan pihak pabrikan di masa mendatang. Tunggu saja….
Terlepas dari namanya yang agak sulit diucapkan, tapi kami akui Toyota bZ4X ini memiliki potensi yang mumpuni. Meski banyak yang menyayangkan harganya yang lumayan mahal, tapi hal tersebut bisa disanggah dengan teknologi yang terkandung di dalamnya. Dan kini, kami berkesempatan melakukan review Toyota bZ4X.
Toyota bZ4X adalah jawaban Toyota untuk pasar yang bergeser dengan cepat ke arah mobil listrik berbasis baterai. Meski terbilang agak lambat, tapi pabrikan Jepang ini gesit dengan segera mengeluarkan platform e-TNGA yang jadi basis mobil yang Anda lihat di sini.
e-TNGA juga digunakan oleh Subaru Solterra yang merupakan produk kembaran bZ4X, serta yang baru saja meluncur di Indonesia, Lexus RZ 450e.
Mobil konsepnya, diperkenalkan di acara Auto Shanghai pada 19 April 2021. Meski saat itu labelnya bZ4X Concept, tapi jelas terlihat kalau ini sudah sangat dekat dengan versi final. Crossover ini masuk jalur produksi Toyota dan mulai dipasarkan setahun kemudian.
Beberapa bulan kemudian, tepatnya November 2022, Toyota Astra Motor mulai menjual mobil ini di Indonesia dengan harga yang mengejutkan: Rp 1.190.000.000.
Engineering Toyota bZ4X
Toyota bZ4X hadir dengan ukuran panjang 4,690 mm, lebar 1.860 mm dan tinggi 1.600 mm. Jarak sumbu roda mencapai 2.850 mm, menjanjikan interior yang lega. Yang menarik, besaran wheelbase tersebut hampir menyamai Toyota Land Cruiser terbaru (J300). Ukuran panjangnya juga hampir sama dengan Toyota RAV4 generasi terkini.
Baterai yang diletakan di lantai membuat titik gravitasinya rendah, dan berimbas pada kestabilan. Bicara baterai, kapasitasnya 71,4 kWh buatan produsen baterai Prime Planet Energy & Solutions, perusahaan patungan antara Toyota dan Panasonic.
Menggerakkan motor listrik bertenaga setara 201 hp (150 kW). bZ4X yang ada di Indonesia menggunakan gerak depan. Alias, motornya ditaruh di as roda depan. Di pasar luar, tersedia varian dengan gerak empat roda. Jadi motor listriknya satu di depan, satu lagi di belakang. Baterainya sama untuk versi Eropa. Sedangkan untuk konsumsi Amerika Serikat selain gerak empat roda, memiliki baterai 72,8 kWh.
Desain Interior
Mobil listrik ini dibekali dengan interior yang unik dan berbeda dengan Toyota lain. Kemana pun Anda melirik, akan mendapatkan bidang pandang yang luas.
Instrument cluster digital yang diletakan jauh di depan pengemudi, ternyata mudah dilihat dan dipahami. Ini berkat ukuran setir yang cukup ringkas dan mudah disesuaikan posisinya. Isi display tersebut cukup lengkap. Mulai dari kondisi baterai dan kendaraan, hingga informasi berkendara serta status alat bantu TSS. Meski karena lengkap, perlu waktu juga untuk menemukan yang Anda cari.
Bergeser ke tengah dashboard, layar multimedia 12,3 inci dijejali bergam fitur. Mulai dari built-in navigasi, pengaturan AC, hingga fitur hiburan. Di bawah layar, masih ada tombol-tombol fisik dan kenop untuk menjalankan mobil.
Di bawahnya lagi tertutup cover semi transparan, tempat untuk meletakan handphone, lengkap dengan kemampuan wireless charging. Letakan handphone di situ, kemudian tutup cover-nya. Konsol tengah jadi terlihat bersih dan rapi. Sayangnya, karena dilabur warna piano black, sidik jari jadi mudah tercetak.
