Peugeot 208 Racing Siap Mengakomodir Tim Rally Berbudget Cekak

Peugeot 208 kini hadir dalam versi balap racikan Stellantis Motorsport. Hanya saja, ini adalah model khusus balap rally kelas pemula dan bukan spek jalan raya. Dinamai Peugeot 208 Racing, diluncurkan untuk mengakomodir para pereli amatir pemula dan tim balap privateer berbudget terbatas.

Dengan mobil ini para pereli dan tim balap nantinya bisa ikut seri balap FR6 Trophy yang menjadi bagian dari seri French Rally Cup 2025 (Kejurnas reli di Prancis). FR6 Trophy adalah kelas untuk para pemula, atau tim amatir dengan budget terbatas. 

Pelek Kaleng

Dalam membuat Peugeot 208 Racing, divisi Stellantis Motorsport melibatkan para ahli dan teknisi Peugeot 208 Rally4, Citroen C3 Rally2, dan 208 Racing Cup.

Basis dasar yang digunakan adalah Peugeot 208 versi facelift standar. Sekujur bodi dilabur warna putih dengan aksen stripping decal minimalis ala Peugeot 106 Rallye yang ikonik. 

Bodi berwarna putih memudahkan tim balap untuk menempelkan livery dan stiker sesuai keinginan masing-masing sponsor.

Agar tampilan serasi, pelek ‘kaleng’ warna putih dibalut ban Michelin Pilot Sport PS5 jadi kelengkapan standar. 

Interior ‘Resing’

Peugeot 208 Racing

Area kokpit tentunya tampil ala kadarnya sesuai standar mobil rally. Rangka roll cage pipa tubular yang melindungi bagian dalam kokpit sesuai stabdar FIA. Jok balap, seat harness, sistem pemadam api otomatis pun sesuai regulasi balap Rally 4.

Panel dashboard dilapisi bahan anti reflektif agar tak memantulkan sinar matahari yang menyilaukan mata dan mengganggu konsentrasi.

Konsol tengah dilengkapi dengan tombol seperlunya plus tombol “kill switch” (circuit breaker) untuk mematikan sistem kelistrikan saat kondisi darurat.

Informasi berkendara dan peta navigasi GPS ditampilkan via layar digital pada dashboard. Setting dan remapping serta diagnostik dapat dilakukan via layar dashboard yang terkoneksi dengan laptop.

Uniknya, bobot kosong Peugeot 208 Racing hanya 1.050 kg. Lebih ringan dari 208 Rally4 yang bobotnya 10.080 kg.

Mesin 3-silinder 1.2-liter turbo Pure-Tech yang diusung diupgrade di dikalibrasi sesuai regulasi balap rally FR6. Output tenaganya 143 hp,  atau 44 hp lebih besar dari 208 standar jalan raya. Transmisi 6-speed manual digunakan untuk transfer daya ke roda, serta tentunya, harus bisa menenggak bensin superethanol E85, sesuai regulasi.

 

Peugeot 208 Racing label harganya mulai dari €38.900 atau sekira Rp 685,85 jutaan. Jauh lebih murah dari 208 Rally4 spek ‘standar’ yang dibanderol mulai dari €73.200 atau setara Rp 1,2 miliaran. Harga off-the road, belum termasuk pajak dan kit balap lainnya yang daftarnya cukup banyak.

Alfasud Sprint 6C, Tenggelam Karena Terjegal Keadaan

Era keemasan reli memang terjadi di tahun 1980an dan kelas Group B menjadi puncaknya. Wajar saja jika sejumlah pabrikan otomotif pun ingin ambil bagian di ajang tersebut. Salah satunya ialah Alfa Romeo yang tergoda untuk masuk ke dunia reli kelas Group B di tahun 1982. Perusahaan yang bermarkas di kota Milan, Italia, ini segera menyiapkan Alfasud Sprint 6C.

Kelas reli dunia Group B meminimalisir batasan teknologi, desain, dan hanya memerlukan sedikit unit mobil yang diproduksi untuk keperluan homologasi. Karena regulasinya tergolong ‘enteng’, maka Alfa Romeo pun termotivasi menciptakan Alfasud untuk keperluan reli Group B.

