Honda Bertengger di Podium GP F1 Britania Raya

Honda berhasil berada di podium dan juga meraih poin penting dalam seri balapan Grand Prix (GP) F1 Britania Raya, di sirkuit Silverstone, 7 Juli 2024 silam. Pembalap tim Red Bull Racing Honda, Max Verstappen finis di posisi kedua.

Pencapaian ini sekaligus mempertahankan posisi terdepan di klasemen pembalap sementara musim balap F1 tahun 2024.

Max Verstappen mengawali lomba dari posisi tiga, ia mempertahankan posisinya di kondisi trek yang berubah cepat, dari kering ke basah. Ia bertahan cukup lama, saat sebagian besar permukaan trek dalam kondisi basah.

Lalu mengambil momen tepat sesuai arahan dari tim, untuk mengganti ban. Ketika kondisi trek mulai mengering, strategi yang tepat mampu membuat posisinya naik ke posisi dua, dan berhasil ia pertahankan hingga garis finis.

Melalui prestasi di GP F1 Britania Raya ini, tim Red Bull Racing Honda masih memimpin klasemen konstruktor sementara F1 2024 dengan 373 poin. Max Verstappen memimpin klasemen sementara pembalap F1 2024 dengan 255 poin.

Sedangkan pembalap tim VCARB yang juga ditenagai mesin Honda RBPT, Yuki Tsunoda juga berhasil meraih poin setelah ia menyelesaikan balapan, dengan berada di posisi kesepuluh. Tim VCARB berada di posisi klasemen konstruktor sementara F1 2024 dengan 31 poin.

“Kami mengawali lomba dengan cukup baik di tengah kondisi trek yang berubah dari kering ke basah. Strategi pit stop pertama dan kedua membawa kami berhasil naik ke podium,” bangga Max Verstappen.

“Kami berhasil meraih poin penting pada balapan yang berlangsung dalam kondisi cuaca yang berubah-ubah. Strategi pit yang tepat, membuat kami bisa mempertahankan posisi,” imbuh Yuki Tsunoda.

Untuk seri balapan GP berikutnya akan diselenggarakan di Hungaria pada tanggal 21 Juli, dilanjutkan di Belgia pada tanggal 28 Juli.

Andretti Indy car

Mesin Balap F1 Cadillac Dipastikan Siap Digeber Mulai 2028

Pabrikan mobil mewah Amerika, Cadillac dipastikan siap mneyediakan mesin untuk musim balap F1 2028 mendatang. Pengumuman ini disebar Cadillac kemarin (14/11/2023). Anak perusahaan Ford tersebut mengatakan mereka telah terdaftar di FIA untuk menjadi penyedia mesin tim baru, Andretti F1.

Pengumuman ini tepat satu bulan setelah Andretti mendapatkan restu FIA untuk jadi tim baru di grid balap F1 (Formula One) 2026 nanti. Meskipun, mereka belum mendapatkan persetujuan dari para tim yang sudah ada. Untuk informasi, menjadi tim balap yang benar-benar baru (bukan tim lama ganti nama) memerlukan proses yang panjang.

FIA harus memberikan persetujuan, kemudian sepuluh tim eksisting harus memberikan restu dan sepertinya bagian ini lebih sulit daripada harus menyetor dana jaminan sebesar US $200 juta. Untuk apa uang sebesar itu? Nantinya akan disebar ke tim-tim F1 yang berpartisipasi sebagai ‘prize money’. Yang memberatkan mereka, kalau Andretti masuk, uangnya dibagi 11 tim.

Kembali ke soal Cadillac, General Motors yang menaungi mengatakan mereka sudah mulai pembangunan mesin F1 ini. Membuat mesin lomba memang bukan hal baru bagi mereka. Penggerak V8 5,5 liter mererka sudah sukses menorehkan nama di balapan IMSA GTP dan meraih podium di balapan elite, Le Mans 24 hour.

Lalu, kalau Andretti masuk F1 tahun 2026, mesin siapa yang akan dipakai dulu? Menurut regulasi FIA, Andretti F1 akan berhak menggunakan mesin dari pabrikan yang saat ini paling sedikit menyediakan mesin untuk tim F1. Melihat ketentuan tersebut, ada dua merek yang bisa masuk: Honda dan Alpine (Renault). Keduanya sedang menyediakan penggerak untuk masing-masing satu tim saja. Tidak seperti Mercedes-AMG atau Ferrari yang dipakai tiga tim.

