Hyundai Ioniq 5 review

Review Hyundai IONIQ 5: Menuju Timur Jawa Bawa Balita

Dalam tajuk #motomobimaukemana pada kesempatan kali ini kami ditugaskan melakukan review Hyundai IONIQ 5 untuk berlibur dengan keluarga. Sebelumnya, mobil ini pernah kami uji untuk perjalanan media drive dari Jakarta ke pulau Bali.

Kali ini, Hyundai IONIQ 5 dikendarai dalam kondisi sebenarnya, menuju Kota Surabaya. Diisi dua dewasa plus seorang balita. Serepot apa? Yang pasti, ini mobil enak. 

Interior & Kelengkapan

Posisi mengemudi membuat kami enjoy untuk melakukan perjalanan jauh. Pengaturan yang fleksibel membuat proses menemukan posisi terbaik lebih mudah. Kursi pengemudi dapat diatur secara elektrik 8-way ditambah dengan lumbar support. Ini penting untuk kenyamanan perjalanan jauh. Terdapat juga penghangat dan pendingin jok serta kemampuan memory seat untuk kursi depan.

Meskipun pada mobil yang kami uji mulai terasa kalau ini adalah kendaraan uji Hyundai yang selalu sibuk, tapi kualitasnya masih bisa diapresiasi. Semua berfungsi dengan semestinya. IONIQ 5 juga dibekali dengan audio racikan BOSE yang konsisten memberikan suara yang enak didengar.

Kursi penumpang bagian belakang dan belakang didesain lebar. Memberikan ruang duduk yang luas. Salah satu fitur penting adalah ISOFIX. Memungkinkan kami membawa Car Seat untuk balita. Selain itu, kami suka dengan ruang kaki yang ditawarkan EV ini.

Hal kedua yang juga menyenangkan adalah karena ini EV, jadinya senyap. Seperti itulah peredaman kabin Hyundai IONIQ 5 ini. Suara-suara kendaraan dari luar minim menelusup.

Walaupun keseluruhan kabin terlihat simple, mudah dipahami dan desainnya futuristis, tapi jujur saja, desain seperti ini cepat membuat bosan.

Pengendaraan & Pengendalian

Inoiq 5 long range

Seperti yang kita ketahui jalan tol di Indonesia terutama Tol MBZ & Tol Trans Jawa memiliki kontur yang tidak rata. Cenderung menyebalkan. Hyundai Ioniq 5 memiliki modal untuk menangani jalan seperti itu.

Di depan, kaki-kakinya mengandalkan konstruksi MacPherson Strut. Di belakangnya multi-link. Ini resep kaki-kaki mobil premium. Peredamannya sangat baik untuk guncangan kecil maupun besar, terasa sangat halus. Secara keseluruhan, kinerja suspensinya menyenangkan. Mengingat kami juga membawa balita di dalam mobil. Meski kadang, ban dengan profil rendah memberikan rasa keras di beberapa kondisi.

Bicara ban, geometry suspensi dan lebarnya jarak pijak (track) memberikan kestabilan yang meyakinkan. Meski kemudi terasa agak kosong, tipikal mobil listrik, kami suka rasanya. Presisi dan reaksi dari input pengemudi terasa cepat. Grip juga baik, meski ban di mobil ini sudah menempuh ribuan kilometer.

Perjalanan kami ke timur pulau Jawa juga dibantu beberapa kemampuan bantu berkendara. Yang kami sukai saat cruising di jalan tol adalah Adaptive Cruise Control dan juga Active Lane Keeping Assist yang dapat menjaga mobil untuk tetap pada jalurnya. Fitur ini sangat berguna sekali untuk perjalanan jauh. Meski di dalam kota akan sulit untuk digunakan.

Meski begitu, ada satu fitur yang menurut kami agak kontroversial: Forward Collision Avoidance Assist. Ini berguna untuk menghindarkan tabrakan depan. Namun mengingat jalanan Indonesia banyak kendaraan yang ‘sembrono’, membuat mobil ini tiba-tiba melakukan mitigasi secara mendadak.

Ini bikin efek domino. Pengendara di belakang juga kaget, lalu berpotensi terjadi tabrakan beruntun. Solusinya, kami matikan saja fitur ini. Sekedar masukan untuk para produsen mobil, akan sangat berguna kalau fitur ini ada, tapi jangan secara bawaan (default) aktif saat mobil menyala.

Performa & Konsumsi Baterai

SPKLU

Dengan baterai berukuran 72,6 kWh Hyundai IONIQ 5 yang kami uji dapat menempuh perjalanan sejauh 451 km. Keluaran tenaganya juga terbilang cukup besar yaitu 213,9 hp dengan torsi 350 Nm.

Tenaga tersebut sangat cukup sekali untuk melakukan perjalanan jauh. Pastinya, semakin digeber baterai mobil berkurang makin drastis. Tapi sebagai EV, mobil ini memberikan sensasi yang berbeda dengan mobil bermesin konvensional.

Akselerasinya linear dengan injakan pedal gas yang Anda lakukan. Tenaga mengalir tanpa jeda, dan ini yang kami bilang memberikan sensasi lain. Apalagi tanpa perpindahan gigi, segalanya terasa halus. Penumpang pun lebih ‘happy’.

Soal injakan gas, selama perjalanan menuju Kota Surabaya kami hanya melakukan pengecasan sebanyak tiga kali di Rest Area Km 130A (DC 200 kW), Rest Area Km 379A (DC 200 kW) dan Rest Area Km 519 (DC 200 kW).

Konsumsi baterai tercatat rata-rata 5 km/kWh dengan gaya berkendara kami dan cuaca berangin. Biaya yang kami keluarkan untuk melakukan charging dari Jakarta-Surabaya-Jakarta hanya Rp 800.000 ribuan saja. Waktu charging yang dibutuhkan juga terbilang cepat, rata-rata pengisian menghabiskan sekitar 40 menit dari sisa baterai 25 persen hingga 95 persen.

Kesimpulan

Overall, menurut kami Hyundai IONIQ 5 cocok sekali untuk menjadi melakukan perjalanan jauh. Kabin dan pengendaraan nyaman, performa mumpuni. Hanya saja, seperti EV yang lain, butuh penyesuaian rencana perjalanan, seperti mengukur jarak tempuh dan dimana Anda akan melakukan pengisian daya kembali. Mengingat SPKLU belum tersedia merata.

Hal yang harus Anda perhatikan selama perjalanan jauh menggunakan mobil listrik, yaitu ketersediaan SPKLU. Ya memang sudah hampir disetiap Rest Area besar di tol terdapat fasilitas isi ulang, hanya saja jumlah mesin pengisian masih terbilang sedikit sekali. Satu mesin charging hanya terdapat 2 DC CSS Type 2 saja atau AC charging.

Jika ada pengendara lain sedang melakukan pengisian Anda harus bersabar mengantri. Sedikit tips, Anda dapat melihat ketersediaan SPKLU dengan menggunakan aplikasi PLN Mobile, disana Anda dapat melihat apakah mesin pengisian sedang terpakai atau tidak dan melihat ketersediaan tipe ‘colokan’ untuk mobil Anda.

Terlepas dari semua itu, kami sangat senang bisa melakukan perjalanan jauh dengan mobil ini! Rasa menyetir yang memanjakan pengemudi, kabin yang lega dan nyaman, suspensi mumpuni untuk kenyamanan dan stabilitas. Kami suka mobil ini.

Reviewer: Rifqi Y. Laman
Editor: Indra A

New Yamaha xmax 2023

Yamaha New XMAX 250, Big Maxi Yang Nyaman Buat Harian

Dari semua model dalam portofolio Yamaha tahun 2023, New XMAX 250 mungkin menerima pembaruan paling banyak kali ini. Meskipun generasinya belum berganti. Salah satu perubahan yang paling terlihat adalah tampilannya.

Menurut kami, Yamaha New XMAX 250 ini terlihat memiliki desain yang lebih tajam dari sebelumnya. Terutama di bagian depan yang  membentuk karakter ‘X’ yang radikal. Tak hanya depan, bagian buritan pun mengusung desain ‘X’ hingga lampu belakangnya.

Salah satu pembaruan yang mencolok adalah dalam hal kemajuan teknologi. XMAX (akhirnya) dilengkapi dengan speedometer LCD 3,2 inci yang terletak di atas layar informasi TFT 4,2 inci. Untuk motor premium, hal seperti itu rasanya memang wajib ada.

Anda dapat mengoperasikan sistem ini menggunakan kontrol yang terpasang di setang dan menggunakan fitur Y-Connect untuk menghubungkan smartphone Anda. Ini memungkinkan Anda menerima atau menolak panggilan serta membaca pesan dan email.