Bobotnya tak sampai 1 ton

Alfasud Sprint 6C mengambil basis dari Alfasud Sprint yang dimodifikasi secara keseluruhan. Mesin V6 berkapasitas 2.5 liter menggunakan milik Alfa Romeo Alfetta GTV6 yang diletakkan di tengah bodi secara longitudinal, lalu dipadu dengan transaxle 5-speed buatan ZF. Di atas kertas, mobil ini bisa saja kompetitif. Bobotnya hanya 900 kg, top speed mencapai 215 km/jam, dan akselerasi 0-100 km/jam cukup 7,3 detik saja.  

Ramuan yang dilakukan oleh Alfa Romeo ini telah dilakukan oleh Lancia pada mobil reli 037 dan terbukti ampuh dalam berkompetisi. Bahkan, transaxle ZF yang digunakan pada Lancia 037 pun serupa dengan Alfasud Sprint 6C. Sehingga Alfa Romeo merasa yakin untuk bersaing di ‘taman bermain’ yang ganas di kelas Group B.

Skena reli dunia bergeser

Alfa Romeo juga memprediksi bahwa Alfasud Sprint 6C di masa depan akan berevolusi dengan menggunakan mesin V6 3.0 liter, serta dapat digunakan pada mobil balap untuk event Trofeo Sprint Europa. Kombinasi antara mesin bertenaga besar dan dimensi mobil yang tidak terlalu besar tentu menghasilkan rasa berkendara yang mengagumkan. Jika bisa dikendalikan…

Seiring berjalannya waktu, skena reli dunia bergeser secara cepat dan mendahului proyek yang sedang digarap oleh Alfa Romeo ini. Aspek teknologi yang dikembangkan oleh pabrikan lain dalam menggarap mobil reli Group B, benar-benar luar biasa. Sedangkan, apa yang dilakukan oleh Alfa Romeo terkesan konservatif dan dianggap kurang kompetitif. Bahkan sebelum proyek ini selesai dikerjakan.

Memang sudah suratan takdir, jika Alfa Romeo belum waktunya terjun di kelas Group B. Sebab pabrikan ini malah mengalami kendala finansial dan kesulitan administratif. Oleh karenanya, proyek Alfasud Sprint 6C menjadi hal yang bukan diprioritaskan. Sebagai pelengkap derita, reli Group B dihapuskan pada tahun 1986, karena dianggap amat berbahaya dan terlalu banyak kecelakaan fatal.

Dengan berakhirnya reli Group B, maka secara perlahan sosok Alfasud Sprint 6C mulai tenggelam dan dilupakan. Mobil ini menjadi sekeping sejarah otomotif dari eksperimen yang dilakukan oleh Alfa Romeo, namun ide visioner tersebut tidak pernah terealisasi secara sempurna.

Toyota Celica Twincam Turbo, Sakti di Medan Ekstrem Afrika

Empat dekade silam, legenda Kejuaraan Reli Dunia (WRC) lahir seiring adanya medan ekstrem berupa lumpur dan debu hutan Afrika Barat di salah satu acara motorsport yang paling melelahkan, yakni Rallye Côte d’Ivoire. Tepat 40 tahun lalu, legenda WRC bersama Björn Waldegård dan Hans Thorszelius naik podium di kota Abidjan. Legenda tersebut ialah Toyota Celica Twincam Turbo.

Queen of Africa

Pada Rallye Côte d’Ivoire 1983 tersebut ialah awal mula rangkaian kesuksesan yang menjadikan mobil ikonik Grup B ini membawa Toyota sebagai mobil reli yang superior dan dijuluki sebagai Ratu Afrika (Queen of Africa).

Event Rallye Côte d’Ivoire 1983 merupakan kemenangan pertama Celica Twincam Turbo di ajang WRC, sekaligus yang keempat bagi Toyota. Namun Toyota tetap memenangkan lima reli berikutnya di Afrika, termasuk tiga kemenangan berturut-turut pada Safari Rally di Kenya.

