Pusat Suku Cadang Stellantis di Malaysia, Beroperasi di 2025

Stellantis saat ini berpredikat sebagai produsen otomotif keempat terbesar di dunia, telah resmi mendirikan Pusat Suku Cadang di Malaysia. Didirikannya Pusat Suku Cadang ini menjadi salah satu strategi penting Stellantis. Terutama untuk meningkatkan lokalisasi komponen dan memperkuat komitmen, untuk melayani pasar di wilayah India dan Asia Pasifik.

“Wilayah India dan Asia Pasifik merupakan salah satu pasar otomotif yang potensial dan terus berkembang. Hal ini yang mendasari Stellantis untuk mendirikan Pusat Suku Cadang. Karena langkah ini sebagai bagian dari strategi kami, dalam memenuhi kebutuhan pelanggan yang semakin beragam,” kata Daniel Gonzalez, Chief Operating Officer Stellantis wilayah ASEAN.

“Dengan didirikannya Pusat Suku Cadang di Malaysia, kami berharap dapat mempercepat pengiriman suku cadang ke berbagai dealer di wilayah India dan Asia Pasifik. Termasuk menciptakan sistem operasional yang lebih efisien,” tambahnya.

“Peresmian Pusat Suku Cadang di Malaysia menjadi salah satu pencapaian dan dedikasi kami, dalam melayani konsumen di wilayah India dan Asia Pasifik. Pusat Suku Cadang ini memiliki lokasi yang strategis di Zona Perdagangan Bebas di Malaysia. Sehingga kami dapat mengirim suku cadang dengan lebih cepat ke berbagai dealer,” tutur Olivier Torchet, Head of Parts & Services Stellantis wilayah India & Asia Pasifik.

Pusat Suku Cadang Stellantis direncanakan beroperasi pada awal tahun 2025 di Malaysia. Sehingga untuk memastikan ketersediaan komponen yang lebih cepat dan lengkap. Yaitu di 20 negara yang berada di dalam wilayah India dan Asia Pasifik. Pusat Suku Cadang ini akan menjadi tempat penyimpanan untuk berbagai komponen dari brand otomotif di bawah naungan Stellantis. Mulai dari Citroën, Peugeot, Alfa Romeo, Jeep, RAM, Leapmotor, dan sebagainya.

Citroën ë-Berlingo, Mobil Kerja Fungsional dan Sukses Naik Kelas

Perjalanan kami ke Prancis beberapa waktu silam, tidak hanya untuk mengunjungi Paris Motor Show 2024 saja. Namun juga berkesempatan untuk mencoba produk Citroën yang bebas emisi, yakni ë-Berlingo. Wajar jika Anda yang belum akrab dengan Berlingo, karena mobil ini memang tidak pernah masuk ke pasar Indonesia. Tapi di negara tetangga, seperti Singapura maupun Malaysia, Anda bisa menjumpai Citroën Berlingo. Sebenarnya, generasi awal Citroën Berlingo merupakan kembaran dari Peugeot Partner.

Oke, unit kendaraan Citroën yang disediakan oleh pihak Stellantis, untuk perjalanan nyaris 100 km kali ini memang beragam. Namun, kami sukses ‘mendapatkan’ ë-Berlingo. Walaupun Citroën menyebut mobil ini sebagai leisure van, Berlingo lahir sebagai mobil untuk kebutuhan niaga. Seiring perjalanan waktu, Berlingo pun digunakan sebagai Multi Purpose Vehicle (MPV) keluarga. Wajar saja jika kini ada yang versi listrik alias EV.

Varian M terasa pas untuk harian

Unit Citroën ë-Berlingo yang kami gunakan ialah varian M, dengan trim Ambiance XTR dan berkelir Backpacker Khaki. Karena varian M, maka tempat duduknya hanya dua baris. Citroën ë-Berlingo juga tersedia dalam varian XL dengan jok tiga baris. Perbedaan terbesar ialah pada panjang bodinya. Jika varian M memiliki panjang 4.400 mm, maka varian XL punya panjang 4.750 mm.

Karena kami hanya berdua saja dalam MPV ini, maka varian M terasa pas untuk perjalanan. Titik awal bermula dari Quai de Grenelle, tepat pada jantung kota Paris. Sajian kemacetan dan suara klakson yang khas di pagi hari, sudah harus kami maklumi. Usai menembus sejumlah persimpangan kusut, ternyata kami terpisah dari iring-iringan dari mobil media yang lain.

Karena Citroën ë-Berlingo ini terasa menyenangkan, kami memutuskan untuk mencari rute sendiri menuju titik selanjutnya, yakni di Abbaye des Vaux-de Cernay. Lokasi ini terletak di antara kota Auffargis dan Cernay-la-Ville. Jika saja tidak tertinggal dari rombongan, kami akan tiba di titik tersebut melalui kota Cernay-la-Ville. Apa yang terjadi malah kami melalui kota Trappes, Les Essarts-le-Roi, dan Auffargis.

Tetap yakin dibesut di jalanan sempit

Sebagai pelengkap, sinyal Wi-Fi kami turut hilang saat berada di area cagar alam Sablière de Pont Grandval, pinggiran kota Auffargis. Untuk mencari sinyal, kami putar balik kembali menuju ke kota Auffargis. Setelah sinyal kembali penuh, kami hanya terpaut sekitar beberapa menit dari rombongan.

Untuk mengejar ketinggalan, kami pun membesut Citroën ë-Berlingo di jalanan pedesaan yang tergolong ‘ngepas’, penuh tikungan, ditambah dengan tingkat elevasi yang beragam. Kami sangat terkesan dengan karakter MPV ini. Setirnya terasa komunikatif, karakter suspensinya begitu supel, minim body roll, namun tidak kaku. Buat apa pakai mobil sport, kalau Citroën ë-Berlingo saja sudah bisa begini. Heran…

Akhirnya kami re-grouping di halaman depan Abbaye des Vaux-de Cernay, untuk selanjutnya beriringan menuju Maison Jaune, di Boulogne-Billancourt. Kini waktunya memperhatikan apa saja yang dimiliki Citroën ë-Berlingo ini.

Fisik luarnya merepresentasikan desain baru Citroën. Bagian depannya didesain ulang dengan mengadopsi identitas visual Citroën terkini. Banyak garis vertikal yang memperlihatkan kesan modern. Tak ketinggalan ada aksen detil kebanggaan Citroën, yakni pola chevron. Pada lampu depan terdapat satu garis vertikal dan dua garis horizontal.

Jok nyaman khas Citroën

Roof rail hanya tersedia pada trim teratas saja. Garis atap terlihat harmonis dengan sisi bodi, hingga ke panel pintu kargo. Pintu geser memudahkan akses penumpang untuk masuk dan keluar, sayangnya agak butuh tenaga ekstra untuk membuka atau menutupnya. Sepertinya karakter ‘mobil kerja’ masih terasa. Pada unit yang kami gunakan, memakai velg 17 inci dan dibalut ban Bridgestone Turanza 6 Enliten ukuran 205/55 R17.

Untuk memberikan kenyamanan bagi pengemudi dan penumpang, ë-Berlingo dilengkapi dengan jok Citroën Advanced Comfort. Sepasang jok depan dilengkapi dengan armrest, sehingga memanjakan pengemudi dan penumpang depan.