Layar TFT baru ini juga dilengkapi navigasi berbasis Garmin yang menunjukkan arah melalui belokan demi belokan. Selain itu, dengan aplikasi Y-Connect, Anda dapat mengakses data seperti informasi kendaraan dan catatan perjalanan.

Yamaha Xmax 250, nyaman untuk harian

Yamaha juga melakukan beberapa penyesuaian kecil pada jok untuk membuatnya lebih nyaman dan meningkatkan aksesibilitas. Meski begitu, bagian mekanis mulai dari mesin hingga sasis, tidak berubah dibandingkan model sebelumnya.

Kemudahan & Teknologi

Dengan transmisi otomatis penuh, XMAX sangat mudah dikendarai dan dilengkapi dengan daftar panjang fitur bantuan pengendara, termasuk Traction Control dan ABS.

Didukung rangka yang dirancang untuk penanganan yang ringan dan netral, XMAX sukses memberikan rasa percaya diri dalam berkendara di jalan mana pun.

Kemewahan + Kenyamanan + Kepraktisan

Fitur teknologi tinggi menjadikan XMAX berbeda dari skuter biasa, termasuk pencahayaan LED baru yang unik dan instrumen baru yang canggih. Terdapat ruang penyimpanan onboard yang dapat dikunci, port daya 12V untuk mengisi daya smartphone dan kaca depan yang dapat diatur. XMAX siap digunakan kapan saja, baik pergi harian atau membawanya turing jarak jauh.

Konektivitas Smartphone Yamaha Y-Connect Baru

XMAX 2023 dilengkapi dengan salah satu dashboard paling mengesankan. Instrumen komprehensif ini memiliki speedometer LCD 3,2-inci yang ada di atas layar hiburan warna TFT 4,2-inci yang canggih.

Yamaha juga memperkenalkan konektivitas smartphone Yamaha Motorcycle Connect (Y-Connect) untuk XMAX, memungkinkan Anda untuk menghubungkan smartphone mereka. Anda bisa mengaktifkan berbagai pilihan fitur seperti kontrol telepon dan musik, pengumpulan informasi kendaraan yang ekstensif, serta sistem navigasi yang difasilitasi melalui aplikasi StreetCross milik Garmin.

Pilihan pengendara Y-Connect dibuat melalui pengontrol baru yang intuitif di setang dan ditampilkan pada layar TFT baru. Yang terbaik dari semuanya, Yamaha Motorcycle Connect, aplikasi Y-Connect, dan aplikasi Garmin StreetCross semuanya gratis (tersedia untuk iOS dan Android).

Penyegaran Desain 

Untuk XMAX baru tahun 2023, desainer Yamaha fokus pada menciptakan tampilan baru yang berani dan modern. Lampu depan dan belakang LED baru berbentuk X yang radikal melengkapi gaya agresif dan segera membedakan XMAX baru dari kendaraan lain di jalan. Indikator depan LED diposisikan agak tinggi untuk visual yang jelas.

Mesin Efisien Bahan Bakar yang Sporty

Performa mesin Blue Core satu silinder XMAX 250cc ini terasa halus, efisien, dan siap digunakan riding harian maupun turing panjang. Getaran mesin terasa cukup halus dan menunjukan kualitasnya.

Silinder terbuat dari aluminium DiASil Yamaha untuk pelapisan panas yang lebih baik, dengan piston tempa (forge) ringan dan poros engkol tempa.

Injeksi Bahan Bakar & Kontrol Traksi

Sistem injeksi bahan bakar modern dilengkapi dengan penyemprot 12 lubang untuk respons yang sangat baik. Layaknya mesin supersport dan sport-touring terbaru Yamaha, XMAX dilengkapi dengan Traction Contol System. Sistem TCS terus memantau kecepatan roda. Jika sistem mendeteksi selip ban belakang, mesin akan mengurangi tenaga dengan halus untuk mencegah roda yang berputar tanpa terkendali.

Kenyamanan CVT Otomatis

Berkat transmisi CVT Yamaha, XMAX menawarkan kemudahan berkendara ‘twist and go’, tanpa perlu mengoper gigi dan kopling.

Ini memberikan karakter berkendara yang mudah dan nyaman, yang ideal untuk melintasi lalu lintas kota maupun perjalanan santai. Sistem CVT ini juga dilengkapi dengan jalur pendinginan udara besar untuk sabuk penggerak, yang mengurangi panas dan kebisingan mesin secara signifikan. Secara performa, CVT ini tidak terlalu berbeda dengan XMAX sebelumnya.

Efisiensi Bahan Bakar dan Jangkauan yang Mengesankan

Berkat mesin yang efisien dan powertrain yang canggih, XMAX yang kami coba mampu mencapai konsumsi bahan bakar hingga 31.8 km/l. Dikombinasikan dengan tangki bahan bakar berkapasitas 15 liter yang besar, XMAX menawarkan jangkauan jelajah yang mengesankan.

Rangka/Suspensi

Sistem Anti-Lock Braking (ABS) Dilengkapi rem cakram depan berdiameter 267mm dan rem cakram belakang berdiameter 245mm yang besar, XMAX memberikan daya pengereman yang mudah dikendalikan dengan sistem anti-lock braking (ABS) Yamaha.

Velg dan Ban Besar

XMAX menggunakan velg depan berdiameter 15-inci dan roda belakang berdiameter 14-inci untuk handling yang lebih baik dan gaya yang sporty. XMAX juga dilengkapi dengan ban terbaru Dunlop Scoot Smart untuk traksi yang sangat baik baik dalam kondisi basah maupun kering.

Rangka Baja Ringan

Rangka baja XMAX menghasilkan berat kotor sekitar 180 kg saat tangki bahan bakar terisi penuh, dan siap memberikan manuverabilitas yang bisa diandalkan di perkotaan maupun jalanan luar kota.

DNA Seri MAX

XMAX mendorong batasan desain dengan gaya Maxi yang dinamis dan agresif. Hasilnya, tampilan yang mewah ini sukses mengangkat XMAX berkibar di luar ekspektasi. Seperti sebelumnya, kami juga cukup puas dengan akmododasi yang diberikan. Bagasi besar, ruang penyimpanan di depan lutut juga dapat diandalkan.

Fork Depan Tipe Besar

Berbeda dengan sebagian besar skuter, dimensi dan bobot XMAX mengharuskan penggunaan garpu depan motor kopling atau motor ‘laki’. Hal ini memberikan keseimbangan yang ideal antara kekuatan dan kekakuan rangka, serta rasa peredaman yang lebih baik dibandingkan garpu tipe skuter biasa.

XMAX dilengkapi dengan kemudi yang dapat disetel dengan penyesuaian belakang hingga 20mm, dan dapat diubah dengan cepat tanpa perlu bagian tambahan. Motor ini juga dilengkapi dengan kaca depan (windshield) dua posisi yang dapat dengan mudah dipindahkan untuk memberikan perlindungan angin tambahan sejauh 2-inci. Hal tersebut mengungdang pilihan defleksi angin lebih atau profil lebih rendah untuk tampilan yang lebih sporty.

Ruang Penyimpanan Lengkap

Seperti dikatakan tadi, XMAX dilengkapi dengan ruang penyimpanan di bawah jok yang luas dan terkunci dengan aman untuk menjaga barang berharga tetap aman, dan cukup besar untuk menampung dua helm full-face.

Di balik fairing juga memiliki dua ruang penyimpanan tambahan, salah satunya terkunci secara elektronik dan dilengkapi dengan soket DC 12V.

Pencahayaan LED yang Unik

Lampu LED khas XMAX mencakup lampu depan dan lampu belakang berbentuk ‘X’ yang melengkapi gaya agresifnya. Pencahayaan model begini juga menggunakan daya yang lebih rendah dan memiliki masa pakai yang lebih lama daripada bola lampu konvensional.

Sistem Kunci Pintar

Yamaha New XMAX 250 dilengkapi sistem Smart Key dari Yamaha, memungkinkan Anda untuk mengakses mesin, menghidupkan, dan mengunci setang menggunakan Smart Key tanpa perlu menggunakan kunci fisik.

Aksesoris Lengkap

Yamaha menawarkan berbagai Aksesoris Asli Yamaha, termasuk bagasi, sandaran punggung, dan penempatan aksesoris lainnya, bagi para pengendara yang ingin mempersonalisasi XMAX mereka. Jok comfort versi Eropa ini lebih nyaman dan mengurangi jarak jinjit kaki ke tanah untuk aksesibilitas yang lebih baik.