Pininfarina Battista Edizione Nino Farina, Mobil Penting Bagi Sejarah F1

Banyak yang mengenal pembalap F1 legendaris seperti Ayton Senna hingga Michael Schumacher. Tapi siapa yang pertamakali menjadi Juara Dunia balap Formula 1? Dialah Giuseppe Antonio “Nino” Farina. Sayang, pembesut mobil balap Alfa Romeo ini namanya seolah tenggelam ditelan masa. Makanya hadir Pininfarina Battista Edizione Nino Farina

Nino Farina, juara dunia balap F1 pertama menggunakan Alfa Romeo.

 

Sepupu dari pendiri biro desain Pininfarina, Battista ‘Pinin’ Farina ini meraih gelar Juara Dunia balap Formula 1 yang diselenggarakan pertamakali pada tahun 1950.

Kenapa Harus Ada Edisi Khusus?

Jangan melupakan sejarah, mungkin inilah salah satu alasan yang mendasari dibuatnya hypercar edisi khusus Pininfarina Battista Edizione Nino Farina.

Pininfarina Battista Edizione Nino Farina.

Jumlahnya hanya ada sebanyak lima unit yang mewakili lima momen penting dari Nino Farina, terutama di balap Formula 1. Momen tersebut antara lain kemenangannya pada Grand Prix F1 di Inggris dan Swiss tahun 1950.

Juara pada laga Grand Prix F1 di Italia tahun 1950 sekaligus mejadikan Nino Farina sebagai kampiun perdana balap Formula 1.

Sebelum era balap Formula 1, Nino Farina beberapa kali memenangkan berbagai kejuaraan balap mobil dan Grand Prix di Eropa, khususnya Italia.

Kemasan Eksterior Spesial

Selintas tampilan eksterior mobil ini tak banyak perbedaan dari Pininfarina Battista edisi ‘reguler’. Namun, ciri khusus yang paling terlihat yakni kemasan warna.

Edizione Nino Farina, dibuat sangat terbatas untuk mengenang sang kampiun F1 pertama.

Sekujur body mobil ini didominasi sapuan warna merah racikan khusus bernama Rosso Nino. Warna yang sama seperti mobil balap Alfa Romeo besutan Nino Farina. Pada bagian atap dibalur dengan warna hitam.

Imbuhan aksen livery khusus pada body bagian bawah memadukan warna putih Bianco Sestriere dan biru Iconica Blu. Pada kaca spion dan bagian bawah sayap belakang pun diimbuhi aksen garis. Pada body pun tak lupa tersemat nomor lambung “01” berwarna Bianco Sestriere. Nomor start dari mobil balap Nino Farina saat menjadi Juara Dunia F1.

Body kit Furiosa Pack pun diimbuhkan pada mobil yang sangat istimewa ini. Mulai dari sirip splitter depan, side skirt, dan sirip diffuser belakang yang disematkan terbuat dari serat karbon. Panel body kit ini juga dikemas dengan imbuhan garis berwarna Bianco Sestriere.

Pininfarina pun menyematkan kaliper rem berkelir hitam yang kontras dengan velg forged alloy 10-spoke berwarna Satin Gold. Bahkan pada headlamp terukir grafir nama Nino Farina.

Interior Berdesain Unik

Kokpit mobil ini pun tak luput dari sentuhan khusus. Uniknya, jok pengemudi dan penumpang dikemas dengan material dan warna yang berbeda.

Mobilnya unik, interior bisa beda warna. Inilah Pininfarina Battista edizione Nino Farina.

Jika jok pengemudi dibalut dengan bahan kulit sintetis warna hitam. Jok penumpang berlapis kulit Alcantara dengan kombinasi warna krem dan hitam. Pada headrest dihiasi jahitan dan bordir dengan kombinasi warna khusus.

Seatbelt pun tampil dengan warna biru Iconica Blu yang dihiasi aksen jahitan benang berwarna krem dan merah.

Hypercar Penghisap Elektron Seharga $2,2 Juta

Sektor performa tak mengalami ubahan, sama seperti Battista biasa. Pada masing-masing roda terpasang sebuah motor elektrik penggerak. Output performanya justru bikin bulu kuduk merinding… 1.900 hp dengan torsi maksimum 2.340 Nm! Baterai berdaya 120 kWh pemberi asupan daya listrik terpasang pada kompartemen khusus di belakang kokpit.

