BMW E21

Mengenal BMW E21, Pionir Kesuksesan BMW Seri-3

BMW Seri 3, bisa jadi merupakan salah satu tulang punggung penjualan BMW selama puluhan tahun dan menjadi model yang memiliki penggemar yang banyak di pasar global. Perjalanan sejarah BMW Seri 3 bermula di bulan Juli 1975, ketika generasi pertama BMW Seri 3 (atau dikenal dengan kode bodi E21) diluncurkan di Olympiahalle, kota Munich, Jerman Barat. Lokasi ini dipilih karena berdekatan dengan markas BMW.

BMW E21 diperkenalkan ke pasar otomotif yang belum lama terkena dampak krisis minyak bumi pada tahun 1973. Harga bahan bakar minyak yang sempat melambung dan ketersediannya yang menipis, membuat banyak kalangan mampu yang menginginkan mobil lebih kompak, namun tidak kompromi dengan aspek kualitas dan kenikmatan berkendara.

Mobil ini didesain oleh Paul Bracq, seorang desainer yang namanya melesat ketika banyak terlibat dalam Mercedes-Benz di era 1960an. Memasuki tahun 1970, Paul Bracq ditunjuk oleh BMW sebagai Design Director, menggantikan Wilhelm Hofmeister. Di tangan Braq, E21 memiliki pionir dalam aspek teknis maupun estetis, sehingga semakin memperkuat identitas BMW di pasar otomotif global.

BMW E21 Sebagai Pengganti 2002

Setelah kehadiran BMW model 02 di keluarga Neue Klasse (sedan kelas menengah yang mengisi gap antara Isseta dan BMW berukuran besar) di tahun 1960an, E21 semakin mengukuhkan konsep mobil sedan 2 pintu yang sporty. BMW E21 menjadi mobil baru dengan dimensi lebih besar dibandingkan 2002 yang digantikannya. Walaupun perbedaan ukurannya hanya dalam hitungan beberapa sentimeter saja.

Dengan wheelbase yang lebih panjang dan sumbu roda yang lebih lebar, BMW E21 langsung terlihat bongsor dibandingkan BMW 02. Deretan opsi mesin yang disediakan oleh BMW untuk E21, langsung merepresentasikan karakter kedinamisan berkendara. Desain eksterior E21 memiliki identitas grille depan mirip moncong ikan hiu, yang sebelumnya telah diterapkan pada BMW Seri 5 generasi pertama atau E12.

Siluet bodi samping  memiliki garis tegas yang membentang dari depan hingga belakang. Ciri khas lekukan Hofmeister kink di kaca samping belakang tak lupa diterapkan.

Untuk membedakan E21 versi entry-level dengan versi di atasnya, cukup dilihat dari lampu depan. Jika menggunakan single headlamp, maka kemungkinan adalah 315, 316, 318, atau 318i. Sedangkan model twin headlamp ialah 320/4, 320i, 320/6, maupun 323i. Sedangkan bentuk lampu belakangnya memperlihatkan aspek efisiensi dan kesederhanaan desain. 

Mantan Atlet Sirkuit

BMW E21 juga membawa konsep yang akhirnya banyak diterapkan oleh mobil lain dari beragam pabrikan, yaitu bentuk dashboard dan console tengah model driver-oriented. Desain ini tentu memudahkan pengemudi untuk menjangkau beragam tombol maupun tuas kontrol saat berkendara.

E21 dipasarkan dengan sejumlah pilihan mesin, mulai dari 1.6 liter (4 silinder), 1.8 liter (4 silinder), 2.0 liter (4 silinder maupun 6 silinder), dan 2.3 liter (6 silinder). Transmisinya pun ada beberapa pilihan, mulai varian otomatis 3-speed, manual 4-speed, dan 5-speed. Beberapa kunci kedinamisan berkendara E21 berasal dari suspensi independen di bagian depan dan belakang.

Aspek kedinamisan biasanya menjadi pilihan bagi penyuka mobil yang berkarakter sporty, selain performa mesin tentunya. Seperti BMW E21 320/4 tahun 1977 yang kami jumpai ini. Uniknya, mobil ini pernah menjadi ‘atlet’ sirkuit alias sering mengikuti event balap mobil retro selama tahun 2008 hingga 2010. Setelah pensiun balap, beberapa komponen kompetisinya masih terpasang, seiring dengan sejumlah aksesoris era 1980an.

Eksteriornya dilengkapi dengan spoiler depan buatan BBS, spoiler belakang buatan Foha, velg BBS RS  berdiameter 15 inci. Sedangkan interior tidak mengalami banyak ubahan, hanya setir M-Technic 1 dan shift knob alumunium yang menghiasi kabin. Untuk mesin, masih menggunakan unit M10B20 4 silinder 2.0 liter bawaan pabrik, tapi komponen kompetisi yang tetap terpasang ialah sepasang karburator Weber 45 DCOE dan camshaft Schrick berdurasi 304 derajat.