Kesimpulan kami, Yamaha New XMAX 250 mampu memberikan kepuasan dengan segala yang ditawarkan. Meski bagi sebagian orang, dimensinya jadi ganjalan, tapi motor ini mampu mengakomodir kebutuhan berkendara dalam atau luar kota.

Dengan fitur-fitur terkini dan peningkatan yang dilakukan oleh Yamaha, New XMAX sukses menawarkan performa yang baik dan kepuasan sebagai skuter Maxi harian yang menyenangkan.

 

Review chery omoda 5

Review Chery Omoda 5, Mobil Jempolan Yang Masih Perlu Pembuktian

Chery Omoda 5 memiliki handling yang patut diacungi jempol. Itu adalah impresi pertama yang muncul dalam jarak kurang lebih 1 km dari kantor, setelah sebuah sepeda keluar dari gang dengan gagah berani, dan pedal gas sedang asyiknya kami injak.

Lalu muncul pertanyaan, bagaimana Chery bisa mencapai taraf mobil berkualitas, padahal kita tahu masa lalu Chery di Indonesia tidak indah. Bagaimana cara sebuah Chery, dengan meyakinkannya bisa menghindari sepeda tadi? Setelah kasak kusuk, jawabannya adalah: Pythagoras dan ekspansi pasar.

Tapi sebelum masuk ke penjelasannya, untuk diketahui, Chery Omoda 5 adalah crossover lima kursi. Mobil Cina ini dirakit di Bekasi, Jawa Barat menggunakan fasilitas perakitan PT HIM. Sejauh ini, Chery Indonesia sudah kebanjiran order hingga 1.000 unit. Angka itu diraih dalam tempo 50 hari, sejak mereka mengumumkan buka pesanan di IIMS 2023, Maret lalu.

Interiornya menarik. Dibekali jok model semi bucket dengan kualitas pembungkus yang bagus. Lingkar kemudi berbentuk flat bottom, bukan favorit kami, tapi enak digenggam. Tombol-tombol di setir juga mudah dikenali dan dioperasikan.

Mengendali AC bisa memanfaatkan yang ada di layar monitor ataupun tombol soft touch di dashboard. Kami tidak akan bicara banyak soal interior. Secara keseluruhan, bagian ini cukup bisa diapresiasi. baik kualitas maupun ruang yang diberikan. Namun kami kurang puas dengan headroom belakang. Biasa, atapnya melandai di belakang jadi ya, Anda pasti paham.

Pengendaraan & Pengendalian

Test drive omoda 5 Motomobi News

Di sinilah Phytagoras dikatakan mempengaruhi. Kalau Anda suka matematika (kami tidak) maka pasti paham angka 0,8677. Menurut klaim Chery, Omoda 5 didesain dengan menggunakan pemahaman ‘the golden ratio’. Rasio lebar dan tinggi mobil sama dengan 0,8677.

Apakah mempengaruhi stabilitas dan kualitas manuver? Mungkin. Kami harus pastikan lagi. Yang jelas, lebar mobil yang 1,8 meter plus ban tapak lebar, cukup membuat mobil terasa stabil bermanuver di berbagai kondisi kecepatan. Kecepatan yang logis tentunya.

Suspensi depan didukung model MacPherson Strut. Sementara belakangnya masih mengandalkan model beam. Ini yang bikin kami kagum. Anda harus coba langsung untuk bisa yakin kalau dengan konfigurasi seperti ini ternyata bisa menghasilkan sebuah peredaman yang meyakinkan. Tentunya, engineer mereka melakukan perhitungan geometry yang pas.

Omoda 5

Tapi tidak selalu Omoda 5 memberikan peredaman yang mengasyikan. Di kecepatan rendah, Anda akan merasakan suspensinya bekerja naik turun dengan cepat. Alias keras. Lewati speed breaker pada kecepatan 20 km/jam, pantulan di badan akan sangat terasa.

Omoda 5 juga dibekali fitur bantu berkendara yang cukup lengkap. Termasuk cruise control adaptif plus stop and go assiatant dan lane keeping assist. Keduanya berfungsi dengan baik, meski kadang terasa sedikit inkonsistensi pada sistem penjaga jalur. Tapi itupun muncul sesekali. Anda akan dengan mudah mengambil alih tanpa masalah.

Noise, Vibration, Harshness

Patut dicatat, biarpun keras, Anda akan tetap merasakan kualitas yang jempolan di kecepatan rendah. Jangan harap ada bunyi kasar dari balik kabin. Chery sepertinya bekerja keras mewujudkan nilai NVH (Noise Vibration, Harshness) yang terbaik. Dimulai dari bushing suspensi yang berkualitas.

Bicara NVH, kami sangat merekomendasikan, kalau Anda sedang mempertimbangkan Omoda 5, untuk mencoba kekedapan kabin. Ini setara dengan mobil Eropa.

Review Chery Omoda 5 di kepadatan perkotaan, memberikan kesan pergerakan kemudi terasa lincah dan linear. Ini yang memberikan rasa percaya diri pada pengemudi. Meski, kami merasa electronic power steering-nya terlalu ikut campur dan membuat kemudi terasa hampa.

Di kecepatan jalan bebas hambatan, kekerasannya memberikan handling yang juga menyenangkan. Hebatnya, pergerakan kemudi tetap seperti berjalan pelan tadi. Presisi. Tikungan panjang tipikal pintu keluar tol bisa dengan ‘pede’ kami libas dengan kecepatan lebih dari 50 km/jam. Limbung? Tidak juga. Meski tetap ada efek tersebut, karena bagaimanapun ini mobil tinggi. Tapi tetap bisa ditoleransi. Dan ya, kami harus mengeluhkan kemudi yang hampa itu.

Performa Chery Omoda 5

Untuk pasar Indonesia, Chery Omoda 5 dibekali mesin empat silinder 1,5 liter, kodenya adalah SQRE4T15C. Lengkap dengan turbocharger. Tenaganya mencapai 145 hp, dengan torsi 230 Nm, yang disalurkan ke roda depan melalui transmisi CVT.

Tidak banyak bisa dibahas soal mesin. Ini seperti kebanyakan mobil lain di kelasnya yang belakangan suka pakai mesin 1,5 liter turbo. Review mesin Chery Omoda 5 memunculkan impresi performa yang  meyakinkan. Torsi 230 Nm memberikan dorongan yang cukup membangkitkan adrenalin.

Omoda indonesia

Catatan kami adalah, kinerja CVT. Entah kenapa CVT kekinian di mobil manapun, punya satu karakter yang sama: Grogi.

Yang kami rasakan adalah saat awal bergerak, mesin akan meraung dulu sebelum CVT menyadari kalau dia meminta untuk bergerak. Hal ini terjadi saat pada mode berkendara Eco maupun Sport. Setelah itu, semuanya berjalan lancar, putaran mesin juga terasa linear dengan pertambahan kecepatan. Terutama di mode Sport.

Kesimpulan

Ekspansi Chery ke pasar global memberikan imbas kualitas produk yang meningkat jauh. Chery Omoda 5, selain dipasarkan di Indonesia, juga tersedia di Australia, Iran, Israel, Afrika Selatan, Rusia, Kazakhstan.

Jadi, kalau Anda membayangkan Chery, jangan lagi lihat Chery QQ. Bayangkan mobil sekelas paling tidak, Mazda. Sebagus itu? Kami bisa bilang iya. Meski ada saja hal ‘minus’ yang kadang mengganggu. Contohnya kinerja CVT yang agak lambat.

CVT Omoda 5

Desainnya juga unik, meski kami kurang suka warna pelek 18 inci. Tapi Omoda 5 sukses membuat kami membuka mata, mobil berkualitas sekarang bukan hanya didominasi pabrikan Jepang, Korea dan Amerika di Indonesia.

Namun, Chery juga masih harus membuktikan kalau produknya bisa bertahan lama. Tentu, sesumbar garansi mobil hingga enam tahun atau 150.000 km tidak bisa dianggap main-main. Apalagi mereka menggaransi mesin hingga satu juta km.

Dashboard Chery Omoda 5

Garansi memang satu kewajiban untuk meyakinkan konsumen. Tapi kalau seiring berjalannya waktu mobilnya kerap ‘klaim garansi’, tentu bukan pencitraan yang bagus untuk pembuatnya. Itu yang harus dibuktikan oleh Chery. Dari kami, review Chery Omoda 5 selama beberapa hari cukup untuk memberikan gambaran kalau mobil ini layak dipertimbangkan.

.

Review BMW i4, Pengundang Tatapan, Senyuman dan Harapan

Ini adalah BMW i4 eDrive40. Ya, mobil listrik premium yang hadir di Indonesia sejak akhir 2021 lalu. Kali ini kami berkesempatan mencobanya di jalanan Indonesia, sembari mencoba menyerap apa sebetulnya yang ditawarkan oleh i4. Yang pasti, mobil ini mengundang tatapan pengendara lain.