Pininfarina Battista Edizione Nino Farina. Mobil listrik gila dengan tenaga ribuan hp.

Dari posisi start, hanya dalam sekejap mata mobil ini melesat ke angka 100 km/jam. Ya, hanya dalam waktu 1.79 detik! Sprint 0-400 meter dicapai dalam waktu 8,55 detik. Demi ‘kenyamanan’ berkendara, top speed dibatasi di angka 350 km/jam.

Battista Edizione Nino Farina akan tampil di Goodwood Festival of Speed yang berlangsung di Inggris pada hari ini hingga 16 Juli 2023.

Sungguh sangat beruntung bagi kolektor yang bisa memiliki hypercar seharga $ 2.2 juta atau setara Rp 32,8 miliar ini. Apakah Anda akan menjadi salah satunya?

 

Brad Pitt

Brad Pitt Akan Kendarai Mobil Formula di GP Inggris!

Aktor Hollywood kenamaan, Brad Pitt dikabarkan akan mencoba mobil balap formula. Hal tersebut akan berlangsung di GP Inggris, sebagai bagian dari pendalaman peran untuk film bertemakan F1. Seperti diketahui, Pitt adalah aktor utama di film tersebut.

Film F1 tersebut juga dipenuhi oleh nama besar. Sebut saja Joseph Kosinski sebagai sutradara. Kosinski kalau Anda ingat, adalah sutradara film Top Gun: Maverick yang dibintangi Tom Cruise. Di balik layar, ada Lewis Hamilton yang berperan sebagai advisor untuk proyek ini. Produsernya tidak lain adalah Jerry Bruckheimer.

BRad Pitt and the Mercedes-AMG F1

Soal Brad Pitt, dikutip dari Crash, reporter F1 Will Buxton memastikan suami Angelina Jolie itu akan mengendarai mobil F2 (Formula 2) di Silverstone untuk keperluan pengambilan gambar.

Buxton juga mengatakan, film ini sepertinya akan hebat. “Mereka belajar banyak dari Top Gun: Maverick. Dari film itu tercipta kamera 6K terkecil yang bisa dipasang di kokpit mobil F1. Ya, setelah Silverstone, Brad Pitt akan mengendarai mobil F1,” ucap Buxton.

Selain itu, Sir Lewis Hamilton terus berkomunikasi dengan tim produksi film, untuk memastikan jalan ceritanya seakurat mungkin. Bahkan diperkirakan akan jadi film tentang F1 paling akurat yang pernah ada.

F1 2010

“Jerry dan Joseph berkeinginan kuat untuk menghasilkan film balapan paling akurat dan impresif yang pernah ada. Tidak lupa juga, Tom Cruise sudah ditawarkan untuk mengambil bagian di film ini, kalau diperlukan,” tambah Will BUxton.

Jadi, kalau nanti GP Inggris ditayangkan, perhatikan saja, siapa tahu ada Brad Pitt muncul di layar TV Anda. Tapi kami tidak sabar untuk melihat hasil kerja keras Pitt, Bruckheimer, Kosinski dan Hamilton di film ini.

Alfa Romeo C43, Andalan Terbaru Untuk Laga F1 2023

Setelah dinantikan kemunculannya, akhirnya tim balap pabrikan asal Italia Alfa Romeo Formula 1 Team tampil dengan mobil F1 untuk musim balap tahun 2023.

Acara peluncuran berada di dua lokasi berbeda di Swiss secara bersamaan. Satu acara berlangsung di kota Zurich. Sementara lainnya dihelat di markas tim Alfa Romeo di Hinwil yang merupakan markas logistik tim balap Sauber Group.

Mobil balap F1 Alfa Romeo C43 terbaru ini berlivery warna merah dan hitam. Terlihat begitu serasi dengan label dan logo Alfa Romeo yang mengusung warna putih dengan dasar merah.

Duet pilot dari musim balap tahun lalu, Valtteri Bottas dan Zhou Guanyu masih dipercaya menempati kokpit F1 Alfa Romeo di tahun ini. Alfa Romeo juga mengontrak Théo Jérôme Julien Pourchaire sebagai driver cadangan. Pembalap debutan asal Perancis ini naik kelas dari Formula 2 ke F1.