BMW E21 memang tidak dijual resmi di Indonesia, namun ada beberapa unit yang beredar pada akhir tahun 1970an hingga awal 1980an. Salah satunya termasuk 320/4 berwarna hijau ini. Hingga tahun 1983, E21 terjual sebanyak 1.364.039 di pasar global. Angka tersebut tentu menjadi indikator kesuksesan yang baik untuk generasi pertama dari sebuah model. E21 merupakan salah satu model BMW Seri 3 yang patut diapresiasi, bahkan kini layak untuk dikoleksi…

Toyota Kijang, Dibuat Untuk Indonesia Oleh Orang Indonesia

Tepat 45 tahun lalu Toyota Kijang resmi diluncurkan di Indonesia pada Kamis, 9 Juni 1977 di Hotel Hilton, Jakarta. Toyota Kijang lahir karena pemerintahan Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto, saat mengeluarkan Program Kendaraan Bermotor Niaga Serbaguna (KNBS) pada awal 1970. Tujuannya adalah menciptakan kendaraan niaga produksi dalam negeri dengan harga terjangkau sehingga bisa dibeli masyarakat banyak sebagai alat transportasi dan distribusi barang.

Toyota Kijang adalah model kendaraan niaga dan keluarga buatan Toyota yang merupakan kendaraan paling populer untuk kelas Minibus di Indonesia. Toyota Kijang hadir di Indonesia sejak tahun 1977 dan saat ini merupakan salah satu model yang diusung Toyota dan paling lekat di hati masyarakat Indonesia.

Kijang Buaya

Kijang generasi pertama diluncurkan pada tahun 1977. Generasi pertama ini menerapkan konsep pickup dengan bentuk kotak mendasar. Model ini sering dijuluki Kijang Buaya karena tutup kap mesinnya yang dapat dibuka sampai ke samping. Di model ini tingkat lokalisasi part dan komponen telah mencapai 19 persen. Mesinnya menggunakan tipe 3K 1.2 liter yang serupa dengan milik Toyota Corolla KE20 dan KE30.

Kijang Doyok

Toyota Kijang generasi II mulai dijual pada tahun 1981. Mobil dengan kode rangka KF20 ini akrab sebagai Kijang Doyok. Di model ini tingkat lokalisasi part dan komponen telah mencapai 30 persen. Seiring dengan populernya Kijang Doyok, maka mobil ini perlahan menjelma sebagai kendaraan keluarga serba guna (multi-purpose vehicle atau MPV) buatan PT Toyota Astra Motor (TAM). Mesinnya menggunakan tipe 4K 1.3 liter seperti milik Toyota Corolla DX.

Kijang Super

Kesuksesan Toyota Kijang semakin diperkuat dengan kehadiran generasi III ini memiliki bentuk lebih melengkung pada lekukannya sehingga tampak lebih modern. Di model ini tingkat lokalisasi part dan komponen telah mencapai 44 persen. Kijang Super yang diluncurkan pada tahun 1986 ini memperkenalkan terobosan terbaru dalam proses produksi, yakni teknologi full pressed body yang dapat mengurangi 2 hingga 5 kg dempul per mobil.

Kijang Super bermesin tipe 5K 1.5 liter hadir dalam dua versi yaitu sasis pendek (KF40) dan panjang (KF50). Fokus pemasaran dari Kijang Super ini juga mulai bergeser dari konsep niaga menjadi kendaraan keluarga. Di tahun 1992, Kijang Grand Extra hadir dengan teknologi Toyota Original Body yang menjadikannya sebagai minibus pertama dengan kualitas bodi bebas dempul setara sedan.

Ditunjang dengan perubahan interior seperti desain dashboard baru dan hadirnya AC double blower. Pada 1995, terdapat improvement dari Kijang sebelumnya, terutama pergantian tipe mesin menjadi 7K 1.8 liter. Dari segi eksterior juga dibedakan dengan hadirnya grille tegak.

Kijang generasi III ini juga berhasil mencetak sejarah pada tahun 1989 dimana terdapat peluncuran Kijang ke 200 ribu unit yang bertepatan dengan produksi Toyota ke 500 ribu unit. Seiring dengan perayaan Kemerdekaan ke-50 Indonesia di tahun 1995, Toyota membuat 50 unit Kijang khusus untuk aktivitas ‘Kijang Lintas Nusa’. Kijang dengan balutan warna putih mendapat corak-corak dan garis merah, berpawai berkeliling Indonesia dari kota ke kota, dan melakukan perjalanan dari Aceh sampai Larantuka, NTT. Konon, inilah varian Kijang paling langka.

Mobil bermesin BMW

5 Mobil Yang Ternyata Pakai Mesin BMW

Iya, BMW bukan cuma bikin mobil. Mereka juga terkadang ‘berbaik hati’ menyediakan mesin untuk pabrikan lain. Dan terpasang bukan di mobil sembarangan. Di bawah ini mobil-mobil yang ternyata menggunakan jasa BMW untuk melaju di jalanan. Baik aspal ataupun off road.