Rute sulit sepanjang 4.500 km

Memenangkan reli selalu merupakan sebuah pencapaian, tapi memenangkan Rallye Côte d’Ivoire adalah prestasi yang amat membanggakan. Biasanya, event ini diikuti oleh dari 50 starter, bahkan bisa lebih. Namun, jangan sekali ada 10 starter yang mampu mencapai garis finis. Bahkan pada Rallye Côte d’Ivoire tahun 1972, lebih dari 40 mobil yang berangkat dari gari start dan tidak ada satupun yang berhasil mencapai finis.

Pada event tahun 1983 ini, ada 50 mobil yang masuk dalam daftar peserta. Di depan mata mereka membentang rute sulit sepanjang 4.500 km yang dimulai dan berakhir di Abidjan. Reli ini dimulai pada tanggal 25 Oktober dan berlangsung selama lima hari, membawa kru melintasi bagian tengah dan selatan negara tersebut, dengan tempat peristirahatan di pelabuhan.

Reli sambil bawa gergaji?

Tantangan paling menakutkan terjadi di Taman Nasional Tai seluas 3.300 km². Bahkan kru pendukung tim reli yang biasanya selalu siaga, tidak berani memasuki hutan belantara tersebut. Akhirnya, para peserta reli mengelilingi wilayah tersebut. Tak ketinggalan membawa gergaji untuk memotong pohon yang melintang atau menghalangi rute mereka.

Jalanan berdebu di Côte d’Ivoire (Pantai Gading) cukup menantang saat cuaca cerah, namun ketika hujan tropis datang, seperti yang sering terjadi, kedalaman lumpurnya bisa mencapai menjebak setiap mobil reli yang melintas. Jika terjadi banjir, sudah menjadi risiko yang dapat terjadi kapan saja. Tak sedikit cerita kru pendukung yang terdampar dan harus bermalam di dalam mobil mereka di kala terjadi banjir hebat.

Kokoh dan andal

Potensi risiko tersebut akhirnya membuat Toyota Team Europe mengerahkan kendaraan servis yang akan menunggu di sejumlah titik berisiko tinggi, siap untuk menarik mobil reli untuk dievakuasi dari lumpur. Tidak mengherankan jika Celica Twincam Turbo mendapatkan penghargaan tertinggi di dunia reli dengan tiga kemenangan dari keikutsertaan di Pantai Gading, pada tahun 1983, 1985 dan 1986, disusul juga dengan kemenangan di Safari Rally dari tahun 1984 hingga 1986.

Terbukti kokoh dan andal, Toyota Celica Twincam Turbo yang bermesin depan dan berpenggerak roda belakang, sangat ideal untuk jalanan Afrika. Protection Bar bagian depan, disertai dengan enam lampu depan tambahan untuk menembus kegelapan di perjalanan rute.

Masih berlanjut dengan Celica GT-Four

Björn Waldegård, maka Toyota Celica Twincam Turbo seperti berada di tangan yang tepat, Sebab, ia amat suka mengendarai mobil reli yang berpenggerak roda belakang. Teknologinya yang tergolong sederhana, sangat kontras dengan mobil Grup B yang berpenggerak empat roda, berbobot ringan, namun perawatannya amat tinggi.

Seri reli 1986 menjadi musim terakhir bagi Toyota, setelah berakhirnya era Grup B yang spektakuler namun amat berbahaya. Namun Toyota tidak tinggal diam, sebab mesin Twincam Turbo dikembangkan untuk digunakan oleh generasi mobil reli selanjutnya. Bahkan sempat memenangkan Kejuaraan Dunia. Cerita kesuksesan Toyota di ajang reli dunia terbukti masih berlanjut bersama Celica GT-Four…

Mobil Reli Legendaris, Sedikit Tapi Mencuri Perhatian di IMX 2023

Area pameran OLX Indonesia Modification & Lifestyle Expo (OLX IMX 2023) tentu disesaki beragam mobil modifikasi, dengan sederet gaya ubahan dan penampilannya. Namun, selama tiga hari penyelenggaraan OLX IMX 2023, ‘radar’ kami menangkap sosok tiga mobil reli yang legendaris.