Seperti pada mobil balap Alfa Romeo C42 di musim balap tahun lalu, mobil balap C43 yang kini digunakan masih menggunakan pasokan mesin dari Ferrari.

Mesin yang digunakan tentu saja lebih baru dan berbeda dari sebelumnya. Alfa Romeo tak ubahnya tim bayangan dari Scuderia Ferrari…dalam hal mesin tentunya.

Jan Monchaux, kepala desain teknis tim Alfa Romeo pun memutar otak untuk dapat mengimplementasikan regulasi teknis terbaru pada C43. Sejumlah perubahan tak hanya pada konstruksi mesin. Desain body, sasis dan perangkat aerodinamika mengalami ubahan sesuai regulasi baru yang ditetapkan oleh FIA untuk musim balap tahun 2023.

Livery Lebih Asyik

Dibandingkan dengan mobil balap C42, livery terbaru pada mobil balap Alfa Romeo C43 terlihat jauh lebih keren. Terdapat perubahan sponsor pada livery hasil garapan studio Alfa Romeo Centro Stile di Milan. Pada body C43 tak lagi terdapat decal bertuliskan “Alfa Romeo Racing Orlen”, namun kini berganti menjadi Alfa Romeo F1 Team Stake.

Shake down perdana dari tim balap F1 Swiss-Italia ini akan belangsung di Barcelona akhir pekan mendatang.

Mobil balap F1 Alfa Romeo pun dikabarkan resmi masuk dalam game F1 2022 lansiran EA Sports bersamaan dengan test perdana pra-musim 2023 di Bahrain nanti. Semoga pada musim balap tahun ini Alfa Romeo dapat tampil jauh lebih baik lagi dari sebelumnya.

 

Ford

Tanpa Ford di F1, Anda Tidak Akan Kenal Michael Schumacher

Ford memastikan akan masuk ke balapan F1 tahun 2026 nanti. Mereka akan bergandengan dengan Red Bull Racing sebagai ‘technical partner’. Artinya, Ford akan menyediakan mesin. Kembalinya pabrikan Amerika Serikat itu sebetulnya cukup ironis.

Red BUll Racing 2023 Livery

Kenapa? Karena dulu Red Bull Racing adalah punya Ford. Dan bukan anak baru juga di balapan pemuncak ini. 174 kemenangan sudah dikantongi. Bahkan tanpa merek ini, Anda tidak akan kenal siapa Michael Schumacher.

DFV Engine

Mesin dengan kode DFV menandai masuknya Ford ke balapan F1 pada tahun 1967 di sirkuit Zandvoort, Belanda. DFV adalah hasil kerjasama Ford dengan tuner Cosworth. Terpasang di mobil F1 Lotus 49, langsung memberikan pole position untuk Graham Hill. Saat balapan, Ford Lotus 49 yang dikendarai memberikan kemenangan pertama untuk Ford.

Ford Cosworth DFV engine

Tahun itu, mesin DFV sukses membuat Lotus bertengger di posisi kedua klasemen akhir konstruktor. Jim Clark menempati posisi ketiga di klasemen pembalap.

1968 Ford akhirnya mencabut hak eksklusif untuk mesin DFV. Mesin ini akhirnya tidak hanya digunakan oleh Lotus, tapi juga McLaren dan Matra. Dari 12 balapan, mesin Ford di F1 masa itu menang 11 kali. Penggunanya meraih posisi satu sampai tiga di klasemen akhir.

Lotus Ford 49

 

Seiring berjalannya waktu, DFV dianggap penggerak yang bisa diandalkan dan tidak terlalu mahal. Maka makin banyak tim yang menggunakan mesin ini seperti Brabham, Williams dan Surtees. 

Ford Cosworth DFV terus digunakan hingga 1983. Mesin ini mempersembahkan 176 kemenangan untuk yang menggunakan. Inilah salah satu mesin mobil F1 yang paling sukses dalam sejarah.

Era Kurang Lancar

Setelah 1983, balapan F1 memasuki babak baru dimana mesin turbo jadi andalan. Ini adalah bagian pertama dari kiprah mesin turbo di lomba ini. 1984 mereka menyediakan mesin untuk Tyrell dan jadi satu-satunya mesin non-turbo di arena. Hasilnya, Tyrell diasapi terus.