BMW i4 2023

Berkode bodi G26, BMW i4 dibekali dengan segala sesuatu yang sesuai dengan yang Anda harapkan dari mobil BMW. Minus suara mesin dan knalpot yang merdu. Konsep desainnya adalah mobil liftback lima pintu, yang menawarkan kepraktisan berkendara sehari-hari.

Pada akhirnya, setelah mencoba beberapa ratus kilometer, kesimpulannya adalah, kami punya BMW favorit baru setelah BMW E36, E46 dan E39.

Desain i4

Okelah, moncongnya bukan sesuatu yang menarik. Pasti Anda juga sudah banyak tahu soal kontroversi kidney grill yang dipakai di mobil BMW kekinian. Diapit sepasang lampu dengan desain yang tegas, dan sepasang air dam untuk mendukung pendinginan dan aerodinamika. Meskipun yang berlubang sebetulnya hanya pinggirannya.

i4 2022

Dari ujung kap mesin ke belakang, kami harus akui, proporsinya masuk akal. Sesuai untuk sebuah BMW sedan Seri-3/Seri-4 Gran Coupe. Pelek 19 inci dibalut ban Hankook Ventus tampak menggugah. Dan karena mobil yang Anda lihat di sini dibekali trim M Sport, maka terlihat kaliper rem berwarna biru.

Belakangnya langsung akan mengingatkan kalau ini adalah BMW Seri-4. Bentuk lampunya khas dengan ujung penutup bagasi yang melancip agak naik. Yang istimewa adalah saat bagasi dibuka. Penutup akan terbuka hingga ke kaca belakang. Itulah kenapa mobil ini disebut liftback. Efeknya, akses bagasi benar-benar mudah.

Liftback i4

Di luar kebiasaan, tuas pembuka pintu. Tidak menggunakan model tarik seperti pada BMW biasanya. Tapi lebih konvensional dengan mekanisme ‘colek’.

Kap Mesin Kosong

Anda tidak akan menemukan apapun di balik kap mesin. Serius. Untuk menutupi kekosongan, ada cover plastik yang bisa dilepas. Di bawahnya Anda akan bisa melihat steering system, pengendali kinerja baterai dan motor listrik. Tidak lupa ada tabung-tabung pengisi berbagai macam cairan.

mesin i4

Soket pengisian ulang baterai ada di sebelah kanan belakang. Menurut data spesifikasi, bisa menerima arus DC hingga 250 kW untuk pengisian cepat. Dengan arus sebesar itu, isi ulang baterai dari kosong hingga 80 persen hanya perlu waktu setengah jam saja.

Soal baterai, dengan kapasitas 81,5 kWh, BMW mengklaim jarak tempuhnya lebih dari 550 km. Tentunya tergantung kondisi berkendara. Motor listriknya mampu menghasilkan kekuatan hingga 340 hp. Torsi tertinggi mencapai 430 Nm. Ini angka yang serius.

Beda Kenyamanan Depan dan Belakang

Interior BMW i4 dibekali jok kulit asli. Pada yang kami uji, warnanya kecoklatan yang menghasilkan efek mewah yang maksimal.

Jok depan cukup ergonomis dan pengaturannya mudah serta fleksibel. Tidak ada yang perlu dikeluhkan di bagian ini. Segalanya mudah diraih oleh tangan pengemudi, tanpa harus banyak mencondongkan badan.

Interior BMW i4

Layar besar untuk infotainment dan informasi berkendara, plus HUD tersedia tepat di depan pengemudi. Ini seperti yang digunakan oleh Seri-3 G20 yang baru saja mendapatkan facelift akhir tahun lalu.

Isinya komplit. Selain status kesehatan kendaraan, bisa terhubung juga dengan Android Auto dan Apple Carplay secara wireless (tanpa kabel). Sistem operasi sistem infotainment bisa dikendalikan dari kenop di konsol tengah. Seperti biasa. Dan operating system di i4 sudah iDrive 8.0 terbaru.

Lingkar kemudi terlihat penuh. Ada banyak tombol untuk mengatur adaptive cruise control dan audio serta informasi berkendara. Saat digenggam, kami rasa cukup nyaman. Tidak licin dan dimensi setir cukup memudahkan.

Jok bmw i4

Baris belakang, ceritanya lain. Ini seperti menegaskan kalau Anda naik mobil ini, harus mengemudi sendiri. Meski sebetulnya hal biasa juga yang ada di Seri-3/Seri-4. Joknya agak kaku. Masih nyaman, namun untuk perjalanan jauh sepertinya akan cepat melelahkan.

Di deret ini mampu menampung tiga orang. Fiturnya juga lumayan lengkap. Ada arm rest kalau hanya berdua. Soket USB dan kendali AC mudah diraih.

Yang kami sayangkan adalah, masih saja ada transmission tunnel yang mengganggu ruang kaki. Entah apa fungsinya, yang pasti bikin terasa lebih sempit. Atap khas coupe yang melandai tepat di atas kepala juga lumayan membuat terasa sempit. Kombinasikan hal tersebut dengan jok yang kurang begitu nyaman. Silahkan nilai sendiri.

Performa & Handling

BMW i4, seperti dibilang tadi punya daya hingga 340 hp dengan torsi 430 Nm. Menyenangkan? Pasti. Yang tidak waspada, kepala akan langsung bersandar di head rest saat akselerasi dengan menekan pedal akselerator penuh. Tipikal mobil listrik, torsinya instan.

Namun kalau diperhatikan, Anda akan dapat merasakan sebetulnya akselerasinya linear dan halus. Tidak ada lonjakan yang berlebihan. Efek dorongan awal memang pasti membuat kaget.

BMW i4 EV

Handling-nya juga menyenangkan. Jalankan sejauh 500 meter, dan akan terasa kalau ini mobil yang ramah. Bidang pandang cukup luas, meski kami kurang suka dengan HUD (di mobil manapun) karena kadang jadi distraksi.

Redaman suspensi bisa dipuji untuk jalanan seputar ibukota yang tidak bisa dibilang mulus. Ayunan suspensi di kecepatan tinggi tidak memuat limbung. Manuver melibas tikungan tol yang panjang, dilakukan dengan meyakinkan. Center of gravity, atau titik bobot yang rendah membuat mobil ini meyakinkan melewati tikungan dengan kecepatan tinggi.

Coba goyangkan setir dengan cepat, akan terasa kalau mobil ini penurut. Setirnya terasa ‘direct’ dan akurat menterjemahkan input pengemudi.

Yang menjadi catatan adalah pergerakan lingkar kemudi. Mengingatkan kami pada E90. Untuk Seperempat putaran pertama terasa berbobot. Namun setelah itu jadi lebih ringan. Ini kerap terjadi di kecepatan rendah. Manuver di perkotaan. Mungkin maksudnya untuk mempermudah manuver, tapi kadang bikin grogi.

Suara artikulasi ban yang menelusup ke kabin, kami tengarai mungkin dari usia pakai ban. ya, kaca frameless di samping juga membuat suara angin masuk. Tapi masih dalam batas toleransi.

Kesimpulan

Meski kami sekarang kurang paham dengan BMW, tapi mobil ini sukses menyodok posisi kedua di ‘wishlist’ BMW yang ingin kami punya. Ya, kami berharap untuk punya.

EV, fast charging dan performa membuat kami suka. Fitur kami merasa memang sudah seharusnya BMW, jadi tidak ada yang mengejutkan. Handling yang kami juga suka. Sangat suka. Bobot yang rendah menyumbangkan kestabilan yang jempolan.

BMW i4

Kabin belakang memang bukan yang istimewa di mobil ini, tapi duduk di depan dan mengemudikannya adalah sesuatu yang menjadi kenikmatan BMW i4. Lontaran torsi dan tenaga sukses membuat kami tersenyum lebar.

Jadi, soal wishlist tadi, nomor satunya apa? BMW E39 M5.

Review Suzuki S-Presso, Praktis Untuk Diajak Jalan Harian?

Mobil berukuran mungil cukup diminati para konsumen perkotaan. Selain mampu mengakomodir kebutuhan sebagai kendaraan harian, mobil compact dapat beradaptasi di tengah kemacetan lalu lintas kota yang padat serta mudah parkir di area terbatas.

Coba menggaet kaum kota dengan mobilitas tinggi, bertepatan event GIIAS 2022 pada Agustus lalu, PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) memperkenalkan mobil baru mereka, Suzuki S-Presso, dengan proporsi seperti di atas. Nah, kali ini kami kedatangan 1 unit S-Presso berkelir Sizzle Orange untuk diuji dan dirasakan…yang katanya menyenangkan. 