McLaren F1

Tahun 1994 saat McLaren mendesain sendiri mobilnya, dengan bantuan desainer Gordon Murray, mereka tidak punya mesin yang pas. Diliriklah BMW. Gayung bersambut, pabrikan Jerman ini menyediakan penggerak V12 6,1 liter. Sukses besar karena performanya juara. Tenaga 618 hp mendorong mobil ini untuk berakselerasi 0-100 km/jam dalam waktu tiga detik saja.

Mesin ini tercatat sebagai penggerak paling cepat tanpa bantuan turbo. McLaren F1 sendiri didaulat sebagai mobil paling kencang di dunia selama satu dekade. Sekarang, mungking banyak yang lebih kencang. Tapi tanpa McLaren F1 dan BMW V12, dunia otomotif sekarang pasti berbeda.

Land Rover Defender 2.8i

Ini mobil langka. Di Indonesia Land Rover Defender biasanya bermesin turbodiesel yang sangat bisa diandalkan. Defender 2.8i dibuat antara 1997 hingga 2001 dan kebanyakan untuk pasar Afrika Selatan. Mesin BMW M52 2,8 liter terpasang di moncongnya. Jantung mekanis yang sama bisa Anda temukan di BMW 528i E39.

Tersedia dalam bentuk Defender 90 dan 110, tenaga yang dihasilkan 192 hp dengan torsi puncak 280 Nm. Dipadukan dengan gerak 4×4, kami hanya bisa membayangkan rasanya seperti apa. Kenapa bisa ada mesin BMW di mobil Inggris ini? Jawabannya adalah, karena BMW di masa itu memegang saham Land Rover. Ya mudah saja kalau sudah begitu. Dan engineer di balik ‘kawin silang’ ini adalah Frank Isenberg. Anda mungkin tahu pak Frank sebagai pimpinan proyek BMW M2.

Bertone Freeclimber

Bentuknya familiar, kan? Ini adalah mobil yang komplit. Dibuat oleh pabrikan Jepang, didesain orang Italia dan mesinnya bikinan Jerman. Kurang apa lagi? Aslinya ini Daihatsu Rocky yang didesain ulang oleh perancang mobil Bertone, menggunakan mesin BMW. Pilihan mesinnya ada tiga: 2,0 dan 2,7 liter bensin. Tersedia juga versi 2,4 liter turbodiesel yang hanya dijual di Perancis.

Freeclimber hadir dari 1989 hingga 1992 dalam dua generasi. Dan lumayan laris. Tercatat lebih dari 2.500 unit terjual selama tiga tahun tersebut.Konon, mobil ini yang membuat BMW berpikir untuk terjun ke ranah SUV dengan X5.

Range Rover P38A

Lagi-lagi saat BMW masih memegang Land Rover. Range Rover P38A di Indonesia memang cukup populer sebagai mobil yang nyaman, mewah sekaligus punya mesin bensin V8 yang kurang bisa diandalkan. Mungkin ceritanya beda kalau masuk juga versi dieselnya.

Mesin turbodiesel ini yang dibuat oleh BMW. Tepatnya BMW M51 berkapasitas 2,5 liter dengan konfigurasi enam silinder segaris. Daya yang dihasilkan 136 hp dengan torsi 270 Nm.

Rolls Royce Phantom

Merek Rolls Royce mungkin bukan yang paling sukses. Itu sebelum BMW mengambil hak asuh merek Inggris ini. Hasilnya, lahir Phantom yang fenomenal. Segala yang ada di mobil ini ada campur tangan BMW-nya.

Mesin V12 yang digunakan memiliki kapasitas 6,7 liter dengan daya 460 hp. Inilah mobil yang membuat Rolls Royce kembali melambung dan terus naik pamornya hingga sekarang.

Bonus: Toyota Supra

Ya, ini pasti Anda sudah tahu. Tapi kenapa harus pakai mesin BMW B58? Kalau Anda mengikuti sepak terjang Toyota Supra, mobil sport ini selalu pakai mesin enam silinder. Seolah jadi pakem yang harus diikuti.

Nah, Toyota tidak punya waktu untuk mengembangkan mesin enam silinder segaris baru, setelah JZ tidak lagi dibuat. Mereka perlu partner untuk proyek Supra yang kehadirannya didesak dan dinanti penyukanya. Ya sudah, BMW mereka dekati untuk kerjasama. Hasilnya, mesin memakai B58, tapi platform digarap bersama.

BMW melahirkan Z4 generasi baru, Toyota jadi Supra. Pusat perakitannya sekalian. Toyota Supra dan BMW Z4 dibuat di pabrik yang sama di pusat perakitan Magna Styer di Austria.

Ford Escape V6_1

Ford Escape V6, Solusi Tampil Beda Bagi Penyuka SUV Medium

Kebutuhan kendaraan Sport Utility Vehicle (SUV) tidak pernah surut dari tahun ke tahun. Memiliki sebuah SUV memang punya kelebihan tersendiri, mulai dari sosoknya yang gagah, posisi mengemudi dengan visibilitas yang cukup oke, hingga ground clearance tinggi. Kali ini kami berkesempatan untuk mencoba sebuah SUV medium yang mulai jarang terlihat di jalan, yakni Ford Escape generasi pertama.