Tyrell F1

Ford membuat mesin V6 turbo bersama tim Haas Lola. Kode mesinnya GBA 1.5 Turbo V6. Untuk diingat, Haas yang ini tidak ada hubungannya dengan Haas F1 tim yang ada sekarang. Tapi pengembangan dan produksinya berjalan lambat. Baru tahun 1986 baru bisa digunakan. Sialnya, mesin tidak punya performa yang mumpuni. Masa itu mesin Honda di Williams dan Porsche (menggunakan nama TAG) di McLaren yang paling dominan.

Benetton Ford 1987

1987 agak mendingan. Bersama Tyrell dan tim baru, Benetton F1 sebagai pengguna mesin baru DFZ 3.5 berkonfigurasi V8 non-turbo. Mesin ini mempersembahkan posisi lima dan enam untuk penggunanya di klasemen akhir. Meski tanpa raihan podium juara.

Penghantar Sang Legenda

Setelah 1987, segalanya seperti bergulir lancar. Ford terus menyuplai mesin untuk Benetton. 1989 Benetton dengan pembalap Alessandro Nannini juara di balapan F1 Jepang. Tahun itu, Benetton finish urutan keempat. Sementara Tyrell kelima. Lumayan.

Benetton Ford 1994

Tahun berikutnya, Benetton Ford lebih bersinar. Nelson Piquet juara dua kali dan membuat pembalap Brazil itu menempati posisi ketiga di klasemen akhir. Sementara timnya menduduki tempat ketiga klasemen konstruktor. Setelah itu, Benetton Ford seperti jadi pelanggan juara tiga selama musim 92-93.

1994 agak lain. Delapan dari 16 balapan dimenangkan oleh pembalap muda bernama Michael Schumacher dari tim Benetton Ford. Tahun itu, ia jadi juara dunia untuk pertama kalinya. Namun timnya hanya bisa bersandar di posisi kedua setelah dikalahkan Williams Renault.

Langkah Berbeda Ford

Tahun berikutnya Benetton ganti mesin menggunakan Renault. Ford jadi rekanan Stewart Grand Prix dan sebuah tim baru yang namanya Red Bull Sauber F1 Team. Tim yang dimiliki oleh Jackie Stewart, juara dunia F1 tiga kali. Tiga musim dilalui tanpa ada hasil yang signifikan. Baru 1999, Stewart bisa berbicara. Itupun hanya finish keempat di klasemen, setelah Johny Herbert menang di European Grand Prix.

Stewart Grand Prix

Setahun kemudian, Stewart diambil alih oleh Ford dan menjadi tim pabrikan. Mereka menggunakan nama Jaguar F1 team, karena Jaguar saat itu dikendalikan oleh mereka. Sayang, tidak bisa berbicara banyak. Jarang ada hasil yang signifikan.

Yang lumayan ada ‘suaranya’ malah tim konsumen mereka, Jordan Ford dengan pembalap Giancarlo Fisichella. Mereka menang di balapan Brazil 2003. Tahun itu, Jaguar finish ketujuh, Jordan Ford kesembilan. Inilah kemenangan terakhir untuk mesin Ford.

Jaguar F1 2004

2004 jadi musim terakhir Ford di F1. Setahun kemudian tim ini dijual ke Red Bull yang tahun itu sebetulnya masih menggunakan mobil bikinan Ford/Jaguar. Pembalapnya Mark Webber dan Christian Klein. Lagi-lagi, hasilnya tidak signifikan karena finish ketujuh di klasemen konstruktor.

Nah, entah kenapa, kami merasa Ford dan Red Bull akan bisa jalan bersama menuju juara. Keduanya punya pengalaman yang pahit dan manis. Motivasi Red Bull sangat kuat untuk tetap bisa berada di puncak. Ford punya pengalaman membuat mesin F1 yang hebat, Red Bull dalam asuhan Christian Horner, tahu betul bagaimana caranya untuk menang.

Kita lihat saja. Regulasi baru F1 tahun 2026 merupakan sebuah revolusi regulasi untuk memudahkan para kontestan. Mesin yang lebih mudah dibuat dan ramah lingkungan, serta pembatasan biaya pengembangan setiap tim, akan memunculkan sesuatu yang pastinya berbeda.

Williams F1 Punya Bos Baru, Mercedes-AMG F1 Kehilangan Ahli Strategi

Kesuksesan Lewis Hamilton bersama Mercedes-AMG Petronas F1 tidak lepas dari campur tangan seorang bernama James Vowles. Ia adalah ahli strategi yang menentukan apa saja yang harus dilakukan timnya. Vowles pindah ke Williams F1 dan naik pangkat jadi team principal.