Mobil Mungil Namun Lapang

Bentuknya yang mungil dan unik serta banderol harganya yang sangat terjangkau Suzuki S-Presso laris manis.

Mobil buatan India ini memiliki dimensi (PxLxT) 3.565 mm x 1.520 mm x 1.565 mm dengan wheelbase 2.380 mm. Bobot mobil ini pun cukup ringan yakni hanya 1.170 kg. S-preso seperti berusaha keras untuk tampil macho dengan aksesoris dan bemper depan yang tebal. Lampu depan dan belakang masih mengandalkan halogen.

Dimensi mobil ini mungkin terlihat kecil, namun kabin Suzuki S-Presso dapat memuat hingga lima penumpang dewasa, namun akan terasa kalau ini mobil compact. Naikan empat orang dan akan membuat kabin terasa lega. 

Yang agak disayangkan adalah bagasi. Masih bisa menampung galon air mineral atau koper besar memang. Tapi kalau memerlukan ruang ekstra, sandaran jok belakang bisa dilipat tapi tidak rata lantai.

Nah, perihal kemasan interior lain, meski tak terlihat ‘high tech’ dan tidak ada kesan mewah namun cukup unik. Sayang, pembuka kaca belakang masih model engkol, belum power window. Perangkat head unit multifungsi dan speedometer digital pada dasbornya pun cukup fungsional. Kualitasnya mengikuti harga, jangan terlalu berharap banyak. 

Fitur keselamatan standar Suzuki S-Preso juga cukup mumpuni. Mulai dari sistem pengereman dengan Anti-lock Braking System (ABS) dan Electronic Brakeforce Distribution (EBD), sepasang airbag pada dashboard dan kemudi hingga sensor parkir belakang.

Harga Terjangkau dan Konsumsi BBM Ekonomis

Mesin 3-silinder 998 cc DOHC berkode K10C yang diusung sama seperti yang digunakan Suzuki Karimun Wagon R. Output performanya tidak besar dengan tenaga maksimum 68 HP pada 5.500 rpm dan torsi maksimum 90 Nm pada 3.500 rpm.

Mesin mobil ini pun telah berstandar emisi Euro 4. Jujur, mesin ini cukup tangguh dalam hal menanjak. Mungkin karena didukung bobot yang ringan. Sedangkan untuk pilihan transmisi, tersedia versi transmisi manual 5-speed maupun transmisi automated-manual (AGS) 5-speed, seperti yang kami coba. Perpindahannya memang perlu pembiasaan, tidak seperti metik biasa.

Untuk di Perkotaan

Yang patut diacungi jempol,  mobil ini konsumsi BBM-nya terbilang irit. Untuk penggunaan dalam kota konsumsinya sekira 17-18 km/l. Untuk pengendaraan di jalan tol pada rentang kecepatan rata-rata 80-90 km/jam, Konsumsinya di kisaran 21-22 km/l. Tapi ingat, itu semua tergantung kondisi dan cara berkendara. 

Mengingat setting suspensi pada Suzuki S-Presso terbilang agak keras dan ukuran body yang mungil, maka bantingan suspensi cukup terasa kuat saat melintasi jalan bergelombang maupun saat bermanuver, tapi masih cukup meyakinkan.

Sejatinya, mobil ini memang dirancang untuk pengendaraan dalam kota dan bukan untuk kebut-kebutan di jalan tol. Jadi, kami menyadari ini dan tak perlu ngotot dan memaksakan diri untuk memacunya.

Mengenai harga, varian Suzuki S-Preso bertransmisi manual dibanderol seharga Rp 155 juta. Sedangkan untuk versi transmisi automated-manual (AGS) harganya Rp 164 juta. Cukup menarik untuk jadi mobil pertama. 

Cocok Untuk Harian?

Kami akan bilang iya. Diluar semua kelebihan dan kekurangannya, Suzuki S-Presso menawarkan harga yang sangat terjangkau untuk para konsumen pemula, Suzuki S-Presso dapat menjadi pertimbangan bagi pengguna yang mengutamakan kepraktisan dan mengedepankan utilitas pengendaraan harian dalam kota. 

ALVA ONE, Pahami Gaya Hidup Baru Masyarakat Urban

ALVA ONE! Yup, motor listrik terbaru bergaya keren ini resmi diluncurkan PT Ilectra Motor Group (IMG), di ajang GIIAS 2022 Agustus lalu dan…VIRAL!

Sempat kami bingung, diantara sekian APM raksasa jepang yang memajang produk roda empat terbarunya, ALVA ONE menjadi satu-satunya kendaraan roda dua berbasis listrik yang berada di hall utama 3A bersama dengan Toyota, Honda dan merek besar lainnya.

ALVA ONE merupakan produk pertama IMG buatan Indonesia yang diproduksi di Cikarang. Untuk meyakinkan, IMG siap memberikan jaminan garansi baterai selama tiga tahun juga warranty spare parts selama dua tahun atau hingga jarak tempuh mencapai 20.000 KM.

Dengan target kaum urban mobility, rasanya ALVA ONE cocok untuk pasar motrik (motor elektrik) tanah air. Dimensinya pun pas, macam Honda PCX atau Yamaha Nmax.

Untuk desainnya, ALVA menggandeng designer ternama, Massimo Tartarini (President & CEO of ITALJET) dalam pembuatan motor ini. Bisa terlihat, Air intake dan swing arm  menjadi bagian trademark tersendiri bagi ALVA ONE, yang bikin motor ini terlihat mahal.

Headlamp sudah berteknologi full LED. Mungkin menjadi daya tarik sendiri bagi siapapun yang melihatnya. Jujur, reflektor lampu ini makin menarik dengan permainan garis V yang keren. Dari depan, bodinya terlihat gambot dipadu stang model terbuka tanpa cover.

Ada permainan layer bodi di sisi kiri dan kanan juga bawahnya. Bodi belakangnya membelah ruas inner panel tengah, dan menampilkan aksen garis-garis tajam yang sporty.

Empat Jam Untuk Charging

Untuk sumber dayanya, ALVA ONE mengusung tipe baterai lithium ion berkapasitas 60 V – 45 Ah (2,7 kWh), yang fleksibel saat harus melepas atau memasangnya. Motor ini mengandalkan drive hub atau wheel hub yang menyatu dengan velg belakang sebagai penggeraknya. Kedua kakinya mengandalkan velg berukuran 14-inci dengan balutan ban Michelin.

Untuk mengisi daya, cukup tekan tombol maka soket utama akan terbuka di bagian tengah dek layaknya isi bensin motor skutik biasa. Saat membuka jok, terdapat charger berukuran besar di ruang bagasinya. Nah, untuk pengisian satu baterai hingga penuh, hanya memerlukan waktu 4 jam.

Baterainya bisa langsung dipasang dua, ataupun satu saja. Untuk daya jelajah per baterai, bisa mencapai jarak 70 km. Namun sayang sekali, bagasi motor listrik ini tidak cukup untuk menampung helm model apapun karena daya tampung yang minim.

Yang menjadi kelebihannya, ALVA ONE dapat dinyalakan secara otomatis dari jarak jauh. Dilakukan dengan menggunakan remote kunci atau smart phone Anda melalui aplikasi ALVA mobile APP yang terkoneksi dengan motor. Enaknya, aplikasi ini bisa didaftarkan untuk lebih dari satu orang pengguna.

Selain itu, aplikasi tersebut siap menjadi remote On/Off, GPS locator and tracker, battery monitoring, charging station locator, ALVA Experience center locator, ALVA roadside assistance, monthly saving estimator dan bike sharing access.

Pengendaraan Alva One

Saat membawanya jalan, kami langsung menggeser tombol Ride Mode dengan pilihan ECO/CRUISE/E-SPORT. Satu persatu kami coba. Ketiga mode ini memiliki daya torsi yang sama, namun dibatasi secara batas kecepatan saja. Output maksimal yang dilepas motor listriknya sebesar 4 kW atau setara 5,4 HP dengan torsi sebesar 46,5 Nm.

Tenaga cukup agresif saat kami memutar grip, hentakan tenaga meningkat secara linear dan terus mengisi sampai limit kecepatan 90 km/jam. Selain itu, motor ini memiliki tombol reverse, alias mundur. Ini untuk memudahkan kami saat parkir.

Kenyamanan lainnya, posisi berkendara bisa selonjoran, namun karena joknya agak lebar, mungkin pengendara dengan tinggi dibawah 170 cm akan sedikit kewalahan.