Ford Escape dikembangkan dan dirilis bersama dengan Mazda. Jika Escape adalah nama yang diberikan oleh Ford, maka Tribute merupakan nama yang dipakai oleh Mazda. Walaupun Escape dan Tribute memiliki basis monokok sama yang dibangun dari platform Ford CD2 (berdasarkan platform Mazda GF), tapi panel yang saling berbagai untuk kedua kendaraan itu hanya atap dan lantai.

Escape mulai dipasarkan oleh Ford untuk pasar global sejak tahun 2000, namun baru masuk ke Indonesia pada Oktober 2002 melalui PT. Ford Motor Indonesia. Ford Escape sempat menarik perhatian bagi pecinta SUV karena memiliki desain gagah dan tidak melupakan aspek kenyamanan. Untuk pasar tanah air, ada beberapa varian mesin bensin, yakni 4-silinder Zetec 2.0 liter (kemudian digantikan oleh Duratec 23 2.3 liter pada tahun 2004) dan V6 Duratec 30 3.0 liter.

Unit Ford Escape generasi pertama yang kami ulas ini ialah varian V6 bertransmisi otomatis 4-speed dan memiliki sistem penggerak empat roda. Meski sudah menganut desain yang tidak terlalu banyak sudut tajam, namun tetap saja ada beberapa ciri khas mobil Amerika tetap melekat. Sebut saja bentuk lampu depan dan belakang, dan tentunya tuas transmisi otomatis yang berada di kolom setir.

Khusus pada varian V6 ini, pemiliknya dimanjakan dengan kenyamanan kabin, karena material kulit melapisi seluruh jok dan lingkar setir. Tak ketinggalan, ada sunroof yang bertengger di bagian atap. Tampilan bodinya cukup macho dengan desain yang tidak terlalu bongsor. Ground clearance yang tidak terlalu tinggi, membuat Ford Escape mampu melaju di jalanan yang kurang mulus dan bergelombang, tanpa harus kompromi dengan kenyamanan.

Sistem penggerak empat roda ControlTrac II memang hanya tersedia di Indonesia melalui varian V6. Sistem ini memakai viscous coupling untuk menggantikan peran center differential pada kendaraan four-wheel drive. Pola kerja sistem ControlTrac II ialah membagi output mesin menuju keempat roda sesuai keadaan permukaan jalan.

Jika dalam keadaan normal, roda depan ‘kebagian’ porsi lebih banyak. Namun, ketika mulai menunjukkan gejala selip, maka viscous coupling mulai ‘membagi jatah’ torsi menuju ban belakang secara progresif. Sehingga keempat roda mendapat traksi yang ideal. Lebih lanjut, ada mechanical lock untuk sistem penggerak empat roda ini. Pengemudi dapat mengaktifkan fitur ini saat mobil dalam kondisi diam maupun ketika melaju hingga maksimal 90 km/jam.

Mesin V6 Duratec 30 memiliki tenaga mencapai 201 hp dan torsi puncaknya adalah 266 Nm. Mesin ini sebenarnya tidak ‘cengeng’, asalkan dirawat dengan baik. Namun ada beberapa hal pada bagian mesin V6 ini yang harus diperhatikan. Mulai dari rantai timing, gejala overheat, sektor pengapian, hingga konsumsi oli mesin. Karena usianya sudah lebih dari 10 tahun, maka bengkel spesialis Ford menjadi solusi yang tepat untuk merawat mobil ini.

Oli transmisi otomatis (atau ATF) juga harus diganti secara berkala, sebagai kunci utama keawetan usia transmisi Ford Escape V6. Sedangkan beberapa kendala yang biasanya ditemui pada sistem penggerak empat roda ialah di bagian sambungan as kopel menuju gardan serta as roda. Sedangkan untuk kaki-kaki, jarang ditemui masalah berarti.

Berbekal mesin 3.0 liter dengan kompresi 10:1, Ford Escape V6 dalam kondisi prima memiliki potensi untuk berakselerasi 0-100 km/jam dalam tempo 10 detik saja. Asyik juga kalau diajak buru-buru, apalagi keempat ‘kakinya’ berpijak di permukaan jalan. Kesimpulannya, Ford Escape V6 menjadi salah satu pilihan oke buat Anda yang ingin sebuah SUV medium dengan tampilan berbeda. Terlebih lagi memakai mesin 6 silinder dan berpenggerak empat roda. Siapa tahu Anda jadi senang ‘blusukan’…

Broom Luncurkan Buyback

Broom Padukan Akses Finansial dan Manajemen Inventori Showroom Mobil Bekas

Broom suguhkan solusi fleksibel bagi para pemilik showroom mobil bekas.

Keterbatasan akses finansial dan manajemen inventori adalah beberapa masalah utama yang dihadapi oleh bisnis konvensional seperti seperti showroom mobil bekas untuk mengembangkan bisnisnya secara optimalnya. Hal tersebut menjadi motivasi bagi Broom, sebuah perusahaan rintisan (startup) otomotif, untuk membuat inovasi berbasis aplikasi dalam membantu aktivitas para pemilik showroom mobil bekas di Tanah Air.