Dashboard menjadi salah satu fitur andalan pada Citroën ë-Berlingo, dilengkapi dengan instrument cluster digital dan layar sentuh 10 inci. Di bagian atas dashboard, terdapat Top Box untuk menyimpan beragam barang. Sedangkan, tombol start/stop, tuas transmisi, fungsi mode berkendara, dan tuas rem parkir, diposisinya pada console tengah.

Ada fitur unik Modutop, sebagai atap multifungsi. Terdiri dari panel transluen, lampu ruang kabin, kompartemen atap, hingga panoramic glass roof. Jika dihitung secara teliti, Citroën ë-Berlingo memiliki 27 ruang penyimpanan barang yang tersebar di dalam kabin. Kalau ditotal, kapasitasnya mencapai 186 liter.

Jarak tempuh mencapai 320 km

Citroën ë-Berlingo terasa ringan saat berakselerasi dan meluncur tenang di jalan bebas hambatan. Tentu saja berkat peran motor listrik 100kW (setara 136 hp), dengan baterai LFP 50kWh. Jarak tempuhnya mencapai 320 km (menurut pengujian WLTP). Prestasi ini tentu cocok untuk penggunaan kendaraan secara harian.

Baterai MPV ini dapat diisi ulang secara penuh melalui wall charger 7,4 kW selama 7,5 jam. Jika menggunakan wall charger 11 kW, maka pengisian penuhnya hanya selama 5 jam. Selain itu, untuk mengisi daya baterai dengan menggunakan charger 100 kW, dari kondisi kosong hingga 80 persen, cukup memakan waktu 30 menit saja.

Lebih lanjut, untuk pasar Eropa hanya dipasarkan Citroën ë-Berlingo. Sedangkan untuk pasar di luar Eropa atau pasar spesifik lainnya, Citroën Berlingo punya pilihan mesin bensin, diesel, maupun versi listrik.

Peluang Besar Citroën Basalt di Segmen Unik

Berkunjung ke Stellantis Design Center, di Vélizy-Villacoublay, Prancis, memang selalu penuh dengan kejutan. Kali ini, Citroën secara khusus memperlihatkan sosok terbaru yang (mungkin saja) bakal masuk ke pasar otomotif Indonesia. Ya, kami melihat langsung Citroën Basalt, sebuah produk yang memiliki tampilan menarik. Sebab bergaya Crossover Sport Utility Vehicle (SUV), namun dengan desain bodi coupe.

Nama Basalt sendiri berasal dari nama jenis batuan vulkanik. Pemilihan nama ini mungkin menggambarkan karakter sebuah SUV yang kokoh. Namun, sebenarnya Citroën sudah pernah menggunakan nama yang serupa, yakni Basalte, pada tahun 1978. Kala itu nama Basalte disematkan pada salah satu varian terbatas dari Citroën GS.

Citroën Basalt menggabungkan aspek kedinamisan ala mobil coupe, dengan keunggulan sebuah Crossover SUV, ditambah kelapangan mobil lima pintu. Citroën Basalt dikembangkan oleh tim yang memiliki banyak ide, dan didukung dengan sejumlah bahasa desain dari C3 serta C3 Aircross.

Siluet bodi khas coupe terlihat jelas dari bagian atap, sejak pilar B menuju ke buritan. Citroën yakin bahwa mobil ini memperlihatkan karakter modern dan terlihat menarik. Meskipun dalam posisi diam. Pada saat yang sama, aspek ketangguhan disuguhkan melalui ground clearance yang agak tinggi, sekaligus dengan sumbu roda yang lebar.

Sebagai model baru di jajaran produk Citroën, Basalt menjadi model ketiga yang menjadi bagian dari program C-Cubed. Yang mana program ini dikembangkan secara khusus, untuk mendongkrak angka penjualan kendaraan Citroën di sejumlah negara. Sebut saja Brazil, Argentina, India, dan tentu saja Indonesia. Ya, jadi ada peluang besar bagi Basalt untuk segera mengaspal di Tanah Air. Apalagi di Indonesia, sepertinya Citroën Basalt belum punya rival yang berwujud serupa.

Sayang sekali, mengenai spesifikasi lengkap Citroën Basalt yang bakal masuk ke Indonesia, belum diungkapkan. Kami menduga, mungkin nanti mesinnya akan serupa dengan C3 Aircross. Untuk sektor suspensi, kemungkinan ada perbedaan dengan saudara kandungnya. Mengingat kedua bobot kendaraan memang saling berbeda.

Citroën C5 Aircross Concept Curi Perhatian Paris Motor Show

Segmen Sport Utility Vehicle (SUV) masih menjadi salah satu fokus bagi Citroën. Hal tersebut kembali dibuktikan saat diperkenalkannya C5 Aircross Concept pada Paris Motor Show 2024. Direncanakan, mobil ini nantinya bakal menggantikan posisi C5X, yang kini berpredikat sebagai ‘flagship’ dari jajaran produk Citroën.

Citroën C5 Aircross Concept menegaskan aspek kedinamisan, yang dicari oleh banyak penyuka kendaraan SUV. Uniknya, Citroën tak hanya mau menyuguhkan sosok SUV modern saja, namun tetap menjejalkan unsur kenyamanan berkendara serta kepraktisan bagi keluarga si pengguna. Mobil konsep ini tentu mendukung ambisi Citroën dalam menggaet pasar yang selama ini terus berkembang.

Bodi seolah ‘diukir’

Dibuat menggunakan platform STLA Medium milik Stellantis Group, Citroën C5 Aircross Concept merefleksikan karakter yang kuat. Bentuk eksteriornya yang gagah, seolah ‘diukir’ demi menghasilkan tingkat aerdinamika yang optimal. Urusan siluet bodi yang memukau, lazimnya tidak tampak pada SUV. Tapi desainer Citroën sukses ‘bermain sulap’, sehingga SUV ini terlihat keren dari berbagai sudut. Ingat, ini masih konsep…

Di bagian depan, fascia sengaja dibuat rendah, tentu demi aerdinamika. Sedangkan di bagian belakang, pintu kargo malah seolah nyaris vertikal. Bahkan, lampu belakangnya yang unik, berperan juga untuk membelah udara saat mobil ini melaju. Citroën menyebutnya sebagai Light Wings.

Interior masih rahasia

Dengan panjang sekitar 4,65 meter maka tentu menawarkan ruang kabin yang lapang. Sebagai catatan, panjang bodi ini hanya bertambah sekitar 15 cm saja dari C5 Aircross generasi terakhir. Untuk tinggi bodi tetap dipertahankan pada 1,66 m. Permukaan bodi samping seolah terdiri dari yang dua lekukan yang disatukan oleh satu garis tegas. Namun, semuanya terlihat begitu mengalir.

Sayang sekali, kami belum bisa melongok interiornya. Tapi, Citroën menjanjikan atmosfer kabin yang bakal membuai pengemudi dan penumpangnya. Sehingga mereka dapat melaju dengan tenang dan nyaman, terutama saat perjalanan jauh.

Singkat kata, Citroën C5 Aircross Concept menghadirkan proporsi menarik. Tampilan eksterior yang pasti mencuri banyak perhatian, ditambah adanya inovasi pada interior (yang masih dirahasiakan), semestinya bakal menggoda pasar SUV. Citroën berjanji bahwa 95 persen tampilan C5 Aircross generasi mendatang di tahun 2025 nanti, tetap seperti mobil konsep ini.