Sistem remnya sudah hidrolik. Suspensi belakangnya mengandalkan single shock. Redaman suspensi cukup rigid tapi tidak membuat sakit pinggang. Joknya nyaman saat dibawa jarak jauh. Pembonceng pun juga merasa tenang saat diajak jalan jauh. Namun pada unit yang kami uji, kerap terdengar suara bodi plastiknya yang bergetar saat melewati jalan tidak rata.

Kesimpulan

Overall, motor listrik ini menyenangkan. Desainnya sangat bisa diterima oleh masyarakat Indonesia. Saat memilikinya, Anda tentu akan bangga dengan plat nomor bergaris biru, tidak bersuara, tidak berpolusi, tidak harus antri panjang di pom bensin dan biaya servisnya tentu akan jauh lebih murah.

Untuk harga, ALVA ONE dijual dengan harga Rp 34,9 juta (OTR Jabodetabek) dengan pilihan warna atraktif yaitu Halo White, Supernova Black, Indie Red, Casual Blue dan Edgy Turquoise.

Satu lagi, sepertinya tidak perlu ragu untuk memiliki ALVA ONE. IMG juga menghadirkan pelayanan ALVA Roadside Assistance atau layanan darurat 24 jam jika Anda mengalami kendala di perjalanan. Benefit lainnya yang tidak kalah menarik adalah program trade-in untuk melakukan tukar tambah saat ALVA meluncurkan motor generasi kedua, dengan harga jual yang tidak jauh dari harga belinya. 

Mitsubishi Xpander Cross 2022

Review Mitsubishi Xpander Cross 2022, Apa Yang Jadi Nilai Lebihnya?

Saat Mitsubishi Xpander meluncur pertama di semester kedua 2017, dunia otomotif Indonesia seperti disiram air dingin di muka, dan baru sadar kalau Low MPV, ternyata bisa memiliki sesuatu yang beda.

Desain futuristis, rasa berkendara sedan, interior lega, hingga bantingan suspensi yang nyaman. Itu semua modal dasar sebuah Xpander. Memang ada saja yang kurang, tapi MItsubishi cukup tanggap menanggulangi keluhan konsumennya.

Lalu untuk meluaskan pasar, pabrikan berlambang tiga berlian ini membuat Mitsubishi Xpander dengan over fender dan suspensi ditinggikan. Jadilah Mitsubishi Xpander Cross. Kalau Xpander adalah Low MPV yang berhadapan dengan Honda Mobilio, Toyota Avanza, Suzuki Ertiga dan Daihatsu Xenia, Cross head to head dengan Honda BR-V, atau Daihatsu Terios dan Toyota Rush.

Tahun ini, Mitsubishi Xpander Cross mengalami facelift yang siginifikan. Desain hingga hal teknis mendapatkan penyegaran, untuk mempertahankan pangsa pasarnya. Kami mencoba mobil ini untuk pengendaraan harian di ibukota. Detailnya, silahkan simak terus.

Desain Mitsubishi Xpander Cross 2022

Mitsubishi Xpander Cross

Saat Xpander Cross pertama kali muncul, kami merasa ini hanya Xpander biasa yang ditinggikan dan diberi imbuhan aksesoris yang bikin gagah. Tapi sukses juga. Banyak yang suka. Mungkin karena kemampuan bawa tujuh orang dan ground clearance tinggi. Plus harganya lebih terjangkau dibanding Mitsubishi Pajero Sport.

Lalu muncul versi penyegaran yang tidak berbeda. Tapi transmisinya menggunakan CVT. Makin irit dengan perpindahan gigi yang tidak terasa. Kemudian ini. Mitsubishi Xpander Cross 2022 yang berubah lebih modern dan gagah.

Lampu depan LED seperti milik Xpander biasa. Dipadukan dengan bemper baru berlekuk kaku dan grill hitam membuatnya terlihat macho. Kami tidak yakin kenapa harus ada imbuhan chrome di sekitar lampu. Mungkin supaya tampak mahal. Tapi agak kurang selaras dengan tema gagah tadi.

Xpander Cross baru

Dari samping, pelek 17 inci dengan desain baru, dibalut ban 205/55 R17. Agak kurang lebar, tapi masih baik-baik saja. Mungkin ban ini yang akan pertama kami ganti dengan profil lebih lebar supaya tidak terlihat kurus. Terutama dari belakang. Atapnya diberikan roof rail yang siap mengakomodir bagasi atas kalau memang perlu. Over fender yang terpasang juga tidak terlihat berlebihan.

Sementara bagian belakang tidak jauh berbeda. Bentuk pintu bagasi masih sama. Tapi ditambahkan moulding tebal di bagian bawah serta bemper. Desainnya selaras dengan muka dan gagah. Namun itu tadi, karena pelek dan ban yang kurang lebar, aksesoris ini seperti membuat mobil ‘kedodoran’. Tapi itu hanya masalah selera.

Mesin dan Performa Xpander Cross

Mesin xpander

Mitsubishi tidak mengubah besaran tenaga di mobil ini. Mesinnya masih berkode 4A91. Konfigurasi empat silinder 1,5 liter yang ditempelkan teknologi MIVEC. Transmisi CVT akan mengarahkan tenaga ke kedua roda depan.

Daya sebesar 103,5 hp akan muncul pada 6.000 rpm. Sementara torsi 141 Nm keluar di 4.000 rpm. Angka yang cukup masuk akal untuk sebuah mobil harian. Meski kadang kami rasa ini terlalu pas-pasan. Sepertinya masih ada ruang untuk peningkatan di bagian ini.

Transmisi mitsubishi

Transmisi CVT bekerja sebagaimana mestinya. Halus. Tapi karena ini CVT, jangan harap ada sensasi lemparan tenaga yang mendongkrak adrenalin. Segalanya berjalan dengan halus. Yang pasti, penerus daya ini mampu menahan putaran mesin, kala mendeteksi mobil dijalankan dengan agresif. Dan kami suka itu.

Hasilnya, meski CVT, tapi tenaga tidak terasa hampa. Ini menjadikan Mitsubishi Xpander Cross 2022 terasa responsif. Kami suka dengan mesin yang diusung ini. Dibanding versi lama, ada kemajuan yang signifikan.

Interior & Kenyamanan

Dashboard xpander cross

Kesan pertama kalau hanya melihat adalah, ini interiornya sama seperti Xpander biasa yang sudah ganti muka. Anda harus duduk di dalamnya, baru terasa kenapa Cross harus dihargai diatas Rp 300 juta.

Material kulit membungkus jok di ketiga baris dan beberapa bagian trim pintu dan dashboard. Namun kami kurang sreg dengan plastik motif karbon yang ada. Kalau boleh usul, warna piano black sepertinya akan makin membuat makin mewah. Atau sediakan saja opsi untuk dipilih.

Lompatan yang terlihat adalah penggunaan setir baru. Bukan baru-baru amat, karena ini sudah dipakai oleh Pajero Sport. Tombol pengaturan yang ada untuk mengatur MID dan audio serta cruise control. Selain itu, instrument cluster sekarang sudah berbentuk display digital berukuran 8-inci.

Instrument cluster mitsubishi

Tampilannya bisa disesuaikan dengan selera dan tampilan MID cukup lengkap mulai dari jarak tempuh, konsumsi BBM hingga aktivitas AYC (Active Yaw Control). Soal AYC, kami bahas di bawah.

Untuk fitur hiburan, ada layar sentuh multimedia 9-inci. Banyak hal yang ditampilkan di bagian ini. Mulai dari audio hingga kamera pantau 360 derajat. Bahkan pengaturan keterangan dan warna layar bisa diatur. Sudah bisa koneksi Apple carplay dan Android Auto juga, meski masih harus menggunakan kabel.

Jok Xpander 2022

Di bawahnya, pengaturan AC ditampilkan dalam format digital. Tapi tombolnya masih fisik. Ini yang kami suka. Mitsubishi juga menyediakan fasilitas wireless charger untuk mengisi ulang gadget Anda.

Pastinya, ruang penyimpanan berlimpah. Ini sudah jadi hal lumrah di Xpander. Glove box, kotak arm rest, cup holder hingga phone holder ada di mana-mana. Secara keseluruhan, interiornya menyenangkan.

Pengendalian & Pengendaraan

Mitsubishi Xpander Cross 2022

Patut diketahui, Mitsubishi mengatur ulang suspensi Xpander Cross. Dalam arti, mererka menggunakan peranti baru untuk menopang mobil. Diameter shockbreaker dan per diperbesar. Konon serupa dengan milik Pajero Sport.

Bisa jadi. Karena kami merasa Cross sekarang lebih rigid dari sebelumnya. Di jalan tol yang tidak rata, dengan kecepatan 100 km/jam terasa meyakinkan. Lari di bawah itu, rasanya keras. Bukan keras yang bikin mual. Perkiraan kami, bukan cuma shock dan per yang diubah. Tapi juga bushing pendukungnya.