Produk Buyback dari Broom merupakan layanan penjualan mobil sementara dengan opsi pembelian kembali bagi showroom mobil bekas sebagai solusi perputaran stok inventori. Produk Buyback memungkinkan showroom mobil bekas mendapatkan sumber dana dan pendapatan yang lebih baik melalui pemanfaatan stok inventori yang biasanya menumpuk.

Dengan menjual sementara kendaraan yang ada di inventori mereka, showroom dapat membeli stok mobil lainnya yang sesuai dengan minat atau kebutuhan terkini pasar. Skema ini memungkinkan showroom melakukan usaha yang lebih fleksibel, cepat, dan efisien. Selanjutnya, Buyback memperbolehkan showroom membeli kembali kendaraan bekas yang telah dijual sebelumnya sesuai waktu yang diinginkan.

Karena berbasis hubungan jual-beli, layanan Buyback dapat diakses semua kalangan showroom mobil bekas. Bukan hanya itu, produk Buyback ini juga menawarkan fleksibilitas di sisi durasi pembelian kembali serta jenis dan umur kendaraan yang dapat mengikuti layanan ini. Showroom dapat memilih durasi pembelian kembali dengan opsi mingguan maupun bulanan, yang sebelumnya telah disepakati bersama.

Aplikasi broom.id sebagai platform manajemen showroom

“Dengan hadirnya produk Buyback ini, Broom berharap dapat memberikan solusi fleksibel bagi para pemilik showroom untuk memaksimalkan potensi sumber daya serta dan cash flow untuk mengembangkan bisnis mereka,” ungkap CEO & Co-Founder Broom, Pandu Adi Laras.

Lebih lanjut, diluncurkan pula aplikasi broom.id yang ditujukan bagi pemilik showroom mobil bekas untuk mempermudah pengajuan Buyback yang selama ini dilakukan melalui situs broom.id. Aplikasi ini juga dapat digunakan sebagai platform manajemen showroom dan inventori kendaraan secara digital, langsung dari smartphone masing-masing.

“Melalui aplikasi ini, maka pengguna dapat mudah melakukan operasional bisnis showroom dan mengakses fitur serta layanan Broom. Pengguna dapat melakukan registrasi serta verifikasi showroom, dan kendaraan secara otomatis, mengajukan Buyback, serta memonitor bisnis mereka dari mana saja dan kapan saja. Kami berharap dapat meningkatkan kepuasan dan kenyamanan showroom pengguna sekaligus meningkatkan produktivitas showroom,” imbuh COO Broom, Claussen Sindhuwinata.

Perusahaan rintisan ini berdiri pada bulan Juni 2021 dengan lima showroom sebagai konsumen pertamanya. Sejak itu, Broom telah berkembang pesat dan telah membantu lebih dari 3.000 showroom yang tersebar di area Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Surabaya.

Toyota Previa 2007

Toyota Previa, Untuk Anda Yang Bosan Lihat Alphard

MPV ini bisa jadi pilihan menarik selain Toyota Alphard untuk mereka yang berjiwa muda.

Ini merupakan mobil yang cukup jarang di Indonesia. Namanya Toyota Previa. Atau dikenal juga dengan nama Toyota Estima di Jepang dan Tarago di Australia. Previa sendiri diposisikan di bawah Toyota Alphard sebagai mobil keluarga yang fungsional.

Sedikit sejarah, Toyota Previa/Estima lahir pertama Januari 1990. Bentuknya benar-benar MPV. Tidak ada lekukan yang tidak perlu. Lengkung atapnya seperti dibuat dalam satu kali tarikan pensil dari depan hingga belakang. Bentuknya aerodinamis, punya lebar 1.800 mm dan panjangnya 4.750 mm. Wheelbase 2.865 mm. Besar, kan? Pintunya sudah sliding door, tapi hanya sebelah. Di bagian kiri. Sesuai dengan jamannya.

Mesinnya ada tiga pilihan. Dua mesin bensin dengan kapasitas 2,4 liter. Salah satunya diimbuhi supercharger. Lalu satu mesin turbo diesel 2,2 liter. Ketiganya diposisikan di bawah kursi depan. Hampir jadi mesin tidur karena dimiringkan hingga 75 derajat supaya muat. Penggeraknya RWD atau AWD. Mobil ini terakhir diproduksi Desember 1999. Beberapa sempat dijual di Indonesia melalui importir umum.

Lalu generasi kedua (XR30) lahir Januari 2000. Ini yang banyak masuk ke Indonesia. Namanya masih sama, Previa untuk pasar luar Jepang, Estima di tanah kelahirannya dan Tarago di Australia.

Dimensinya membesar? Tidak juga. Panjang sama, lebar jadi 1.790 mm tinggi 1.745 mm. Tapi wheelbase-nya memanjang jadi 2.900 mm. Selain itu, Previa berubah jadi gerak roda depan, sembari tetap memberikan opsi AWD. Kenapa? Karena Toyota menggunakan sedan gerak roda depan Camry sebagai basisnya.