Stellantis Sambangi Citroën Indonesia, Bahas Sinergi Operasional

PT Indomobil National Distributor sebagai Agen Tunggal Pemegang Merk (APM) Citroën di Indonesia, menyambut kunjungan kerja dari perwakilan kantor pusat Stellantis. Diwakili oleh Daniel Gonzalez (Chief Operating Officer Stellantis ASEAN & General Distributor), dan Ashwani Muppasani (Chief Operating Officer Stellantis India & Asia Pacific).

Pada kesempatan ini, Citroën dan Stellantis membahas langkah strategis, yang akan dilaksanakan selama satu tahun ke depan. Terdiri dari perluasan jaringan dealer hingga peluncuran model baru, untuk memenuhi kebutuhan pasar di Indonesia.

Selain itu, sebagai dari program kunjungan kerja, berkesempatan pula ‘mampir’ ke beberapa dealer Citroën di Jakarta. Baik di Citroën Experience Center PIK, Citroën Experience Center TB Simatupang, Citroën Gading Serpong, dan Citroën MT Haryono. Semuanya sudah sesuai dengan standarisasi global Stellantis. Standarisasi ini terdiri dari desain interior dengan paduan warna merah dan putih, serta bergaya semi industrial.

Perwakilan Stellantis juga mengunjungi fasilitas Citroën Workshop Area dan Citroën Assembly & Sparepart Center, di Cikampek. Fasilitas tersebut kini telah memasuki tahap uji coba untuk memproduksi Citroën e-C3 secara lokal. Dengan produksi dalam negeri, Citroën berharap dapat mendukung perkembangan industri otomotif, sekaligus menyerap lebih banyak tenaga kerja lokal.

“Kami melihat Indonesia sebagai pasar yang potensial untuk produk-produk otomotif yang dibawa oleh Stellantis. Dengan strategi pemasaran yang dijalankan hingga akhir 2025, semoga semakin memperkuat posisi Citroën di Indonesia,” ujar Tan Kim Piauw, CEO Citroën Indonesia.

Citroen Indonesia Buka Showroom Baru di Jakarta Selatan

Citroen Indonesia resmi membuka dealer terbarunya yang berlokasi di Jakarta Selatan hari ini(21/09).

Citroen Experience Center TB Simatupang ini memiliki kemampuan 3S (sales, service, spare part)akan melayani pembelian dan perawatan kendaraan Citroen.

Citroen Simatupang

Santiko Wardoyo, CEO Dealer Indomobil Group mengatakan, “Ini dealer keempat dari 22 experience center. Dari 22 itu, setengahnya memang ada di Jabodetabek. Sisanya tersebar di seluruh Indonesia.”

Kemudian Tan Kim Piauw, CEO Citroen Indonesia, “Outlet ini menjadi bukti nyata untuk memberikan pelayanan terbaik. Sekaligus mendekatkan Citroen kepada konsumen.”

Dealer 3S Citroen Indonesia di Jaksel.

Buka hari Senin hingga Sabtu, showroom Citroen Indonesia TB Simatupang juga menerapkan nuansa desain showroom terkini. Luas lahannya hingga 1.000 meter persegi di jalan R.A Kartini, Jakarta Selatan.

Dan karena tempat ini juga berfungsi sebagai bengkel dan penyedia suku cadang, ada area bengkel yang cukup luas. Dengan lima bay aktif dan jaminan ketersediaan spare part.

Karena Citroen di Indonesia punya produk mobil listrik (e-C3), bengkelnya akan dengan senang hati merawat dan memperbaiki mobil Citroen EV rakitan Purwakarta tersebut. Seperti Citroen Experience Center lainnya, tempat ini juga sanggup melakukan perbaikan mobil listrik hingga level-2 (mengganti satu kesatuan baterai).

Tidak lupa, mereka juga menyediakan layanan Emergency Roadside Assistance (ERA) yang siaga 24 jam. Kalau tidak sempat ke bengkel, Anda bisa panggil teknisinya ke rumah.

Saat ini, Citroen Indonesia baru memasarkan tiga model yaitu e-C3 EV, C3 dan favorit kami, Citroen C3 Aircross.

Komunitas Mobil Prancis PeReCi, Main ke GIIAS 2024

Pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024 memang telah usai, tapi ada satu hari spesial bagi Citroën Indonesia. Sebab booth mereka disambangi oleh komunitas mobil Prancis, yakni PeReCi, pada 27 Juli lalu.

Ide untuk mendirikan komunitas mobil Prancis PeReCi ini sudah ada sejak 2013. Awalnya ada tiga orang perwakilan dari komunitas Peugeot, Renault, dan Citroen yang saling berjumpa dalam sebuah event otomotif. Setelah melakukan perbincangan, konsep komunitas yang mewadahi penggemar mobil Prancis ini pun dibentuk. PeReCi lahir pada 7 Januari 2017.

Komunitas PeReCi ini menjadi wadah untuk memperkuat silaturahim dan solidaritas antar sesama penggemar mobil Prancis. Yang mana saat ini telah memiliki lebih dari 100 anggota, yang tersebar di seluruh Indonesia.

Di dalam PeReCi tentu ada sejumlah pengguna kendaraan Citroën, terutama yang model klasik. Mereka pun giat dalam berbagai aktivitas, salah satunya memenuhi undangan dari Citroën Indonesia di pameran GIIAS 2024.

“Saya sangat senang melihat kehadiran para pecinta mobil Citroën yang selalu menjadi bagian penting dari perjalanan kami di Indonesia. Kami bangga dapat berbagi momen istimewa ini bersama komunitas PeReCi,” sambut Tan Kim Piauw, CEO PT Indomobil National Distributor.

“Mayoritas anggota komunitas kami merupakan pemilik mobil klasik, tak terkecuali yang keluaran lebih muda. Khususnya Citroën yang dulu penah eksis di Indonesia pada tahun 1980an. Kami harap dengan hadirnya brand Citroën, dapat memberikan lebih banyak pilihan bagi konsumen Indonesia,” imbuh Marius Pratiknjo, salah satu perwakilan PeReCi.

Komunitas PeReCi terbuka untuk para penggemar mobil Prancis dan tidak wajib memiliki mobil. Walaupun terdapat beberapa anggota yang merupakan pemilik mobil Citroën lawas, dari era 1950an hingga 1980an. Beberapa koleksi mobil klasik Citroën yang ada di dalam komunitas PeReCi ialah Traction Avant, 2CV, AK, Ami, Dyane, Méhari, DS, GS, CX, dan BX.

Bulan Agustus 2024, Citroën Ë-C3 Mulai Dibikin Lokal

Citroën kembali berpartisipasi di ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024. Selain menampilkan beragam model unggulan, Citroën juga akan meresmikan dimulainya produksi secara lokal untuk model Ë-C3.

Citroën telah dapat persetujuan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), untuk berpartisipasi dalam Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai. Sehingga Citroën dapat mengimpor mobil EV dengan insentif dari pemerintah, selama masa transisi hingga dimulainya produksi dalam negeri. Sejak diterimanya persetujuan tersebut, Citroën mulai menyerahkan unit Ë-C3 kepada pemesan di berbagai kota.

Dalam ajang GIIAS 2024, Citroën mengumumkan rencana untuk melanjutkan langkahnya ke arah produksi lokal di Indonesia. Dimulai dengan peresmian kerjasama antara PT Indomobil National Distributor, Stellantis, dan PT Nasional Assemblers.