Walaupun hanya tiga unit saja, namun terbukti menjadi magnet perhatian banyak pengunjung yang memadati Hall A dan Hall B Jakarta Convention Center (JCC). Yang pertama ialah Toyota Celica GT-Four, Subaru Impreza WRX STi Spec-C WR Limited, dan Nissan 240RS. Ayo kita dalami masing-masing unitnya.

Toyota Celica GT-Four

Celica GT-Four yang tampil di OLX IMX 2023 ialah yang berkode bodi ST185. Mobil ini diciptakan untuk berlaga di ajang kejuaraan reli dunia (World Rally Championship/WRC). Statusnya sebagai mobil reli tentu didukung regulasi yang mengharuskan Toyota membuat sejumlah mobil serupa untuk penggunaan jalan raya pula alias unit homologasi.

Celica GT-Four ST185 diproduksi pertama kali di tahun 1989 dan berakhir di tahun 1993. Mesinnya menggunakan unit 3S-GTE 4 silinder 2.0 liter DOHC yang didukung dengan twin-entry turbocharger CT26 dengan turbin bermaterial keramik dan intercooler model air-to-air. Output yang dihasilkan mencapai 222 hp dan torsi mencapai 304 Nm. Sistem penggerak roda pada Celica GT-Four ialah Full-Time 4 Wheel Drive.

Subaru Impreza WRX STi Spec-C WR Limited

Karena namanya begitu panjang, kami menduga kalau mobil ini bukan Subaru Impreza WRX yang biasa-biasa saja. Benar saja, mobil reli dengan kode bodi GDB ini masuk ke Indonesia sebagai Reece Car atau mobil survei lintasan reli. Reece sendiri merupakan singkatan dari reconnaissance.

Jadi Reece Car ialah mobil berspesifikasi reli, namun digunakan untuk menyusuri trek reli dan bukan untuk dipakai saat berlomba. Sehingga masih ada komponen yang serupa dengan unit Subaru Impreza WRX STi pada umumnya dan meskipun interiornya sudah ‘terondol’.

Pada unit ini, menggunakan sejumlah body part dari mobil reli Subaru dengan kode S11. Panel bodi yang digunakan pun terbuat dari material kevlar, dengan dimensi sesuai regulasi WRC. Mesinnya ialah EJ20 boxer 4 silinder 2.0 liter dengan turbocharger, sehingga mampu menghasilkan tenaga sebesar 276 hp.

Nissan 240RS

Bagi para penyuka dunia motorsport, khususnya reli, pasti kenal betul dengan Nissan 240 RS. Mobil dengan kode bodi BS110 ini berbasis Nissan Silvia yang dikembangkan bersama Bill Blydenstein Racing. Debut Nissan 240RS berlangsung di reli Monte-Carlo 1983, dengan Tino Salonen sebagai pengemudinya.

Prestasi Nissan bermesin FJ24 2.4 liter DOHC ini pada sejumlah event di Eropa, memang kurang gemilang. Tapi ketika ambil bagian di event reli ketahanan di Afrika, ternyata mobil ini tergolong ‘badak’. Sepanjang tahun 1983 hingga 1985, Nissan 240RS ikut dalam 20 event reli dunia, dan empat di antaranya membawa Nissan naik podium.

Dominasi Toyota GR Yaris AP4 di Kejurnas Sprint Rally 2023

Mobil balap Toyota GR Yaris AP4 sukses membawa pembalap TGRI, Ryan Nirwan dan navigator Adi Indiarto meraih podium pertama Interauto Kejurnas Sprint Rally 2023. Balap seri ke-4 yang digelar di Sirkuit Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) Bandung ini menjadi semangat baru untuk tim TGRI.

Performa GR Yaris AP4 pun terlihat maksimal. Dominan sejak sesi shakedown hingga menyelesaikan 4 tahapan lomba atau Special Stage (SS).

