Kehadiran Mazda CX-60 seperti mempertegas kalau Mazda siap menyerbu (hampir) semua segmen kendaraan roda empat di Indonesia. Dimulai dari kelas mobil compact B-Segment seperti Mazda2 dan Mazda2 Sedan. Di atasnya ada Mazda3 dalam format hatchback dan sedan, lalu untuk menandingi Toyota Camry ada Mazda6 sedan. Lengkap dengan pilihan Mazda6 station wagon.
SUV/Crossover juga demikian. Mazda mengisi semua lini dengan CX-3, CX-30, CX-5, CX-8 hingga CX-9 dan sekarang CX-60 dengan harga Rp 1,180 milyar. Lebih mahal dari CX-9 yang lebih besar. Lalu, pertanyaannya, kenapa CX-60 bisa melompati CX-9 dan masuk di segmen SUV compact mewah? Di kelas ini ada Mercedes-Benz GLC, BMW X3, Lexus NX yang sudah lebih dulu ‘stabil’.
Untuk itu, mari kita bedah apa yang membuat Mazda percaya diri dengan CX-60 ini.
Anti Mainstream
Saat pabrikan lain dengan alasan efisiensi BBM berlomba membuat platform untuk mobil dengan penggerak roda depan, Mazda berbalik arah. Mereka justru meninggalkan basis mobil seperti itu, dan fokus mengembangkan platform untuk mobil gerak belakang (RWD), sekaligus mampu mengakomodir AWD.
CX-60 merupakan salah satu produk yang masuk dalam kategori Mazda Large Product Group, dibangun menggunakan Multi-solution Architecture. Kehadiran platform ini dikatakan sebagai solusi untuk mengakomodir beragamnya regulasi kendaraan bermotor di negara yang memasarkan Mazda. Hasilnya, pabrikan Hiroshima, Jepang ini bisa dengan mudah menukar-nukar kelengkapan teknis sesuai kebutuhan.
Multi-solution Architecture juga didesain untuk jadi basis mobil dengan mesin longitdinal, punya as kopel dan gardan belakang. Juga bisa dipasangkan mild hybrid (untuk mesin diesel/bensin) atau sistem mesin bensin plug-in hybrid sekalian.
CX-60 bukan satu-satunya pengguna, karena ada CX-90 yang lebih besar lagi. Mobil ini baru dipasarkan di Amerika Serikat awal tahun 2023. Selain dua yang sudah ada, tahun ini Mazda juga akan mengeluarkan dua produk SUV lagi bernama CX-70 dan CX-80.
Hanya AWD dan Mild Hybrid
Mazda CX-60 yang hadir di Indonesia dibekali mesin Skyactiv-G dengan enam silinder. Untuk informasi, penggerak 6-silinder Skyactiv adalah pengembangan terbaru. Sebelumnya, kalau Anda memperhatikan Mazda, Skyactiv selalu empat silinder.
Kapasitasnya 3,3 liter lengkap dengan turbocharger dan mild hybrid 48 volt, yang motor listriknya dijepit diantara mesin dan transmisi. Mampu menggelontorkan 280 hp dan torsi 450 Nm. Transmisi otomatis 8-speed menyalurkan daya ke semua roda melalui sistem yang disebut sebagai i-AWD
Di pasar luar negeri, pilihannya terlihat lebih beragam. Ada Skyactiv- 6-silinder 3,3 liter tanpa mild hybrid, Skyactiv-X 3,3 liter, 4-silinder dengan PHEV, dan beberapa opsi mesin diesel 3,3 liter. Menurut Ricky Thio Managing Director Eurokars Motor Indonesia, di Jepang justru paling laris CX-60 diesel ini.
Meski punya mesin yang terbilang besar, namun Eurokars Motor Indonesia percaya diri kalau konsumsi BBM-nya terbilang irit. Berdasarkan uji coba saat proses homologasi di Indonesia, Mazda mencatatkan konsumsi BBM sekitar 13 km/liter.
Angka yang cukup bagus mengingat mesinnya tidak bisa dibilang kecil. Namun harap diingat, angka ini tidak mengikat karena semuanya tergantung kondisi berkendara.
Filosofi Desain
Penilaian bentuk kami serahkan kepada Anda masing-masing. Tapi memang yang ini agak lain. Moncongnya panjang dengan kabin yang ditarik ke belakang. Menurut Mazda, desain ini bedasarkan filosofi Jinba-Ittai yang lebih disempurnakan lagi oleh para engineer Mazda. Disebut sebagai The Perfect Jinba-Ittai.
Mendefinisikan hubungan tanpa batas antara mobil dan pengemudi. Ideologi Jinba-Ittai yang telah berkembang selama tiga generasi, diklaim akan mengubah pengalaman berkendara dan memikat para penggemar mobil di seluruh dunia.
Jinba-Ittai juga telah menjadi bagian dari perjalanan panjang Mazda dalam pengembangan berbagai model kendaraan, terutama dalam aspek keselamatan dan kenyamanan. Di dalamnya bahkan termasuk bagaimana tubuh manusia bereaksi terhadap gaya sentrifugal yang terjadi saat mobil bergerak. Tujuannya, tentu tidak lain adalah mempertahankan kenyamanan dalam berbagai kondisi pengendaraan.
Kenyamanan juga didukung oleh teknologi yang bisa dibilang tidak lazim. Mazda CX-60 memiliki kemampuan untuk menyesuaikan posisi duduk sesuai dengan ukuran tinggi badan pengemudinya.
Dikatakan oleh Mazda, penelitian mendalam soal cara seseorang bisa nyaman mengendarai, ditambah bagaimana gaya disalurkan ke seluruh body, menghasilkan struktur body yang rigid yang bisa terasa saat Anda menggerakkan mobil.
Memanfaatkan Yang Ditinggal
Jujur, kami selalu mengagumi kemampuan Mazda. Mereka selalu bisa berinovasi menggunakan sesuatu yang ditinggalkan oleh pabrikan lain. Contohnya, mesin rotary yang dijauhi oleh produsen mobil (dan motor), dikembangkan oleh Mazda dan menghasilkan mobil hebat. Meskipun kadang pada akhirnya menggerogoti mereka sendiri. Setelah sukses di keluarga Mazda RX, sekarang rotary hanya akan mereka pakai untuk generator mobil dengan elektrifikasi.
Lalu saat semua bilang mesin pembakaran internal akan habis masanya, mereka keluar dengan teknologi mesin bensin HCCI (Homogenous Charge Combustion Ignition). Teknologi unik yang menggabungkan karakter pembakaran mesin diesel dan bensin (nanti kami buat artikelnya khusus).
Dan sekarang, Mazda membuat platform yang juga berbeda arah. Ini seperti jadi kebiasaan. Semoga saja sifat anti-mainstream ini tetap melekat. Dunia otomotif selalu memerlukan sebuah pencerahan yang berbeda. Dan sepertinya Mazda bisa memberikan itu. Kita lihat saja.