“Kami merasa bangga untuk memulai produksi dalam negeri model Ë-C3, sebagai langkah awal dalam menggarap pasar kendaraan listrik di Indonesia,” kata Tan Kim Piauw, Chief Executive Officer PT Indomobil National Distributor.

Peresmian produksi dalam negeri ini ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU), untuk memproduksi model Citroën Ë-C3, secara lokal yang akan dimulai pada bulan Agustus 2024. Lebih lanjut, PT Nasional Assemblers merupakan perusahaan perakitan dibawah naungan Indomobil Group yang berlokasi di Purwakarta, Jawa Barat.

Dengan total investasi sebesar Rp 381 milliar, Citroën berharap dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja untuk menunjang proses produksi. Selain itu, Citroën juga turut mendukung industri otomotif dalam negeri dengan melakukan lokalisasi Ë-C3, guna mencapai persyaratan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) sebesar minimal 40 persen.

Upaya Citroën dalam membangun brand juga diwujudkan melalui dibangunnya Parts Center di Purwakarta, serta disiapkannya teknisi terlatih di setiap dealer. Citroën resmi memperkenalkan model-modelnya di Indonesia pada tahun 2023, dan akan mencapai 22 dealer hingga akhir tahun 2024.

Jawa Tengah Mulai Diramaikan Citroën Ë-C3

Kemarin (01/07/2024), Citroën mulai menyerahkan unit Ë-C3 kepada konsumen di kota Semarang, dan akan segera diiringi dengan sejumlah daerah lain di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Aktivitas ini menyusul acara serah terima unit Citroen Ë-C3, yang digelar beberapa waktu lalu untuk konsumen di wilayah Jakarta.

“Dengan bangga kami menyerahkan unit Citroën Ë-C3 kepada konsumen di Semarang, yang sudah menanti kehadiran mobil ini,” kata Tan Kim Piauw, Chief Executive Officer, PT Indomobil National Distributor.

“Ekosistem mobil listrik di Jawa Tengah dan Yogyakarta kini sudah memadai dengan didukung 75 titik SPKLU. Sehingga semakin memberikan kemudahan bagi konsumen yang melakukan aktivitas dengan mobil listrik,” imbuhnya.

Saat ini, Citroën menjadi merek pertama dan satu-satunya di Indonesia yang memperoleh fasilitas impor secara resmi dari pemerintah. Aktivitas impor dalam keadaan utuh (CBU) akan dilakukan dalam masa transisi menuju produksi lokal selambatnya sebelum tahun 2026. Hal ini menjadi salah satu wujud komitmen Citroën dalam menggarap pasar di Indonesia dalam jangka waktu lama.

Citroën Ë-C3 telah menyebar di Jabodetabek dan berbagai kota di daerah Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, serta Sulawesi. Didukung dengan layanan purna jual dan suku cadang yang lengkap di seluruh dealer Citroën di Indonesia.

Selain itu, dengan 75 buah SPKLU yang telah dibangun oleh PLN di Jawa Tengah dan Yogyakarta, semakin memudahkan konsumen mobil listrik untuk melakukan pengisian daya dimanapun dan kapanpun.

Citroën Ë-C3 ditawarkan dengan harga mulai Rp 385 juta di Semarang. Citroën Indonesia terus perluas jaringannya dan menargetkan 22 outlet siap beroperasi sampai dengan akhir tahun ini.

Akhirnya, Citroën Ë-C3 Diserahkan Untuk 50 Konsumen Pertama

Hari ini (14/06/2024), Citroën Indonesia menyerahkan unit Ë-C3 All yang diwakili 50 pelanggan pertama, di Citroën Experience Center PIK, Jakarta Utara. Hal ini dilakukan menyusul diterbitkannya izin untuk mengikuti Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai. Citroën menjadi merek pertama dan satu-satunya di Indonesia yang memperoleh fasilitas impor secara resmi dari pemerintah.

Untuk menghadirkan kendaraan listrik berbasis baterai (BEV) yang dapat dijangkau oleh masyarakat luas di Indonesia, Citroën telah memperkenalkan Ë-C3 pada ajang Gaikindo International Auto Show (GIIAS) 2023 lalu. Kemudian, pada tanggal 3 Mei 2024, pemerintah melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia (BKPM) telah memberikan persetujuan secara resmi atas permohonan Citroën Indonesia, untuk ikut serta di dalam Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai.

Transisi menuju produksi lokal

Citroen e-C3 diserahkan kepada 50 pembeli pertamanya.

Dengan diterbitkannya Surat Persetujuan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia no 1/KBLBB-CBU/1/OSS/PMDN 2024 kepada PT National Assemblers. Maka Citroën resmi memperoleh fasilitas impor Ë-C3 secara utuh dengan bea masuk 0 persen. Dan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) yang ditanggung pemerintah.

Aktivitas impor dalam keadaan utuh ini akan dilakukan dalam masa transisi menuju produksi lokal selambat-lambatnya sebelum tahun 2026. Hal ini menjadi salah satu wujud komitmen Citroën dalam menggarap pasar di Indonesia dalam jangka waktu panjang.

“Pada hari ini, kami bangga dapat menyerahkan unit Citroën Ë-C3 yang diwakili oleh 50 pelanggan yang sudah menanti mobil ini. Aktivitas ini diikuti juga dengan serah terima di dealer Citroën lainnya di Indonesia,” jelas Tan Kim Piauw, Chief Executive Officer, PT Indomobil National Distributor.

Komitmen jangka panjang Citroën

Kehadiran dan penyerahan Ë-C3 ini merupakan bukti komitmen jangka panjang Citroën dalam menggarap pasar kendaraan bermotor di Indonesia. Termasuk kontribusi Citroën dalam mendukung program pemerintah Indonesia untuk mobilitas bebas emisi.

Citroën Ë-C3 telah tersedia tidak hanya di wilayah Jabodetabek saja, tetapi juga di sejumlah dealer Citroën di Indonesia. Tak ketinggalan didukung dengan layanan purna jual, dan suku cadang yang lengkap di seluruh dealer Citroën di Indonesia.

Citroën Indonesia menawarkan Ë-C3 sebagai kendaraan bertenaga listrik 100 persen, yang terjangkau bagi masyarakat luas. Harga yang ditawarkan mulai Rp 377 juta (on the road Jakarta). 

Citroën Dapat Lampu Hijau Ikut Program BEV

Pada tanggal 3 Mei 2024, Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia (BKPM), memberikan persetujuan secara resmi atas permohonan Citroën Indonesia, untuk ikut serta di dalam Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai.

Hal ini salah satu langkah strategis untuk menghadirkan kendaraan listrik berbasis baterai (BEV) yang dapat dijangkau oleh masyarakat luas di Indonesia.

Terbitnya Surat Persetujuan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia no 1/KBLBB-CBU/1/OSS/PMDN 2024 kepada PT National Assemblers, selaku perusahaan perakitan kendaraan di bawah Indomobil Group, akan dimanfaatkan Citroën Indonesia untuk mengimpor Ë-C3 All Electric.

Bebas bea masuk dan pajak barang mewah

Mobil ini akan diimpor secara utuh (CBU) dengan bea masuk nol persen dan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) yang ditanggung pemerintah, dipergunakan di dalam masa transisi sampai dengan dimulainya kegiatan produksi Ë-C3 All Electric dalam negeri, maksimal hingga tahun 2026.