“Selamat atas keberhasilan tim TOYOTA GAZOO Racing Indonesia (TGRI). Yang kembali menempatkan pasangan Ryan Nirwan dan navigator Adi Indiarto di podium pertama Interauto Kejurnas Sprint Rally 2023 Seri ke-4 di Bandung. Semoga hasil positif ini memperbesar peluang TGRI mempertahankan gelar juara nasional tahun ini,” kata Marketing Director PT Toyota-Astra Motor (TAM), Anton Jimmi Suwandy.

Toyota GR Yaris AP4 dominan di sprint rally

Ryan dan Adi bersama Toyota GR Yaris AP4 tampil all-out menempati posisi pertama sejak sesi shakedown di hari Jumat (8/9). Masuk hari Sabtu (9/9), kedua pembalap ini langsung memimpin di SS 1 dengan waktu tercepat 02:48.39. Dilanjutkan waktu tercepat 02:45.17 di SS 2.

Keduanya menunjukkan hasil positif dengan kembali memimpin di SS 3. Waktu tercepatnya 03:37.82 dan 03:36.5 di SS 4, Minggu (10/9). Mereka mencatatkan total waktu tercepat 12:47:93. Membawa TGRI sebagai juara pertama overall, sekaligus satu-satunya pasangan dengan catatan waktu 12 menit.

Toyota GR Yaris AP4

“Bersyukur chesmistry yang baik antara tim dan pembalap. Membuat saya dan Adi bertarung dengan penuh rasa percaya diri untuk meraih posisi pertama overall. Sehingga tetap berada di jalur juara nasional tahun ini,” kata pereli TGRI, Ryan Nirwan.

Ford Mustang Mach-E Rally, Kuda Liar Penyuka Medan Gravel

Terobosan unik dilakukan oleh Ford melalui salah satu Mustang varian Mach-E. Ya, tapi yang ini adalah Mustang Mach-E Rally. Sesuai namanya, mobil ini membawa karakter Mustang ke segmen yang berbeda, bukan hanya bergaya mobil reli, namun juga dapat digunakan di jalanan non-aspal. Langkah ini seolah mendobrak anggapan bahwa Mustang Mach-E hanya bisa dipakai di jalanan aspal halus saja.

Eksplor segmen baru

“Satu tahun lalu, mobil ini hanya merupakan ide kami saja. Namun kini, Ford berhasil merealisasikannya. Sebab kami selalu ingin mengeksplor setiap area baru yang terkait dengan performa. Mulai dari suspensi dengan spesifikasi reli, hingga penggunaan sepasang motor listrik. Kami yakin bahwa Mustang Mach-E akan disukai oleh banyak kalangan,” kata Donna Dickson, Chief Engineer untuk Ford Mustang Mach-E.

Posturnya lebih jangkung

Ford Mustang Mach-E Rally menggunakan komponen dari Mustang Mach-E GT, dengan sepasang motor listrik yang memiliki output 480 hp dan torsi 880 Nm. Baterai lithium-ion yang digunakan memiliki kapasitas 91 kWh. Supaya penampilannya semakin mantap, suspensi bawaan Mustang Mach‑E GT ditinggikan 20 mm, dengan per model baru dan sokbreker MagnaRide.

Penampilan mumpuni juga harus didukung dengan sejumlah komponen penunjang lainnya. Rem depan dengan cakram berukuran 385 mm dan kaliper buatan Brembo yang dicat warna merah. Velgnya pun bergaya mobil reli, dengan diameter 19 inci dan dilabur kelir putih. Bannya menggunakan Michelin CrossClimate2 berukuran 235/55 R19.

Spoiler ala Ford Focus RS

Pada Mustang Mach-E Rally juga disematkan RallySport Drive Mode 6 yang dirancang untuk penggunaan saat berkendara di jalanan non-aspal, serta mampu beradaptasi dengan semua sistem kontrol pada komputer mobil. Hasilnya, respons throttle sesuai kondisi kecepatan dan peredaman suspensi yang baik saat melahap medan gravel, salju, maupun permukaan basah.

Bodi Mustang Mach-E Rally dilengkapi dengan body moulding di bagian atas dan bawah, wind splitter di bagian depan, atap berwarna hitam, serta spoiler belakang bergaya Ford Focus RS. Pilihan warna pun cukup beragam, mulai dari Grabber Blue, Shadow Black, Eruption Green, Grabber Yellow, Star White, tak ketinggalan Glacier Gray.