Mesin yang terpasang 2AZ 4-silinder berkapasitas 2,4 liter atau 1MZ berkonfigurasi V6. Keduanya bisa ditemukan juga di Toyota Camry. Dan Alphard seangkatannya yang juga menggunakan Camry sebagai platform. Di generasi ini pertama kalinya ada Previa Hybrid. XR30 tutup produksi akhir tahun 2005.

Lalu muncul generasi ketiga (XR50) seperti yang Anda lihat di sini. Toyota PRevia XR50 muncul pertama Januari 2006. Dibuat hingga akhir 2019 dan belum ada gantinya. Perubahannya cukup signifikan meski secara mendasar, bentuknya tetap mempertahankan garis desain ‘satu tarikan’ seperti sebelumnya. Panjang 4.795 mm, lebar 1.800 mm, tinggi 1.750 mm. Wheelbase makin panjang jadi 2.950 mm.

Platform-nya bernama New MC Platform. Serupa dengan Harrier, Alphard, Prius (gen. 3) dan sebagainya. Jadi, kalau Anda ingin punya mobil ini, mesin masih sama dengan Camry empat silinder (2AZ-FE) atau V6 dengan kode 2GR-FE berkapasitas 3,5 liter. Kaki-kakinya mirip dengan Toyota Alphard AH20, alias Alphard generasi kedua.

Toyota Previa di halaman ini mengusung mesin 2,4 liter empat silinder dengan transmisi otomatis 4-speed. Harus kami sebut karena mulai tahun 2010 akhir, transmisinya sudah CVT.

Sebagian Toyota Previa, masuk melalui jalur importir umum. Namun Toyota Astra Motor juga pernah memboyong secara resmi meski tidak lama. Sepertinya, Previa kalah pamor oleh Alphard yang sejak 2004 memantapkan status sebagai mobil ‘orang berhasil’.

Belakangan nama Previa mulai menanjak lagi. Terutama untuk mereka yang mencari mobil keluarga yang fungsional. Tapi melihat Alphard sebagai mobil yang terlalu besar. Atau mobil orang tua. Tidak salah, karena Previa memberikan semua yang ada di Alphard, dengan desain yang cocok untuk keluarga muda.

Kabin Toyota Previa

Yang Anda lihat di sini adalah Toyota Previa 2007. Punya pintu geser elektrik di kedua sisi. Panoramic roof di tengah serta sunroof di depan. Jok baris kedua bisa maju-mundur dengan leluasa tanpa mengorbankan ruang kaki deret ketiga. Ada foot rest pula. Dan sandaran tangan. Jok depan diatur secara elektrik.

Konsol tengah antara pengemudi dan penumpang depan bisa juga bisa maju dan mundur untuk menyesuaikan kebutuhan. Tidak lupa baris ketiga bisa menampung orang dewasa dengan semestinya.

Bagaimana dengan bagasi? Tegakkan semua baris, dan Anda masih diberikan ruang untuk tiga koper kecil plus barang lainnya. Praktis. Yang kurang oke adalah cara pelipatan kursi paling belakang yang agak rumit. Banyak tuas yang harus ditarik.

Ruang penyimpanan ada banyak. Benar-benar banyak. Di dashboard ada tiga laci. Termasuk satu di depan pengemudi. Konsol tengah tadi masih tersedia laci di bawahnya. Cup holder di bawah head unit untuk dua gelas, asbak. Di pintu depan belakang ada ruang penyimpanan plus bottle holder. Juga di baris ketiga. Tapi belum ada power outlet selain di dashboard depan.

Pengendaraan

Di balik kemudi, Anda akan merasa familiar. Secara mengejutkan, mobil ini terasa berbeda dengan mobil Toyota modern lain. Genggaman kemudi terasa kecil, perputarannya tidak terlalu ringan. Sehingga tidak terasa kosong.

Kaki-kaki senyap adalah wajib untuk sebuah MPV premium. Dan itu bisa disuguhkan dengan baik. Namun usia memang tidak bisa berbohong. Pintu geser mengeluarkan sedikit bunyi saat melewati jalanan tidak rata.

Kestabilannya juga cukup baik, mengingat ini mobil tinggi. Namun platform monokok dan kaki-kaki yang sehat membuatnya meyakinkan untuk bermanuver.

Posisi mesin yang jauh di depan dan firewall tebal, membuat teriakan mesin teredam dengan baik. Akselerasinya juga bisa dibilang mumpuni untuk sebuah mobil MPV. Kami menguji mobil ini dengan mengangkut tujuh orang menuju dari Jakarta ke Bandung pulang pergi. TIdak ada yang mengeluh.

Konsumsi BBM yang kurang oke. Antara karena ini mobil dengan kapasitas mesin besar, kaki kami yang kurang lihai, muatan penuh atau memang boros. Tercatat 11,2 km/liter untuk rute pulang pergi tadi.

Fitur

Fitur kenyamanan didukung oleh CD player double DIN di depan. Ada juga monitor plafon yang bisa terlipat saat tidak dipakai. Untuk pengemudi, tersedia cruise control tapi jangan berharap ada kemampuan adaptive. Itu tersedia di Previa generasi tiga tahun muda (2013 keatas).