Saat ini, Citroën merupakan merek pertama dan satu-satunya di Indonesia yang saat ini memperoleh persetujuan keikutsertaan program BEV dan fasilitas impor secara resmi dari pemerintah. Citroën Indonesia segera menawarkan Ë-C3 All Electric dengan banderol mulai Rp. 377 juta (on the road Jakarta).

“Langkah kami ini sekaligus membuktikan komitmen Citroën untuk berkontribusi dalam menciptakan mobilitas bebas emisi,” kata Tan Kim Piauw, Chief Executive Officer, PT Indomobil National Distributor.

Tombol transmisi E-Toggle

Citroën Ë-C3 All Electric memiliki jarak tempuh 320 km (ARAI MIDC 1 Certified). Tenaganya mencapai 56 hp dan torsi 143 Nm, sehingga akselerasi dari 0-60 km/jam dapat ditempuh dalam waktu 6,8 detik dan top speed 107 km/jam.

Transmisi otomatis single-speed dapat dioperasikan melalui tombol transmisi E-Toggle yang unik dengan pilihan mode pengendaraan Eco dan Standard.

Sebagai sumber penyimpan energi, mobil ini menggunakan baterai Li-Ion 29,2 kWh. Dengan menggunakan port CCS2, pengisian dari 10 persen hingga 100 persen membutuhkan waktu 10 jam 30 menit. Namun dengan menggunakan fast charging DC, pengisian 10 persen hingga 80 persen dapat dilakukan dalam waktu 57 menit.

Konsumen yang membeli Citroën Ë-C3 All Electric akan memperoleh servis gratis selama 70 ribu kilometer, garansi kendaraan tiga tahun, atau 100 ribu km (mana yang tercapai lebih dulu).

Citroën C3 Aircross Suguhkan Kenyamanan Khas Prancis

Citroën Indonesia memenuhi komitmennya untuk menghadirkan C3 Aircross untuk pasar Tanah Air. Pertama kali tampil pada ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) pada tahun lalu, Citroën C3 Aircross secara resmi diluncurkan pada 23 April 2024.

Kehadiran Citroën C3 Aircross ini tentu untuk mengakomodir kebutuhan banyak konsumen Indonesia yang masih ‘ngefans’ dengan Sport Utility Vehicle (SUV) tujuh penumpang. Tentu saja dihadirkan dengan paduan desain yang atraktif, punya teknologi mumpuni, dan tidak melupakan aspek kenyamanan berkendara khas mobil Prancis.

“Citroën C3 Aircross SUV hadir untuk memenuhi kebutuhan keluarga Indonesia dengan menawarkan kenyamanan dan performa terbaik di kelasnya. Kami yakin masyarakat luas akan menyambut kehadiran produk ini dengan antusias,” ujar Tan Kim Piauw, Chief Executive Officer Citroën Indonesia.

Penampilan eksterior yang gagah dan agresif, disertai dengan interior yang nyaman dan lapang, termasuk yang berada di bangku baris ketiga. Dengan fitur keselamatan berkendara berupa anti-lock braking system, electronic brakeforce distribution, dan electronic stability program, membuat perjalanan semakin tenang.

Mengusung mesin tiga silinder 1.2 liter dengan turbocharger, tenaga yang dihasilkan ialah 108 hp pada putaran 5500 rpm dan torsi puncak 205 Nm yang tersedia mulai putaran 1750 rpm. Mesin PureTech 110 tersebut dipadu dengan transmisi otomatis 6-speed dan memiliki fitur manual gear selector.

Citroën C3 Aircross dipasarkan dengan harga mulai dari Rp 289,9 juta dan hadir dalam 10 pilihan warna atraktif. Sedangkan untuk pilihan warna dual tone, dikenakan biaya tambahan sebesar Rp 5 juta.

Citroën memberikan garansi standar tiga tahun atau 100 ribu km (mana yang tercapai lebih dahulu). Tak ketinggalan layanan purna jual yang mencakup layanan servis gratis selama empat tahun atau 50 ribu kilometer.

Citroën Experience Center PIK Pakai Identitas Baru

PT Indomobil National Distributor, sebagai Agen Pemegang Merek (APM) Citroën di Indonesia, kembali mendirikan Citroën Experience Center ketiga, yang berlokasi di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara. Fasilitas ini mulai beroperasi pada 2 April 2024 dan menjadi outlet Citroën Indonesia yang ke-14 sejak tahun 2022.

Citroën Indonesia masih merencanakan untuk terus menambah jumlah jaringan di seluruh Indonesia. Sebut saja di Bali, Medan, Palembang, dan Makassar, sehingga menjadi total sebanyak 19 outlet pada akhir tahun 2024 ini.

“Kami berkomitmen untuk terus membangun dan mengembangkan brand Citroën di Indonesia secara berkesinambungan. Keberadaan Citroën Experience Center juga memudahkan pelanggan untuk memperoleh layanan perawatan maupun perbaikan kendaraan, dan ketersediaan suku cadang Citroën. Termasuk layanan test drive dan pembelian unit,” ungkap Tan Kim Piauw, Chief Executive Officer, PT Indomobil National Distributor.

“Keberadaan jaringan penjualan dan layanan purna jual, merupakan faktor yang sangat vital dalam upaya memperluas cakupan pasar,” tegasnya.

“Citroën Experience Center PIK memiliki total bangunan seluas kurang lebih 1.630 meter persegi. Luas lantai satu sebesar 1.120 meter persegi. Terdiri dari area showroom area, area serah terima unit, ruang tunggu, dan bengkel dengan sembilan workshop bay,” imbuh Susilo Darmawan, Chief Executive Officer, PT Indomobil Trada Nasional.

Uniknya lagi, Citroën Experience Center PIK merupakan Citroën Experience Center pertama di luar Perancis, yang sudah menggunakan standarisasi desain terbaru (corporate identity) dari Citroën global.

Dalam rangka menyambut libur Lebaran 2024, ada program Bengkel Siaga yang berlangsung dari tanggal 7 hingga 14 April 2024. Untuk wilayah Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya. Citroën juga memberikan Layanan Darurat 24 jam, untuk pelanggan yang memerlukan bantuan saat berkendara melalui Citroën Care 14023.

Sang Maestro Desain Marcello Gandini Berpulang di Usia 85 Tahun

Dalam perjalanan sejarah otomotif dunia, Marcello Gandini selalu diingat sebagai perancang mobil yang ikonik. Pria kelahiran kota Turin, Italia, ini menjadi salah satu desainer mobil yang mampu menginspirasi banyak hal. Sang maestro desain ini menghembuskan nafas terakhirnya pada 13 Maret 2024, di usia 85 tahun.

Marcello Gandini yang lahir pada 26 Agustus 1938, meraih puncak karirnya saat bekerja di studio milik Nuccio Bertone. Di studio tersebut, namanya menjadi terkenal berkat goresan tangannya dalam mendesain sosok sejumlah Lamborghini. Mulai dari Miura, Countach, hingga Diablo.

Selalu berinovasi

Dirinya pertama kali memperkenalkan ide mengenai pintu gunting (scissor door), pada mobil konsep Alfa Romeo Carabo di tahun 1968. Beberapa tahun sebelum akhirnya diterapkan pada Lamborghini Countach, lalu dilanjutkan pada Diablo. Pintu gunting ini lalu menjadi ciri khas dari beberapa model supercar Lamborghini.