Yang kami acungi dua jempol adalah caranya mobil ini menikung. Pernah kami ulas, Mitsubishi Xpander Cross dibekali Active Yaw Control untuk membantu performa handling. Dan memang terasa.

Larikan di kecepatan 40-50 km/jam, kemudian banting setir. Insting kami mengatakan pasti understeer (ban belok, mobil tetap lurus beberapa saat). Tapi ini tidak. Berkat AYC, sensor atau komputer akan mendeteksi kemana mobil belok, berapa kecepatannya dan ban mana yang harus dimaksimalkan traksinya. Supaya bisa berbelok lebih presisi dan cepat.

Kesimpulan

Rp 335.750.000 adalah harga Xpander Cross CVT yang kami coba. Di bawahnya, yang bertransmisi manual seharga Rp 309.950.000. Itu harga OTR DKI. Sepadan?

Kami bisa jawab, iya. Harganya cocok. Pertama, biarpun mesin masih sama tapi tambahan transmisi CVT dan fitur bantu berkendara AYC memberikan nilai lebih. Ingat, AYC jarang digunakan di produk mereka selain Lancer Evolution.

Interior yang dibalut kulit, kelegaan kabin serta fasilitas pendukung kenyamanan dan layar instrumen digital juga sebuah nilai tambah untuk cross over ini. Jadi, kami harus bilang suka terhadap mobil ini. Meski pastinya, ada saja yang harus ditingkatkan di beberapa area.

SMOTO TC-Max

Menguji SMOTO TC-MAX, Lifestyle Café Racer Berjantung Elektrik

Awal Oktober lalu, PT SMOTO Elektrik Indonesia secara resmi mengejutkan pasar otomotif Indonesia di segmen motor listrik. Ya, pemegang merek dan manufaktur sepeda motor listrik SMOTO ini mengundang kami saat meluncurkan dua varian motor listrik premium lifestyle pertamanya, yaitu SMOTO TC dan SMOTO TC-MAX.

Kami pun sadar bahwa desain vintage retro yang kental pada kedua produk SMOTO ini menjadi daya tarik tersendiri. Gaya ini berbeda dari kebanyakan motor listrik jaman sekarang yang itu-itu saja. Bisa dibilang jika SMOTO lebih memiliki aura ZERO Motorcycle buatan Amerika, gaya naked dengan hamparan cover menutupi baterai di bagian tengahnya. Terkesan berotot, namun elegan.

Rencananya dua varian SMOTO ini akan dirakit di fasilitas perakitan SMOTO di Tangerang, Banten, dengan luas sekitar 1.200 m2. Untuk tahap awal, SMOTO masih bekerjasama dengan mitra internasional demi menguatkan brand nya di Tanah Air, namun untuk jangka panjang mereka berharap bisa memproduksi SMOTO secara independent 100% di dalam negeri dan SMOTO menjadi sepenuhnya karya anak bangsa. Hmm…tentu akan menambah varian dengan harga terjangkau.

Mengenal SMOTO TC-Max

Nah, untuk memuaskan rasa penasaran, Kami pun menguji satu model SMOTO TC-Max untuk diajak beraktivitas harian selama beberapa hari. Dan hasilnya…? Bisa dikatakan memuaskan, meski ada beberapa hal yang masih harus ditingkatkan.

TC-Max adalah varian tertinggi saat ini di keluarga SMOTO. Desain vintage unik dengan gaya retro cafe racer nampak jelas dari tampilan lampu bulat, suspensi upside down, dan joknya. Gaya tangki dan cover body mengusung gaya modern. Uniknya, ruang dalam tangki itu hanya untuk meletakkan adaptor atau charger dari motor ini. Posisi baterainya berada di bawahnya, bisa ditarik keluar. Simple dan efisien.

Pengujian ini kami lakukan berdasarkan pemakaian harian saja. Destinasi hanya dari rumah menuju kantor. Dengan posisi baterai penuh dan menempuh jarak sekitar 4 kilometer, ada penurunan sebanyak 12 persen hingga stop di angka 88 persen dari posisi 100 persen. Cukup mengagetkan.

Speedometer Smoto

Menurut spesifikasinya, SMOTO TC-MAX ditanamkan dinamo motor High Central Power by Vmoto SOCO dengan jarak tempuh atau baterai terisi penuh, mampu menjelajah hingga jarak 110 kilometer. Oya, waktu isi daya AC berkisar 7 jam. Sedangkan waktu isi daya dengan arus DC hanya selama 30 menit saja.

Pengendaraan

Hantaran tenaganya menyenangkan, terasa ringan dan cepat untuk meraih angka 60 km/jam dengan mode berkendara di posisi ECO. Ada rasa tendangan torsi cukup kuat untuk mengejar laju kendaraan di depan, hanya saja terlimit di angka 60 km/jam tadi. Kami justru lebih menyukai mode NORMAL, karena tabiat pengendara harian di jalan raya yang dinamis dengan kecepatan 30 hingga 80 km/jam dengan kondisi lalu lintas normal.

SMOTO TC-Max ini mengandalkan drive-belt sebagai penyalur tenaga ke roda belakangnya. Ini berbeda dengan varian SMOTO TC yang mengandalkan hub langsung di roda belakang. Lalu TC Max kami coba di mode SPORT. Tendangan torsi makin terasa cepat dengan penguncian daya maksimum di kisaran 95-100 km/jam.

Intinya, tidak ada perubahan tenaga bawah disaat memilih mode berkendara. Sama-sama cepat. Hanya saja setiap pilihan mode ini berdampak pada kecepatan yang dibatasi. Meski begitu, semua pilihan mode ini juga berpengaruh pada kapasitas daya baterai yang lebih cepat tersedot jika memilih mode NORMAL maupun SPORT.

Suspensi belakang SMOTO TC max

Saat weekend, kami mengajak motor listrik ini Sunmori dari bilangan Cipete menuju Pasar Modern BSD di wilayah Tangsel. Dengan muatan baterai 100 persen, kami pun melaju di jalan non-tol dengan posisi mode ECO dengan kondisi lalu lintas terbilang sepi. Perjalanan santai dengan waktu 40 menit, kami sampai di tujuan dengan posisi baterai sekitar 68 persen.

Cukup normal, mengingat banyak jalur-jalur ajaib seperti jalan potong dengan kondisi aspal berantakan yang mengharuskan kami selalu memuntir gas dan melakukan pengereman terus menerus. Hingga saat kembali ke bilangan Cipete, kapasitas baterai motor listrik ini masih tersisa di angka 24 persen. Secara keseluruhan, jarak yang kami tempuh mencapai 55 kilometer. Total yang ditempuh hari itu adalah 123 km. 

Kekurangan

Suspensi upside down di kaki depan terus meredam bantingan cukup baik, dan single shock di belakang terbilang empuk. Sistem rem di tuas kiri dan kanan juga terbilang agresif untuk menjaga posisi pengereman dengan bantuan dua discbrake di kedua kakinya. Sementara untuk sisi ergonomis dari posisi duduk cukup menyenangkan. Pijakan kakinya tinggi, sehingga nyaman saat membawa motor ini untuk menikung secara agresif.

Bagasi Smoto TC-Max

Secara keseluruhan, SMOTO sukses membuat rasa penasaran kami reda dengan kenyamanan berkendaranya. Namun seperti yang kami sampaikan di atas, ada sedikit pertimbangan lain yang mungkin bisa menjadi masukan untuk produk SMOTO ke depannya.

Salah satunya adalah, penguncian stangnya yang berada di area shock depan, dan bukan di area kokpit. Sedikit menyusahkan dan kurang efektif karena motor ini sudah mengusung fitur keyless dengan tombol start/stop. Selain itu, remote pengunci juga terbilang merepotkan karena tersemat timer yang cepat untuk kembali mengunci sistem motor ini, dan langsung meneriakkan bunyi Alarm.

Akan Berhasil?

Untuk SMOTO TC-MAX, tersedia dengan warna Diamond Black dan dibanderol dengan harga Rp 98 juta on-the-road DKI Jakarta, termasuk tiga tahun garansi dinamo motor dan dua tahun garansi baterai. Ini jadi pertimbangan yang memberatkan. Harganya cukup mahal. 

Sementara versi TC dibekali  empat pilihan warna, yaitu Vintage Green, Khaki Yellow, Diamond Black dan Dark Sea Blue dan dibanderol dengan harga Rp 68 juta on-the-road DKI Jakarta, termasuk yang sama seperti di atas.