Anda juga akan menemukan keunikan lain di dashboard. Di beberapa tempat terpasang material fabric (kain) yang nyaman di sentuh dan empuk. Material kulit membungkus jok, yang juga dilengkapi dengan pendingin. Sangat berguna saat berkendara dalam waktu lama.
Ruang kaki dan kepala akan terasa lega, terutama untuk kami yang ukuran badannya 165 cm. Di belakang, ruang kaki sangat berlimpah. Inilah salah satu efek dari besarnya wheelbase tadi. Beralih ke bagasi, Toyota tidak menyebutkan berapa kapasitasnya, tapi ini besar sekali.
Pengendaraan & Pengendalian
Satu hal yang pasti, begitu mobil jalan Anda akan langsung sadar ini Toyota. Tapi coba jalankan lebih jauh, baru terasa ada sesuatu yang beda. Bukan, bukan cuma tidak ada getaran mesin, tapi handling juga terasa meyakinkan.
Ingat, karena ini mobil listrik dengan baterai yang mendominasi bagian lantai, titik bobotnya jadi rendah. Mobil seperti diikat ke jalanan. Dipadukan dengan konstruksi suspensi per keong MacPherson strut di depan, plus, double wishbone di belakang, tikungan panjang bisa dilewati tanpa Anda merasa khawatir, terutama di kecepatan 60-80 km/jam.
Tikungan yang lebih tajam, bZ4X cukup paham untuk tidak terlalu memberikan body roll. Efek body roll pasti ada, apalagi ini mobil yang agak tinggi. Ayunan di jalanan beton bisa dilalui tanpa muncul rasa khawatir. Yang pasti, suara artikulasi roda yang masuk masih terdengar, meski dalam batas toleransi.
Namun kami juga menemukan kekurangannya. Lingkar kemudi pergerakannya terasa kosong. Power steering elektrik meringankan beban putar. Di luar itu, respon kemudi cukup tajam. Dipadukan dengan setup suspensi, pergerakan mobil terasa linear dengan perputaran setir.
Akselerasi terasa padat, seperti layaknya mobil listrik, sejak awal. Torsi 266 Nm langsung tersalurkan ke roda. Tapi jangan bayangkan akselerasi seperti Mercedes-Benz EQS atau BMW i4, torsinya tidak sebesar itu.
Kekurangan lainnya, tidak ada sistem operasional satu pedal. Yang ada adalah pengaturan kekuatan regenerative braking. Yang tombolnlya ada di konsol tengah. Saat diaktifkan, proses deselerasi tanpa mengerem memang terasa lebih menahan, tapi tidak akan membuat mobil mengerem kuat.
Kesimpulan
Intinya, untuk digunakan harian bersama keluarga, ini mobil yang bisa diandalkan. Yang benar-benar mengganjal adalah harganya yang Rp 1,190. 000.000. Meski, sekali lagi, teknologi yang ada di mobil ini juga tidak murah.
Toyota Safety Sense ada, dan kami jatuh cinta dengan alat bantu parkir otomatisnya yang presisi. Adaptive cruise control bahkan bisa menjaga jarak dan berakselerasi dengan halus. Saat ada mobil memotong pun reaksinya tidak bikin kaget.
Belum lagi, Toyota bZ4X didatangkan langsung dari Jepang. Lini produksi yang terbatas dan permintaan tinggi di Eropa menjadikan pembuatnya kewalahan. Konon untuk kepentingan KTT G20 lalu saja, TAM sampai harus memaksa untuk mendatangkan mobil ini ke Indonesia. Jadi harus inden? Kemungkinan seperti itu.
Jadi apakah bZ4X layak dipertimbangkan sebagai mobil harian? Kalau punya budget sebesar itu, dan kebutuhan angkut Anda tidak lebih dari lima plus biar dibilang ‘pejuang lingkungan’, Toyota ini layak dipertimbangkan.