“Saya membangun identitas sebagai seorang desainer, terutama saat menggarap supercar Lamborghini. Setiap model yang saya rancang, harus berupa inovasi baru, dan harus berbeda dengan apa yang telah sebelumnya,” ujarnya di tahun 2021 silam.

Tak melulu mobil Italia

Meski namanya seolah lekat dengan brand berlogo ‘banteng mengamuk’ itu, Marcello Gandini juga sibuk merancang sejumlah mobil Italia ngetop lainnya. Sebut saja Ferrari Dino 308 GT4, Fiat X1/9, Lancia Stratos, Maserati Quattroporte II dan IV, Maserati Shamal/Ghibli II, serta Alfa Romeo Montreal.

Talentanya tidak selalu tertuang pada mobil Italia saja. Sebab masih ada sederet mobil Eropa lain yang lahir berkat goresan pena Marcello Gandini. Mulai dari Volkswagen Polo generasi pertama, Renault 5 Turbo, Citroën BX, Bugatti EB110 concept, dan tak lupa BMW Seri 5 generasi pertama (E12).

Pernah merancang bodi helikopter

“Ayah saya seorang konduktor orkestra dan menginginkan saya menjadi seorang pianis. Namun, saya akhirnya memilih jalan hidup yang ingin saya lalui sendiri,” ungkapnya.

Sosoknya yang berani dan memiliki kemampuan untuk mendesain sesuatu yang baru, tanpa harus melihat kesuksesan mobil pendahulu, menjadi karakter keras yang dipegang teguh selama hidupnya.

Marcello Gandini tak hanya merancang mobil saja, karena ia sempat mendesain sejumlah properti rumah, interior nightclub, furnitur industrial, sampai bodi helikopter Heli-Sport CH-7.

Enam Varian Spesial Mobil Kencang Era 90an di Indonesia

Ekonomi Indonesia pada akhir 80an dan awal 90an yang semakin baik mendekati era ‘Tinggal Landas’, membuat semakin banyak penduduk yang mampu membeli mobil dan bahkan memiliki kemampuan untuk membeli mobil hobi. Karena itu para pabrikan mobil mulai menawarkan versi performa tinggi alias yang lebih kencang, utamanya untuk memuaskan permintaan pasar. 

Meski saat itu aturan Indonesia yang masih melarang mobil built-up, ‘memaksa’ lini model mobil di Indonesia terbatas. Hal ini tidak membuat para pabrikan kesulitan untuk menghadirkan mobil spesial. Berikut ini adalah beberapa pilihan mobil 90an yang memiliki varian kencang di Indonesia. Kira-kira mobil mana yang menjadi favorit Anda? 

Toyota Corolla GTI 

Penggemar Toyota pasti tahu akan mesin legendaris 4A-GE yang tertanam pada Corolla Levin atau Sprinter Trueno. Nah, ada satu mobil bermesin 4A-GE yang pernah dijual di Indonesia secara resmi. Ya, Toyota Corolla Twincam GTI yang diluncurkan pada tahun 1990. 

Perbedaan utama Corolla Twincam GTI dengan Corolla biasa adalah mesin 4A-GE empat silinder 1.6 liter 16 katup DOHC EFI yang mampu menghasilkan tenaga 140 hp pada 7.200 rpm dan torsi 149 Nm pada 4.800 rpm alias naik 46 hp dibanding Corolla 1.6 SE Limited dengan mesin 4A-F karburator. 

Kemudian terdapat strut bar yang membantu mobil agar tetap kokoh dan rem cakram menjadi standar di depan. Secara tampilan hanya ada sedikit perbedaan seperti grille yang berbeda, emblem, side decal, dan velg berukuran 14 inci. Untuk bagian dalam, terdapat indikator tambahan, setir palang tiga, tuas transmisi, serta jok dengan desain berbeda. 

Mitsubishi Eterna GTI

Jika pada stage reli ada Galant VR4, maka di jalanan Indonesia ada Eterna GTI. Varian kencang dari Eterna ini mendapatkan mesin empat silinder 2.0 liter 16 valve DOHC EFI dengan kode 4G63 yang mampu menghasilkan tenaga 145 hp pada 6.500 rpm. Konon, untuk menembus 220 km/jam, hal yang sepele buat mobil ini… 

Tampilan luar Eterna GTI pun tidak kalah lantaran memiliki front spoiler serta rear wing yang mirip dengan Galant VR4 sehingga mobil ini pun semakin terlihat sebagai ‘adik’ dari Galant VR4. Jika Eterna GTI masih dianggap kurang langka, maka ada varian LeMans yang bertenaga 170 hp. Jumlahnya hanya 50 unit saja di tahun 1993. Sebagian dari komponen mesinnya menggunakan produk Ralliart, suspensi spek balap dan juga rem buatan Brembo. 

Mitsubishi Lancer GTI 

Tidak hanya Eterna yang mendapat varian GTI, rupanya Lancer juga tersedia dalam varian kencang yang diluncurkan pada tahun 1994. Jika Lancer GLXi memiliki mesin 1.6 liter SOHC, maka pada varian GTI menggunakan mesin berkode 4G93 empat silinder 1.8 liter DOHC EFI yang mampu menghasilkan tenaga 137 hp pada 6.500 rpm dan torsi 167 Nm pada 5.500 rpm.

Mobil yang berkode bodi CB5 ini memiliki beberapa identitas fisik yang membuatnya terlihat ‘agak’ seperti Lancer Evolution. Mulai dari fog lamp di bumper depan, grille sewarna bodi, velg multi spoke serta spoiler belakang. Kemudian di bagian dalam terdapat setir 3 spoke yang sporty. 

Volvo 740 Turbo Intercooler

Berkat keikutsertaannya di ajang balap touring, Volvo bermesin turbo mendapat julukan flying brick. Rupanya Indonesia juga pernah mendapat unit 740 Turbo Intercooler. Sedan asal Swedia ini dilengkapi dengan mesin empat silinder 2.3 liter dengan sistem injeksi bahan bakar Bosch LH-Jetronic yang mampu menghasilkan tenaga 168 hp dan torsi 265 Nm. Transmisi yang digunakan ialah otomatis 4-speed buatan Aisin-Warner. 

Eksteriornya memiliki ciri khas dengan grille bermotif kotak (egg-crate), kaca samping belakang dengan aksen bergaris, serta velg Draco 5-spoke. Pada kap bagasi, terdapat emblem Turbo Intercooler pada bagian kanan, menandakan kalau mobil lebih ‘kencang’ dari Volvo 740 GLE. 

Citroën BX 19 GTI

Meski identik sebagai sedan nyaman, Citroën juga bisa ‘dibeset’ ialah model BX 19 GTI. Di balik kap depan, ada mesin XU9J2 empat silinder 1.9 liter SOHC dengan sistem injeksi bahan bakar Bosch LE-Jetronic. Mesin ini mampu menghasilkan tenaga 121 hp dan dipasangkan dengan transmisi manual 5 percepatan menuju roda depan. 