“Mustang Mach-E Rally menjadi bukti dari jiwa Ford terhadap dunia reli. Sehingga kami ingin menyuguhkan sebuah produk yang dapat mengakomodir antusiasme para penyuka reli,” tukas Jim Farley, Chief Executive Officer Ford. Pemesanan Ford Mustang Mach-E Rally mulai dibuka pada awal tahun 2024 nanti. Untuk harga, Ford belum mengungkap angkanya…

Audi Quattro

10 Mobil Rally Terbaik Yang Sulit Digantikan

Kalau balap Formula One (F1) dianggap sebagai puncak dari segala balapan, maka kejuaraan rally dunia (WRC, World Rally Championship) mungkin berada di sebelahnya. F1 memang balapan yang menantang dan membutuhkan keahlian khusus untuk bisa mengendarai mobil di sirkuit dengan kecepatan lebih dari 300 km/jam. Tapi WRC mobilnya dikendarai lebih dari 180 km/jam di jalanan terbuka yang bukan hanya aspal.

Karena itu, tidak hanya skill pengemudi, sebuah mobil rally dunia memerlukan kekuatan ekstra. Dibangun dari mobil jalan raya, dimodifikasi untuk menembus medan berat ratusan kilometer, dengan harapan bisa jadi yang paling cepat. Kekuatan ekstra ini yang menjadikan sebuah mobil reli mendapat predikat ‘legend’. Dan karena dibangun dari mobil biasa, bentuknya jadi lebih mudah dipahami siapapun yang menonton.

Kami hadirkan sepuluh mobil rally yang memang legendaris dari masa ke masa, diurutkan secara acak. Selain kencang, kuat, juara dunia konstruktor dan/atau juara dunia untuk perelinya, juga enak dipandang. Selamat menyimak.

Fiat Abarth 131

Fiat abarth 131

Di Indonesia, Fiat 131 lebih dikenal sebagai Mirafiori dengan empat pintu. Hadir di akhir 1970-an. Kiprah mobil ini di WRC juga cukup mengejutkan. Abarth, tuner resmi Fiat menghasilkan sedan dua pintu yang tangguh dan lincah. Hasilnya, pabrikan Italia ini cukup bangga dengan juara dunia 1977, 78 dan 1980.

Peugeot 205

Peugeot 205 T16 WRC

Peugeot 205 adalah salah satu mobil hatchback yang sukses. Tercatat lebih dari lima juta unit laris terjual. Tapi yang paling menonjol adalah Peugeot 205 T16. Dibangun untuk kejuaraan reli dunia Group B, dimana tim bebas memodifikasi mobilnya, 205 T16 sukses meraja dan juara dunia tahun 1985 dan 86. Basis mesinnya, kembali digunakan untuk mobil Rally Peugeot 206 di era 2000-an. Dan kembali sukses meraih juara dunia. 

Lancia Delta Integrale

Lancia Delta Integrale

Awalnya, Lancia Delta bukan mobil yang spesial. Kalau Anda lihat bentuk aslinya, kami yakin tidak akan terbayang kalau mobil ini punya sepak terjang hebat di WRC. Tapi itulah kenyataanya. Delta diracik ulang untuk turun di medan reli dan ditambahi nama Integrale. Keseriusan Lancia membuahkan hasil. Delta Integrale memenangkan 46 lomba dan juara dunia dari 1987 hingga 1991, sebelum dominasinya dipatahkan oleh mobil di bawah.

Toyota Celica

Toyota Celica WRC

Toyota Celica lebih dikenal sebagai mobil sport harian. Tapi begitu Toyota meracik Celica untuk turun reli, citra itu berubah. Celica ST185 menjegal dominasi Lancia Delta Integrale dan mengamankan juara dunia tahun 1992 sampai 1994. Setelah ST185, Toyota turun dengan ST205 pada WRC 1995. Namun mereka gagal dengan tidak kalah spektakuler: Diskualifikasi karena terbukti melakukan modifikasi ilegal pada restriktor turbo. Era Celica pun tamat.