Kejutan datang dari Toyota Thailand yang sedang merayakan ulang tahun ke-60 kehadiran mereka di kerajaan itu. Toyota menampilkan dua mobil konsep yang menarik. Toyota Hilux Revo BEV dan Toyota IMV O. Diperkenalkan langsung oleh Akio Toyoda, Presiden Toyota.
Tidak perlu heran kenapa bentuk kejutannya harus mobil pickup. Lebih dari setengah populasi mobil di Thailand adalah pickup. Entah double cabin, extended cabin atau single cabin.
Hilux Revo BEV adalah mobil konsep yang mengedepankan penggunaan penggerak listrik. Tidak banyak yang dijabarkan oleh Toyota. Basisnya ya Hilux. Dari luar tampak dibekali moncong tanpa grill, yang mengingatkan kami pada Innova EV Concept beberapa waktu lalu. Tapi mobil kedua yang lebih menarik.
Toyota IMV O adalah konsep mobil pickup berbasis IMV. Platform tersebut, saat ini, digunakan oleh Toyota Fortuner dan Hilux. Tadinya Innova juga pakai, sebelum pindah ke TNGA. Yang dikedepankan adalah, bagaimana IMV O bisa jadi mobil komersial serbaguna.
“Ini bagaikan kertas kosong yang kami berikan untuk konsumen. Silahkan dijadikan apa saja,” kata Akio Toyoda. “Kami membuat mobil yang siap untuk dipersonalisasi (sesuai kebutuhan).” Dari bentuknya, memang sepertinya mudah untuk bongkar pasang. Bagian depan mulai dari kap mesin hingga bemper mudah untuk dilepas.
Toyoda menambahkan kalau tujuan utama IMV O mobil yang harganya terjangkau oleh konsumen. Mobil modular yang bisa difungsikan sesuai kebutuhan dan menghasilkan uang. “Ini yang kami harapkan. Menjadikan mobil ini sebagai kendaraan yang disukai oleh seluruh negeri,” tegasnya.
Dari presentasi yang diperlihatkan, Toyota IMV O sepertinya memang mudah untuk diganti-ganti formatnya. Mulai dari kendaraan towing, mobil box, moko (mobil toko), pickup biasa bahkan untuk dijadikan mobil balap juga bisa.
Menurut media setempat, meski detail spesifikasi masih belum disediakan, tapi kedua mobil ini diperkirakan siap untuk masuk pasar Thailand mulai tahun 2023.
Hadirnya Toyota bZ4X di Indonesia cukup memberikan angin segar bagi pasar mobil listrik di Indonesia. Paling tidak, semua sekarang sadar, Toyota biarpun agak terlambat bermain di pasar ini tapi tetap bersemangat menyemarakan pergerakan market EV.
Itu kalau tidak bicara harga Toyota bZ4X yang hampir Rp 1,2 milyar. Tentunya banyak yang tidak menyangka harganya bisa setinggi itu. Kami rasa para wiraniaga Hyundai bisa bernafas lega karena Hyundai Ioniq5 masih berjalan sendiri di pasar EV kurang dari Rp 900 juta.
Tapi apakah memang sepadan harga dengan apa yang diberikan oleh Toyota bZ4X? Kami menyambangi pusat perbelanjaan QBig di Tangerang untuk mencoba apa rasanya mobil ini.
Sebelum mulai, kami ingatkan kembali, Toyota bZ4X memiliki motor listrik dengan kekuatan 150 kW yang menggerakan roda depan. Baterainya dibuat bersama oleh Toyota dan Panasonic berkapasitas 71,4 kWh dengan voltase 355 V.
Akselerasi 0-100 km/jam diklaim 7,5 detik saja. Jarak tempuh yang diberikan kurang lebih 500 km dengan sekali isi penuh.
Pengendaraan Toyota bZ4X
Karena ini mobil listrik, tentunya segala sesuatu terasa sunyi dan tenang. Bahkan pergerakan mobil saat pertama berjalan pun terasa memberikan rasa santai. Tidak pergerakan transmisi yang menyentak saat mulai berjalan. Segalanya terjadi begitu saja.