Versi GTI tetap mempertahankan suspensi hydropneumatic yang menjadi andalan Citroën. Pada eksterior terdapat perbedaan dengan penambahan spoiler depan. Sedangkan di kap bagasi, bertengger spoiler yang ukurannya lebih besar. Tak ketinggalan velg alloy buatan Speedline. Interiornya pun berbeda dengan BX 16 TRS, karena BX 19 GTI punya aksen warna lebih gelap.

Fiat Uno Turbo 1.4 i.e.

Ungkapan ‘kecil-kecil cabe rawit’ mungkin tepat untuk Fiat Uno Turbo 1.4 i.e., apalagi jika warnanya merah. Fiat Uno Turbo pertama kali diluncurkan di Indonesia pada tahun 1994. Jumlahnya amat terbatas, yaitu hanya 48 unit saja. Si kecil asal Italia ini menggunakan mesin empat silinder 1.4 liter dengan sistem injeksi bahan bakar elektronis. Karena ada ‘perabotan’ turbocharger dan intercooler, maka hot-hatch ini punya tenaga 118 hp pada 5.750 rpm dan torsi 172 Nm pada 3.500 rpm. 

Fiat Uno Turbo sendiri mudah dibedakan, karena hanya tersedia dalam format bodi tiga pintu saja. Sedangkan Uno 1.4 dan Uno 1.4 Selecta i.e. berbodi lima pintu. Velg alloy yang digunakannya juga punya dengan desain unik. Masuk ke dalam kabinnya, terdapat jok bucket serta setir dari Momo.

Kantor Baru Citroën Indonesia Punya Gaya Simpel dan Modern

Resmi beroperasi di Indonesia pada tanggal 4 Oktober 2022, Citroën melalui PT Indomobil National Distributor, terus berupaya untuk memperkuat eksistensinya di pasar otomotif Indonesia. Citroën Indonesia mengawali tahun 2024 ini dengan meresmikan beroperasinya kantor baru di Indomobil Tower, Lantai 14, Jl. MT Haryono Kav. 11. Jakarta Timur.   

Kantor baru dengan interior yang modern dan minimalis ini berada di kompleks perkantoran Indomobil Group.  Kantor baru yang menempati area seluas 543 m2, terdiri dari ruang kantor dengan kapasitas menampung sampai 70 orang, termasuk ruang meeting yang diberi nama sesuai nilai-nilai perusahaan seperti: Comfortable, Simple, Sustainable, Daring, dan For Everyone, Like No One.

“Dengan kepindahan kami ke kantor baru dengan suasana yang baru, kami memastikan untuk semakin fokus dalam membangun merek Citroën di Indonesia. Kami juga ingin memberikan solusi cerdas untuk kebutuhan pelanggan di Indonesia melalui pilihan produk dan teknologi serta inovasi yang dimiliki,” kata Tan Kim Piauw, Chief Executive Officer, PT Indomobil National Distributor.

Rencana kami di tahun 2024 ini ialah menghadirkan beberapa model baru yang sesuai dengan pasar Indonesia. Baik mobil berbahan bakar bensin maupun yang full-electric. Dua model tersebut diharapkan mampu menjawab kebutuhan mobilitas masyarakat Indonesia,” imbuhnya.

Konsep For Everyone, Like No One merupakan komitmen yang tercermin dalam empat prinsip merek Citroën: Comfortable, Simple, Sustainable dan Daring. Hal ini merupakan panduan dasar dalam menentukan model terbaru Citroën. termasuk yang dihadirkan di Tanah Air, sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Citroën juga mau meneruskan rencana pengembangan jaringan dealer menjadi 19 outlet di tahun 2024. Citroën memastikan bahwa layanan purna jual berjalan dengan baik dan sesuai harapan konsumen. Pusat suku cadang pun segera dibangun, di Indomobil Parts Centre, Kota Bukit Indah, Cikampek, Jawa Barat.

Review Citroën C3, Pendatang Baru Dengan Keunikan Tersendiri

Liburan akhir tahun 2023 lalu memberikan rasa yang berbeda, karena kami berkesempatan untuk menyambangi berbagai lokasi dengan mobil Citroën C3. Ya, mobil ini menjadi salah satu kendaraan yang disiapkan untuk aktivitas #MotomobiMauKemana selama masa liburan Nataru silam. Citroën C3 menjadi kendaraan ringkas dengan segala keunikan, sehingga memberikan kesan tersendiri.

Selain itu, Citroën C3 yang dipasarkan di Indonesia pun masih menggunakan transmisi manual. Meski begitu, kami tidak merasa keberatan. Karena bukan pertama kalinya kami berjumpa dan mengendarai mobil ini.

RPM bertambah sendiri

Memang terasa unik, mengendarai mobil keluaran baru yang bertransmisi manual, namun tidak membuat betis kami salah urat. Sebab, pedal koplingnya terasa ringan, bahkan lebih ringan dari pada pedal rem. Heran…

Perpindahan gigi terasa sangat halus, memberikan rasa puas setiap kali menggerakkan tuas transmisi. Hal unik lain yang kami rasakan adalah ketika akan memasukkan gigi, putaran mesin pun langsung sedikit bertambah. Sehingga membantu pengendara ketika ingin parkir, tanpa harus menginjak pedal gas.

Tak ragu untuk untuk menggilas speed bump

Urusan suspensi, lain lagi. Beberapa saat sebelum Citroën C3 diperkenalkan di Indonesia, kami sempat meragukan aspek kenyamanan. Apalagi produk Citroën selalu identik dengan kenyamanan, apapun modelnya. Namun, keraguan tersebut sirna setelah kami harus menempuh jalanan ‘babak-belur’ di daerah Cakung.

Suspensinya dapat menyerap benturan dengan baik dan meredamnya secara optimal. Respons setir juga tergolong akurat dan pengoperasiannya amat ringan. Kami tidak ragu untuk untuk menggilas speed bump maupun polisi tidur. Sepertinya, rasa berkendara seolah di atas karpet ajaib masih diperhatikan oleh Citroën untuk C3 ini, meski tidak sepenuhnya.

Karakter cruising sejak lahir

Citroën C3 punya tenaga yang cukup, tapi bukan underpower. Mesin bensin tiga silinder 1.2 liter selalu mampu menyuguhkan tenaga di berbagai kondisi jalan. Namun, perlu dicatat bahwa Citroën C3 ini bukan kendaraan yang senang diajak buru-buru. Jadi, karakter ‘cruising’ sudah jadi bawaan sejak lahir. Oleh karenanya, kami tak kaget ketika mendapat angka konsumsi bahan bakar 15 km per liter, padahal sempat ‘diterpa’ macet di ruas jalan tol Bekasi saat ingin menuju Bandung.   

Desain mobil asal Prancis memang selalu atraktif, setidaknya mengundang perhatian. Tampak depan terlihat macho, tampak samping elegan, dan tampak belakang terlihat menggemaskan. Ditambah lagi dengan perpaduan warna two tone, membuat mobil ini terlihat berbeda dari mobil lain.

Desain dashboard terkesan sederhana, tapi lagi-lagi, memang unik berkat ada aksen warna cerah. Posisi duduk yang cenderung tinggi, membuat visibilitas berkendara lebih optimal. Jok bagian depan terasa lebih nyaman, jika dibandingkan dengan jok belakang yang cenderung tegak. Namun, hal itu terbayarkan dengan ruang kaki penumpang belakang dan ruang kepala yang lapang.