Subaru Impreza ‘555’

Subaru Impreza WRC

Kalau Anda lahir tahun 1980-an, kemungkinan besar paham inilah yang melambungkan nama Subaru seperti sekarang. Kehadiran Subaru Impreza di WRC menggantikan Legacy yang tidak sukses. Salah satu perelinya adalah sang legenda Collin McRae. Determinasi dan keahlian McRae, dipadukan engineering hebat oleh Subaru dan tuner Prodrive, membuat mereka sukses menyabet juara dunia konstruktor dan pereli tahun 1995. Tidak hanya tahun itu, Impreza ‘555’ juga juara 1996 dan 1997.

Mitsubishi Lancer Evolution

Mitsubishi Lancer Evo WRC

Inilah jawaban pasti Mitsubishi atas dominasi Subaru di WRC. Meski Lancer Evolution hanya memberikan satu kali juara dunia konstruktor untuk pembuatnya di tahun 1998. Namun pria bernama Tommi Makinen berhasil jadi juara dunia dengan mobil ini. Bukan cuma sekali, tapi sejak  1996 hingga 1999. Dari ajang reli ini, nama Lancer Evolution lantas menjadi salah satu icon kultur otomotif dunia, hingga sekarang.

Lancia Stratos

Lancia Stratos WRC

Bayangkan sebuah supercar Italia bermesin Ferrari, ditinggikan lalu dipacu di lintasan gravel. Itulah Lancia Stratos. Ringan, kecil, punya mesin buatan Ferrari. Tapi tidak seperti supercar lain, Stratos memang dibuat khusus untuk turun sebagai mobil rally di medan WRC. Kalau sempat melihat versi jalan rayanya, Anda beruntung karena mobil tersebut dibuat terbatas, demi memenuhi syarat untuk ikut WRC. Stratos memberikan gelar kepada Lancia tahun 1974 hingga 1976. Meski mobil ini pensiun tahun 1978, citranya tetap menempel sebagai mobil eksotis juara WRC. Tidak ada lagi mobil reli dengan bentuk seperti ini.

Volkswagen Polo R WRC

VW Polo R WRC

VW Polo R WRC mungkin salah satu contoh kesuksesan instan, selesainya juga cepat. Debut pertama kali tahun 2013, dan langsung jadi juara dunia. 43 balapan dimenangkan oleh hatchback ini dan banyak kalangan yang bilang, sebetulnya inilah mobil WRC paling hebat sepanjang masa. Juara dunia konstruktor dan pereli pun diraih di waktu yang sama. Driver Sebastien Ogier jadi yang paling dominan dengan mobil ini. Namun VW Polo R WRC kemudian pensiun tahun 2016, setelah VW juga memutuskan untuk mundur dari kejuaraan.

Citroen C4 WRC

Citroen C4 WRC

Era awal 2000-an, Citroen mengganggu dominasi Mitsubishi, Subaru dan Ford di arena WRC dengan Citroen Xsara. Karena mobilnya juga semakin berumur, mereka memutuskan untuk ganti senjata. Hatchback Citroen C4 kemudian dipilih sebagai basis pengembangan. Hasilnya, C4 yang dikendalikan mantan atlet gymnastic Perancis, Sebastien Loeb, jadi juara dunia konstruktor dan pereli dari 2006 hingga 2010.

Audi Quattro

Audi Quattro WRC

Kalau VW Polo WRC adalah mobil rally yang paling sukses, kami setuju saja. Tapi kalau dibilang yang sukses dan sekaligus mengubah keseruan reli dunia seperti sekarang, ini yang paling bertanggung jawab: Audi Quattro. Bicara melibas jalanan offroad, opsi gerak empat roda pasti paling benar untuk digunakan. Tapi masa-masa awal WRC, tidak satupun yang peduli dan hanya mengandalkan gerak roda belakang (RWD). Audi menggebrak melalui sistem penggerak Quattro AWD dan membukakan mata pelaku WRC, sekaligus badan otomotif dunia. Mobil ini juara tahun 1982 dan 84. 1983 dan 85 mereka jadi runner up.