Posisi duduk juga memberikan pandangan luas kemanapun Anda menoleh. Posisi layar instrumen cluster yang jauh ke depan memberikan kontribusi untuk hal ini. Belum lagi pengaturan setir tilt dan teleskopik yang fleksibel.
Saat menjejak ke jalanan aspal di seputar Tangerang pun bZ4X memberikan rasa berkendara yang meyakinkan. Perkiraan kami kalau kemudinya akan terasa kosong karena ini menggunakan power steering elektrik ternyata meleset. Memang tidak terlalu berisi, tapi ini masih lebih baik.
Yang lebih penting, respon kemudinya terasa instan dengan pergerakan yang linear, sesuai input dari pengemudi. Untuk penggunaan harian dalam dan luar kota, harusnya bisa diandalkan.
Injak pedal gas dalam-dalam, Anda akan langsung merasakan esensi sebuah mobil listrik. Hal yang membuat Anda jatuh cinta dengan kemampuan sebuha mobil listrik. Torsi instan langsung melajukan roda seperti tanpa beban. Padahal ini bukan mobil yang ringan.
Yang juga terasa adalah, bantingan suspensi khas sebuah Toyota. Ya, kami berharap dengan harga Rp 1,190 milyar suspensinya bisa memberikan rasa, katakanlah, Lexus. Kalau Anda familiar dengan Corolla Cross, rasanya kurang lebih seperti itu.
Bukan berarti tidak mumpuni. Karena polisi tidur maupun speed breaker di jalanan bisa diatasi dengan baik. Speed breaker yang jumlah tidak manusiawi di kawasan BSD sukses diredam dengan baik saat mobil listrik ini dilajukan sekitar 60 km/jam. Tidak ada rasa mobil bergeser atau kehilangan traksi.
Secara keseluruhan, pengendaraan bZ4X cukup bisa diapresiasi. Meski ada saja yang kurang, tapi Anda akan maklum karena rasa mobil ini jempolan.
Interior & Fitur Toyota bZ4X
Nah, ini bisa jadi sedikit mengobati rasa heran dengan harga tadi. Material kabin memang berkualitas. Ada banyak permukaan empuk (padded) tersedia. Bahkan lapisan atas dashboard berlapis semacam fabric.
Ruang penyimpanan tersebar di mana-mana. Ini membuat kami melupakan kalau mobil ini tidak punya glove box di depan kursi penumpang. Gantinya ada tempat meletakan barang di bawah konsol tengah, di balik arm rest dan tempat-tempat lainnya. Jujur kami suka. Meski tidak biasa.
Layar sentuh untuk multimedia berukuran 12,3 inci terlihat dominan. Desainnya menyatu dengan konsol tengah tadi. Ini memberikan kesan rapi dan berkelas. Dan yang paling kami suka, masih ada tombol fisik untuk pengaturan berbagai fitur.
Di balik itu, Toyota memasangkan kemampuan konektivitas nirkabel. Apple Carplay atau Android Auto bisa tersambung dengan mudah. Juga tersedia kemampuan wireless charging untuk mengisi ulang baterai gadget. Tapi seperti biasa, pengisiannya pelan. Ini ganjalan teknologi pengecasan tanpa kabel di manapun. Heran.
Kemampuan T-InTouch juga pastinya sudah ada. Dengan ini Anda bisa mengetahui dimana posisi mobil hingga melakukan geo fencing. Kalau mobil berada di luar radius yang sudah ditentukan, ada peringatan masuk ke handphone.
Alat bantu berkendara yang ada juga lengkap. Sebut saja pemantau area blind spot, rear cross traffic alert, monitor 360 derajat yang unik, pemantau tekanan angin ban, VSC dan sebagainya. Tapi satu yang benar-benar harus kami acungi jempol. Kemampuan parkir mandiri. Iya, mobilnya bisa parkir sendiri.
Caranya juga mudah. Dekatkan dengan area parkir, tekan tombol di dashboard, lepas tangan dan kaki dari kemudi serta pedal. Asal sensornya bisa melihat garis tempat parkir, bZ4X akan mengatur sendiri. Kalau tidak ada garis, jangan harap ini bisa terjadi.