Diluar semua kekurangan dan kelebihannya, SMOTO sukses memberikan tolok ukur baru di segmen sepeda motor listrik premium lifestyle. Gaya modern retro yang diusung, akan menjadi pembeda dan nilai lebih yang patut ditonjolkan brand ini. 

BMW 220i Coupe

BMW 220i Coupe M Sport: Berusaha Untuk Disukai

BMW 220i Coupe M Sport, coupe entry level yang berusaha keras untuk meraih hati penggemarnya. Berhasil? 

Apa yang ada di hadapan kami adalah dilema. Ini mobil antik entry level di keluarganya, bernama BMW 220i Coupe yang harganya lebih dari Rp 1 miliar. Dilema karena harapan kami akan jatuh cinta lagi sama BMW sudah berhenti sejak era E46 (BMW 3-Series) dan seangkatannya. Setelah Chris Bangle memperkenalkan E65, pupus sudah rasa itu.

Kemudian kantor Motomobi yang sederhana ini disuguhi BMW 220i Coupe, dengan warna ungu gelap yang menggoda. Kami tidak pernah paham dengan BMW baru. Bagi kami BMW adalah Seri 3, 5, 7. Titik. Silahkan sebut kami old school, tua, pro status quo, dan sebagainya. Tapi preferensi pribadi kami begitu.

Tapi karena ini adalah tugas, ya sudah, bokong ini akhirnya duduk juga di bangku mobil coupe dua pintu yang rendah. Dengan usaha keras untuk menggeser ego pribadi serta mengeluarkan profesionalisme jurnalis otomotif. Berhasil?

Interior

Untuk menjawab berhasil atau tidak, perlu waktu. Tapi tidak perlu lama untuk paham ini interior BMW modern. Tapi yang membuat terkejut adalah segalanya mudah dipahami di mobil ini. Layar multimedia touch screen gampang dioperasikan karena fiturnya dipangkas. Tidak ada gesture control namun informasinya lengkap. Kenop iDrive juga serupa demikian. Meski kami agak kecewa dengan tombol-tombol plastik di sekitaran kenop itu. Rasanya kurang BMW.

Karena ini adalah 220i Coupe dengan trim M Sport, ada banyak hal yang menegaskan hal itu. Material jok kulit terasa berkualitas dengan imbuhan tab merah, biru dan biru muda. Tidak lupa, ambient light di pintu dengan trio warna tadi yang menyala. Dan ternyata tidak terlalu berlebihan juga.

Ini mobil sport, posisi duduk pasti rendah. Akan aneh kalau duduknya tinggi. Kompensasinya adalah untuk duduk perlu usaha lebih. Jok belakang hanya menampung dua orang. Anda paksakan tiga, yang duduk di tengah akan tersiksa. Karena di situ bukan jok. Akses ke baris belakang, meski minimalis, cukup mudah cukup tarik tuas sandaran kursi depan, maka joknya akan bergeser maju.

Stir berlogo M memiliki tombol-tombol yang lagi-lagi mudah dipahami. Tersedia untuk pengaturan multimedia dan cruise control. Satu hal yang kami sayangkan adalah absennya Adaptive Cruise Control (ACC). Memang ini statusnya entry level untuk deretan coupe Seri-2, tapi dengan harga diatas Rp 1 Milyar, cukup disayangkan. Hal lainnya sukses membuat kami suka dengan interior ini.

Eksterior

‘Perlu pemahaman’ lagi-lagi adalah satu hal yang kami harus ungkapkan. Bukan karena bentuk mobil ini aneh, tapi karena bentuknya lebih konservatif. Untuk memahami, latar belakangnya adalah, kami agak bingung dengan tim desain BMW yang dipimpin oleh Damagoj Dukej.

Ia jadi sasaran caci maki dari die hard fans BMW berkat desain grill pada M3 dan M4, Seri-4, iX, i4. Persis seperti Chris Bangle saat ia memperkenalkan BMW 7-Series E65 dengan bokongnya yang unik. Dan mendatangkan julukan Bangle’s Butt (bokongnya Bangle). Juga saat ia memperkenalkan BMW X5. 

Namun seiring berjalannya waktu (untuk kami perlu lebih lama) pasar mulai melunak. Bukan karena suka, tapi karena biasa melihat. Grill ‘tonggos’ juga begitu. Dukej Cs, tidak bergeming biar dicaci seperti apapun dan akhirnya semua jadi terbiasa.

Tapi tiba-tiba muncul 220i Coupe yang desainnya lebih konvensional. Perhatikan parasnya. Ada yang istimewa karena susah dipahami atau malah memukau? Tidak ada. Semuanya pas. Dan itu malah jadi bikin menarik. Kami suka bentuk begini.

Kidney grill kembali ke bentuk semula. Mirip seperti coupe klasik 507 atau mungkin Z4 lama?. Kap mesin yang panjang serta tekukan garis aerodinamika body yang tegas membuat mobil ini gagah dan tidak norak.

Imbuhan aksesoris body kit di sekeliling tubuh seperti menyuarakan kemampuan berlari mobil ini. Meski tidak menggunakan mesin besar. Ditambah pelek M berukuran 18 inci yang enak dilihat menjadi kakinya. Makin menarik perhatian penyuka mobil di jalanan.

Pengendaraan & Pengendalian

Ini yang penting. Tapi kami harus informasikan dulu bahwa mobil ini adalah gerak roda belakang. Jangan samakan dengan Seri-2 lain yang berformat pintu lebih banyak. Itu gerak roda depan. Makanya, rasa berkendaranya berbeda.

220i Coupe terasa lebih sporty dengan peredaman yang keras. Layaknya sebuah mobil sport. Kalau terlalu empuk, kami akan bertanya-tanya. Kompensasinya, di kecepatan tinggi terasa meyakinkan, dan melelahkan kalau melewati jalanan keriting di kecepatan rendah. Sayang, kekerasan peredaman ini tidak bisa diatur. Meski BMW menyediakan beberapa mode berkendara.

Bicara berkendara, ini salah satu mobil terbaik yang pernah kami coba. Terasa betul mobil menapak dengan yakin di berbagai permukaan jalanan aspal atau beton. Ban 225/45 di depan dan 255/40 di buritan memberikan cengkraman yang meyakinkan. Bahkan disaat jalanan basah setelah diguyur hujan. Pergerakan kemudinya terasa linear dan berisi untuk melakukan manuver di berbagai tingkat kecepatan.

Lontaran tenaga mesin empat silinder turbo yang diusung terasa berisi di setiap putaran. Torsinya sudah mulai memuncak sejak 1.300-an rpm hingga ke 4.000 rpm. Tenaganya 181 hp pada 6.500 rpm. Penghantarannya halus saat berada pada mode Normal. Mungkin terlalu halus untuk sebuah sports car. Minimnya suara mesin juga agak kurang mengurangi sensasi mengendarai mobil sport. Tapi kami tidak akan mengeluhkan hal itu.

Pada mode Sport, terasa karakter aslinya keluar. Transmisi dengan instan merespon setiap injakan pedal dengan akurat dan instan. Sesuatu yang biasa terjadi pada BMW modern dengan transmisi 8-speed otomatis dengan torque converter. Sekali lagi, meski memang begini seharusnya sebuah BMW, kami masih tetap merasakan kesenangan berkendara yang maksimal. 0-100 km/jam dicapai hanya dalam masa 7,7 detik. Satu hal lagi yang harus disampaikan adalah, meski dalam mode yang lebih agresif, mobil ini tidak liar meski dorongannya sangat terasa. 

Sebagus itu? Tentu ada kekurangannya. Ini terjadi justru di kondisi stop and go saat jalanan padat merayap menyayat hati. Rem terlalu sensitif sehingga proses berhenti kurang nyaman. Transmisi juga seperti kebingungan. Namun itu hanya terjadi kalau situasinya serba tanggung.

Kesimpulan

Saat mengemudikan 220i, tercetus pemikiran, ini mobil yang pas sebetulnya. Asalkan Anda tidak membandingkannya dengan mobil keluarga. Dimensi compact dengan panjang 4.537 mm, lebar 1.838 mm. Enak untuk berkelit di perkotaan. Dikombinasikan dengan lontaran tenaga yang meyakinkan, Anda akan percaya diri mengendarai mobil ini.

Belum lagi bentuk mobil sport dengan dua pintu selalu menarik perhatian. Dan tidak lupa fitur dan kelengkapan yang menyertainya. Memang, ada beberapa hal yang cukup disayangkan karena tidak ada. Adaptive Cruise Control contohnya. Namun apakah absennya fitur itu bisa ditoleransi? Untuk sebagian mungkin bisa. Bagi kami, dengan harga mobil sekitar Rp 1,268 milyar, agak sulit menerimanya.

Indra A