Beberapa hari bersama Citroën C3 ini ternyata ada beberapa hal yang dapat kami simpulkan. Pertama, dimensinya yang ringkas, bukan berarti harus kompromi dengan kelegaan kabin. Kedua, minimnya fitur, bukan berarti harus kompromi dengan fungsionalitas. Ketiga, mesin berkapasitas kecil, belum tentu underpower. Dan keempat, tak lagi menggunakan suspensi hidropneumatik, bukan berarti tidak mempu memberikan kenyamanan…

Reviewer: Diangga Simanjuntak

Editor: Aldi Prihaditama

Citroën Méhari, Diandalkan Tentara Prancis dan Disukai Turis Pantai

Tahun 2023 menjadi tahun yang spesial bagi salah satu produk legendaris Citroën, yakni kendaraan serbaguna Méhari. Kendaraan dengan platform 2CV ini ternyata tidak kalah ngetop, sebab pernah menjadi andalan mulai dari tentara Prancis hingga para turis yang menikmati pantai di Perancis Selatan. Namun apa yang membuat Mehari begitu ikonik? 

Meski menjadi produk yang cukup ikonik, ternyata Méhari sendiri bukan lahir dari Citroën, melainkan ide Count Roland de la Poype, seorang pahlawan Perang Dunia II. Ia sempat mengabdi di Angkatan Udara Prancis dan dikirim ke Uni Soviet sebagai bagian dari Normandie-Niemen Squadron, yaitu pilot Prancis yang membantu AU Soviet dan berhasil menjatuhkan 16 pesawat selama perang dunia kedua (PDII). 

Setelah Perang berakhir, de la Poype mendirikan usaha plastik SEAB atau Société d’Etudes et d’Applications des Brevets yang sukses menawarkan pengepakan plastik setelah PDII. de la Poype sendiri membayangkan mobil yang dibuat dari plastik, sehingga mudah dibuat dan mampu menekan biaya produksi, sekaligus tidak mudah berkarat. 

Terinspirasi Mini Moke

Salah satu inspirasi de la Poype adalah Mini Moke, kendaraan serbaguna berbasis Mini. Namun de la Poype merasa ground clearance yang rendah membuat mobil ini kurang bisa melewati jalan jelek dan juga body besinya mudah berkarat. Akhirnya de la Poype mengaplikasikan konsep Moke dengan mengambil basis dari Citroën 2CV. 

Disaat yang sama, Citroën sendiri melihat ada pasar untuk 2CV yang mampu melewati jalan jelek di negara bekas jajahan Prancis. Awalnya, Citroën menciptakan 2CV Sahara dengan dua mesin sehingga menjadi mobil penggerak 4 roda. Namun harga yang mahal serta desain yang rumit membuat 2CV Sahara kurang laku. Tidak patah semangat, Citroën membuka tender untuk kendaraan serbaguna berbasis Dyane yang merupakan pengembangan dari 2CV. 

Akhirnya dua perusahaan menjawab tantangan Citroën yaitu karoseri Heuliez yang membuat Dyane Tout Chemin dan perusahaan SEAB. Seperti yang sudah diketahui, SEAB yang kemudian terpilih dan memperkenalkan produknya pada 16 Mei 1968 di lapangan golf Deauville, Prancis. Kendaraan ini diberi nama Méhari yang diambil dari nama unta di Afrika Utara yang dikenal bisa berlari kencang. Salah satu inovasi Mehari adalah penggunaan body plastik ABS (Acrylonitrile Butadiene Styrene). 

Mudah dibongkar-pasang

Secara desain sendiri Méhari sangat sederhana karena hanya terdiri dari 11 bagian bodi saja. Karena itu bodi Méhari bisa disesuaikan dengan kebutuhan, sebut saja pintu yang bisa dilepas-pasang, kaca depan yang bisa dilipat, serta pilar B yang bisa dibongkar pasang untuk pemasangan kanopi kanvas. Kemudian pada bagian belakang bisa diubah dari kursi baris kedua menjadi flatbed. 

Keunikan Méhari lain adalah bodi tanpa cat lantaran pigmen warna sudah diinjeksikan ketika bodi dicetak. Kemudian membersihkan Méhari juga mudah lantaran pada bagian dalam terdapat saluran air sehingga pengguna bisa menyemprotkan air ke interior untuk membersihkan mobil. 

Dapur pacu yang digunakan Méhari sama dengan Dyane dan 2CV yaitu mesin flat twin 602 cc berpendingin udara yang mampu menghasilkan tenaga 28 hingga 32 hp. Tenaga mesin disalurkan melalui transmisi manual 4 speed menuju roda depan. Suspensi menggunakan model independen yang dikenal sangat empuk dan jika dalam kondisi sehat maka mobil tidak akan terguling. 

Ada varian 4×4

Seperti mobil lainnya, Méhari mendapatkan beberapa facelift seperti pada tahun 1970 terdapat desain grille dan lampu baru. Kemudian pada tahun 1978, Méhari kembali mendapatkan facelift dengan perbedaan grille serta rem cakram menjadi standar. Selain itu terdapat model khusus seperti Méhari Azur dengan ciri khas warna biru untuk pintu, grille, dan soft top berpadu dengan warna putih serta jok dengan paduan warna yang serupa. 

Pada tahun 1979, Citroën meluncurkan Méhari 4×4, dengan menggunakan transfer case. Selain itu model Méhari 4×4 juga sudah mendapatkan rem cakram di keempat roda. Dari luar, Méhari 4×4 bisa dibedakan dari ban serep di kap mesin, bumper depan dan belakang yang berbeda, serta lampu belakang dari Citroën Acadiane.

Dari tahun 1968 hingga tahun 1987, total 144.953 unit Méhari telah diproduksi di beberapa negara. Beberapa negara juga menghasilkan versi unik dari Méhari. Sebut saja Jerman, dimana bahan plastik dianggap mudah terbakar dan akhirnya muncul versi fiberglass bernama Fiberfab Sherpa. Argentina dan Uruguay juga memproduksi Méhari dengan bahan fiberglass lantaran alat produksi body plastik belum tersedia. 

Punya karakter serbaguna

Tercatat Méhari sendiri sangat populer di berbagai kalangan. Mulai dari tentara dan polisi Perancis, petani yang menyukai bentuk Méhari yang serbaguna ini, pemilik toko untuk mengantarkan barang, industri pariwisata yang membutuhkan mobil atap terbuka untuk turis, hingga menjadi kendaraan medis untuk ajang balap Paris-Dakar. 

Citroën sendiri masih mengingat reputasi Méhari sehingga pada tahun 2016 meluncurkan e-Méhari, sebuah mobil listrik offroad kecil yang diproduksi sebanyak 1.000 unit saja. Mehari yang asli juga masih digunakan di berbagai belahan dunia. Bahkan di Prancis ada perusahaan bernama 2CV Club Cassis yang memproduksi seluruh komponen Méhari baru dan menawarkan konversi listrik. 

Méhari sendiri juga pernah mengaspal di Indonesia dan dijual oleh PT Alun dari tahun 1975. Karena keterbatasan teknologi produksi kala itu, maka Méhari yang dijual di Indonesia menggunakan body fiberglass. Tidak jelas sampai kapan Méhari dijual di Indonesia namun beberapa tercatat digunakan sebagai aircraft tender atau penarik pesawat. Hingga kini terdapat puluhan Méhari yang masih aktif digunakan di Indonesia. *IFR