Impresi
Jujur, ini mobil yang menjanjikan. Semuanya mendukung untuk kegiatan mobilitas harian kemana pun. Kapasitas baterai memberikan jarak tempuh yang cukup masuk akal, hingga 500 km. Belum lagi garansi yang diberikan juga meyakinkan, terutama untuk komponen baterai yang hingga delapan tahun.
Yang kurang? Rasa berkendara yang terlalu Toyota. Sekali lagi, dengan harga diatas satu milyar, kami terbiasa dengan rasa yang diberikan oleh Toyota Crown, Land Cruiser 300 atau deretan produk Lexus.
Memang teknologi yang diusung cukup meyakinkan. Apalagi ini Toyota. Yang terkenal membuat mobil yang ‘long lasting’. Jadi, untuk beberapa orang yang sadar teknologi ini bisa jadi pilihan. Kalau lebih berorientasi ke masalah budget? Hmm…
Selengkapnya bisa Anda saksikan juga di video di bawah.
Penuhi janjinya, Toyota perkenalkan lagi mobil keluarga bZ dalam bentuk sedan
Para konsumen di Negeri Tirai Bambu dalam waktu dekat bakal menikmati satu model mobil listrik terbaru Toyota bZ3. Inilah usaha Toyota untuk menjegal kejayaan Tesla Model 3 yang sukses besar.
Mobil ini merupakan hasil pengembangan bersama antara Toyota Motor Corp. dan perusahaan otomotif asal RRC, BYD. Platform mobil listrik berwujud sedan 5-penumpang ini sama seperti yang digunakan oleh bZ4X yakni platform e-TNGA dari Toyota. Namun dipenuhi oleh komponen yang disediakan oleh mitra lokal.
Toyota bZ3 akan diproduksi di China bekerjasama dengan mitra manufaktur lokal yakni FAW. Sebagai sumber pasokan daya listrik, bZ3 akan mengusung baterai LFP Blade dari BYD. Selain itu, berdasarkan keterangan resmi dari Kementerian Industri Dan Teknologi Informasi pemerintah RRC (MIIT), bZ3 akan dibekali dengan motor listrik berkode TZ200-XS022 yang dipasok oleh Fudi Power. Ini adalah divisi pembuat penggerak bertenaga listrik dari BYD.
Motor listrik itu menjadi penggerak roda belakang bZ3. Diklaim memiliki output daya di kisaran 135 kW (181 hp) hingga 180 kW (241 hp). Meskipun tak diungkap mengenai jenis transmisi yang akan digunakan, kecepatan maksimum bZ3 diperkirakan berada di kisaran angka 150 km/jam. jarak tempuhnya, berdasarkan standar pengujian CLTC, pihak pabrikan mengklaim mobil ini mampu menjelajah hingga 600 km.
Pihak pabrikan memberi garansi usia pakai baterai hingga 10 tahun atau 240.000 km seperti halnya pada Toyota bZ4X.
Dengan dimensi (PxLxT) 4,73 x 1,84 x 1,48 m dan wheelbase 2,88 m, bZ3 sedikit lebih bongsor dari bZ4X. Body mobil ini lebih panjang dari Corolla sedan (4,63 m), dan hanya sedikit lebih pendek dari Camry yang panjangnya 4.89 m.
Perihal harga jual dan kapan mobil ini akan mulai tersedia di jaringan dealer, pihak TMC belum membeberkan informasinya secara detil. Selain itu, belum ada kepastian apakah mobil ini akan diekspor ke pasar global seperti halnya bZ4X atau hanya untuk konsumsi pasar domestik RRC.
Jika Toyota bZ3 bakal merambah pasar global, apakah mobil ini nantinya akan menyandang emblem Toyota atau akan dipasarkan dengan label brand BYD? Kita nantikan saja kemunculan versi produksi dari bZ3 dalam beberapa bulan mendatang.