Lampu depannya sudah dibekali HID dengan proyektor. Yang unik, ada fitur pengaturan sorot secara otomatis. Anda belok kiri, lampu akan menyesuaikan, demikian juga ke arah sebaliknya. Untuk memastikan kualitas sorotan, ada wiper lampu.

Menarik Untuk Dibeli?

Tentu. Punya budget kurang dari Rp 200 jutaan untuk mobil bekas? Ini bisa jadi pertimbangan. Apalagi kalau bosan lihat Alphard. Pengaturan kursi kurang lebih serupa dengan MPV bongsor itu. Bagasi dan kabinnya luas.

Mesin memang serupa dengan Toyota Camry yang seangkatan (XV40) tapi kakinya lebih mirip dengan Alphard. Dan itulah yang bisa jadi ganjalan. Suku cadangnya lebih mahal dari Toyota kebanyakan.

Secara keseluruhan, mobil ini sangat layak dipinang. Apalagi kalau Anda penyuka mobil impor langsung dari Jepang. Praktis, mesin oke, daya angkut dan kenyamanan patut diacungi jempol. Dengan catatan, Anda mendapatkan mobil Previa bekas yang sehat. Hati-hati dalam membeli mobil bekas.

Inilah Keuntungan Beli Mobkas Dengan Layanan Otospector!

Otospector berkolaborasi bersama Bursa Otomotif Jakarta dan showroom Anugerah Motor Garage siap memberikan edukasi kepada konsumen seputar mobil bekas.

Sudah saatnya Anda merasa aman dan nyaman ketika ingin membeli dan memiliki mobil bekas di wilayah Jakarta Utara. Dicksen selaku Pengelola Bursa Otomotif Jakarta menjelaskan: “Membeli mobil bekas juga harus perhatikan berbagai hal selain memperhatikan jenis dan fungsi dari kendaraan, sebaiknya juga sesuaikan dengan kebutuhan. Bursa Otomotif Jakarta hadir untuk memenuhi kebutuhan pangsa mobil bekas khususnya untuk konsumen di wilayah Jakarta Utara.”

OTOSPECTOR

Otospector berada dibawah naungan PT Otospector Global Indonesia. Pada tahun 2016, Otospector hanya menawarkan satu layanan yaitu inspeksi mobil bekas. Seiring perkembangan usaha dan permintaan konsumen, akhirnya layanan garansi mobil bekas disuguhkan pada tahun 2018.

Awalnya jangka waktu garansi hanya 1 bulan saja. Namun, melihat minat konsumen terhadap produk ini akhirnya produk garansi berlaku hingga 1 tahun. Bahkan di tahun 2021, dengan makin banyaknya showroom mobil bekas rekanan, Otospector meluncurkan used car marketplace bernama OTOS yang bertujuan membantu penjualan showroom rekanan dan mempermudah konsumen membeli mobil bekas yang lulus inspeksi dan bergaransi.

Saat ini ada 4 program garansi Otospector:
1. Paket Garansi Silver – paket garansi jangka waktu 30 hari
2. Paket Garansi Gold – paket garansi jangka waktu 90 hari
3. Paket Garansi Gold Plus – paket garansi jangka waktu 1 tahun
4. Paket Garansi Platinum – paket garansi jangka waktu 1 tahun

Paket garansi tersebut menjamin perbaikan mesin dan transmisi mobil. Makin lama garansinya, makin lengkap komponen yang dijamin. Garansi 1 bulan dengan total klaim Rp 5 juta, sementara garansi jangan waktu 1 tahun, total klaim mencapai Rp 50 juta.

Khusus untuk garansi 1 tahun, Otospector juga memberikan layanan darurat 24 jam gratis dan tidak terbatas selama masa garansi aktif, mencakup dibawah ini:

1. Ganti Ban Serep – Penggantian ban bocor atau pecah dengan ban cadangan
2. Layanan Derek – Penarikan kendaraan ke bengkel rekanan Otospector terdekat
3. Jumper Aki – Menyalakan mesin dengan bantuan jumper saat mobil tidak bisa hidup
4. Pengantaran Bensin – Penambahan bahan bakar saat kehabisan bahan bakar (gratis 5 liter)

Mitra lebih dari 500 showroom

“Keunggulan Otospector yakni kami memiliki pengalaman layanan inspeksi dan garansi mobil bekas. Sejak 2016 silam, kami telah menginspeksi dan memberikan garansi lebih dari 60 ribu mobil. Kami memiliki track record yang baik dan terpercaya. Saat ini Otospector memiliki partner lebih dari 500 showroom pada Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya,” bangga Jeffrey.

Bagi Anda yang ingin memiliki mobil bekas, Otospector menggelar promo khusus yaitu free layanan darurat 24 jam tidak terbatas untuk garansi 1 tahun dan untuk program paket garansi Platinum akan mendapatkan voucher ganti oli sebesar Rp 250 ribu.