Tentu untuk kemajuan karir sesorang, ini langkah yang sangat manusiawi. Tapi bagi Mercedes-AMG F1, mereka kehilangan sosok brilian. Apalagi musim balap 2023 akan mulai kurang dari dua bulan lagi. Kalau Anda ingat balapan di Hungaria 2019 dan keseruan balapan F1 Spanyol 2021, dimana Mercedes sukses dengan kemenangan, itu adalah hasil pemikiran Vowles dan kehebatan bakat pembalapnya.

Siapa James Vowles?

Tapi Vowles juga tidak sempurna. Tahun 2021, blunder strategi terlihat jelas di balapan Hungaria, dimana sesi restart di grid hanya diisi oleh Hamilton, tim lain start dari pit setelah ganti dari ban basah ke kering. Hamilton akhirnya harus berjuang karena ia masuk pit belakangan.

James Vowles & Lewis Hamilton

Foto: Skysports

James Vowles juga bukan orang baru di dunia F1. 13 tahun sudah ia mengabdi di Mercedes-AMG. Karirnya diawali sebagai engineer di tim British American Racing (BAR). Lalu mengabdi di Honda F1 Racing. Saat Honda undur diri, timnya berubah jadi Brawn GP. Tim ajaib yang langsung sukses di debut perdana dan menyabet gelar juara dunia 2009 bersama pembalap Jenson Button dan Rubens Barichello.

Brawn GP ini kiprahnya hanya setahun. Vowles naik jabatan jadi Race Strategist di tim bentukan Ross Brawn tersebut, dan disebut sebagai salah satu orang penting yang memungkinkan Brawn GP juara. Tim tersebut kemudian diambil alih oleh Mercedes tahun 2010.

Ada Alasan Politis?

Williams F1 awal tahun ini mengumumkan restrukturisasi besar-besaran di jajaran manajemen tingkat atas. Jost Capito, prinsipal tim sebelumnya, diberhentikan oleh Dorilton Ventures, perusahaan pemegang saham Williams F1.

Mereka lantas meminta Vowles untuk menggantikan. Penunjukan ini membuka satu pertanyaan bagi kami. Williams adalah tim yang menggunakan mesin Mercedes-AMG F1 sejak 2014. Lebih dari itu, Toto Wolf, pucuk pimpinan Mercedes-AMG F1 pernah jadi direktur di Williams F1. George Russel, pembalap kedua Mercedes-AMG F1 juga pernah mengabdi di tim legendaris Inggris itu.

James Vowles of Williams F1

Foto: Williams F1

Lalu, apakah kehadiran Vowles akan memberikan akses untuk Mercedes mengendalikan Williams F1? James Vowles membantah hal tersebut. “Saya tidak menganggap Williams F1 sebagai ‘mini Mercedes’. Williams adalah tim yang benar-benar independen, punya sejarah kesuksesan yang panjang,” Ujar Vowles yang sekarang memegang rekor sebagai team principal termuda dalam sejarah F1. Umurnya baru 43 tahun.

“Kesuksesan Williams sepenuhnya jadi tanggung jawab saya. Dan harus terlepas dari Mercedes,” tambah pria asal Sussex, Inggris ini. “Tapi bukan berarti kami menutup diri untuk kolaborasi dengan Mercedes. Kerjasama sudah ada sejak sebelum saya gabung. Tapi mulai sekarang saya harus melakukan yang terbaik untuk Williams.

Williams F1

Foto: Williams F1

Hal ini juga diamini oleh Toto Wolff. “Satu hal yang ada benang merahnya adalah, kami sama-sama team principal (sekarang). Masing-masing punya cara untuk mempertahankan dan mendukung kesuksesan timnya. Kalau saya mau membuat Williams F1 sebagai ‘mini Mercedes F1’, saya pasti diusir oleh Vowles,” ujar Wolff seperti dikutip dari Skysports.

Keahlian Vowles mungkin akan menaikan posisi Williams F1 di balapan. Tapi sumber daya manusia tidak bisa berjalan sendiri tanpa dukungan untuk kemajuan bersama. Saat ini, Williams F1 adalah tim papan bawah yang berjuang untuk punya mobil yang kompetitif. Kita tunggu saja kiprahnya.