 

Otospector Tawarkan Layanan Inspeksi Mobkas Terbaik Bergaransi

Otospector memiliki pengalaman layanan inspeksi dan garansi mobil bekas.

Segmen pasar mobil bekas di Tanah Air mulai terlihat membaik pada tahun 2022. Hal ini berimbas terhadap permintaan konsumen terhadap mobil bekas yang mulai meningkat. Untuk mendorong perkembangan ini, Otospector, pionir platform layanan inspeksi dan garansi mobil bekas di Indonesia berkolaborasi bersama Bursa Otomotif Jakarta (BOJ) dan showroom Anugerah Motor Garage (AMG) selaku dealer rekanan Otospector, menggelar acara edukasi tentang pentingnya memilih mobil bekas bergaransi.

“Hal mendasar bagi Otospector untuk fokus pada industri mobil bekas adalah visi dan misi kami yang ingin membuat jual beli mobil bekas di Indonesia menjadi lebih aman dan nyaman,” buka Jeffrey Andika selaku Founder dan CEO Otospector saat Media Press Conference di Bursa Otomotif Jakarta, Mangga Dua Square, Jakarta Utara pada hari ini, Senin (17/10).

“Alasannya karena kita tidak pernah tahu riwayat pemakaian mobil bekas dari pemilik sebelumnya seperti apa. Meski sudah dicek detail sebelum membeli, tetapi banyak komponen internal mesin yang tidak mungkin dibongkar pada saat pengecekan,” tambah Jeffrey.

“Keunggulan Otospector yakni kami memiliki pengalaman layanan inspeksi dan garansi mobil bekas. Sejak 2016 silam, kami telah menginspeksi dan memberikan garansi lebih dari 60 ribu mobil. Kami memiliki track record yang baik dan terpercaya. Saat ini Otospector memiliki partner lebih dari 500 showroom pada Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya,” paparnya.

Ada layanan Customer Care 24 jam dan gratis inspeksi 

Garansi Otospector juga menyediakan layanan Customer Care 24 jam dan gratis inspeksi yang siap membantu mobil yang bergaransi. Menariknya lagi, layanan customer care ini dilengkapi juga dengan Layanan Darurat 24 jam yang meliputi layanan derek, penggantian ban serep, jumper aki dan pengisian bensin saat mobil kehabisan bahan bakar.

Andreas, selaku pemilik showroom Anugerah Motor Garage turut menjelaskan bahwa line-up mobil bekas yang dihadirkan dipastikan jaminan mobil yang terbaik. “Tidak bekas tabrak, tidak bekas banjir dan kilometer tidak ada rekayasa. Fasilitas yang diberikan seperti garansi transmisi dan beberapa komponen lain hingga 2 tahun garansi dari Otospector,” promo Andreas.

 

 

 

Nissan xtrail

Nissan X-Trail 2.0 Bekas, Mobil Yang Mengejutkan

Nissan X-Trail 2.0 CVT tahun ‘lama’ sepertinya bisa untuk dipertimbangkan kalau sedang cari mobil bekas.

Bicara Nissan X-Trail 2.0 atau 2.5, tidak bisa lepas dari booming mobil-mobil SUV di Indonesia pada awal 2000-an. Setelah Honda CR-V generasi satu muncul, semua baru sadar, ternyata ‘jip’ pun bisa nyaman.

X-Trail juga demikian. Saat T30 (X-Trail pertama) muncul, Nissan mengeruk banyak keuntungan karena mobilnya laku. Makanya tidak heran kalau penjualannya diteruskan hingga generasi sekarang.

Khusus Nissan X-Trail 2.0 generasi kedua (T31) yang Anda lihat di sini, didaulat untuk melanjutkan kesuksesan generasi sebelumnya. Muncul pertama kali tahun 2009. Makanya, Nissan seperti lebih konservatif dalam menentukan desain. Bentuknya tidak terlalu beda dengan T30, hanya saja terlihat lebih tegas alias mengotak.

Bentuk ini banyak yang suka, ada juga yang mencibir karena terlalu mirip dengan versi sebelumnya. Tapi jujur, bentuk ini memang bukan favorit kami, tapi cukup menarik. Karena yang ada di laman ini adalah versi X-Trail 2.0 standar, fitur eksteriornya bukan yang paling menarik. Tapi, kelengkapannya patut diacungi jempol.

Lampu depan sudah dilengkapi Xenon dengan proyektor, tapi lampu jauh halogen. Lampu belakangnya juga masih halogen. Di atap sudah dipersiapkan rail, siapa tahu Anda perlu mengusung roof rack untuk tambahan kapasitas angkut.

Bagian kaki dilengkapi dengan pelek ukuran 17 inci. Cukup besar untuk di kelasnya, waktu itu. Dimensinya juga cukup masuk akal. Panjang 4.630 mm, lebar 1.795 mm dan tinggi 1.698 mm dengan wheelbase 2.629 mm. Ground clearance mencapai 200 mm. Artinya, kelegaan kabin cukup terjamin, dan penggunaan berkendara yang fleksibel untuk melibas beragam medan.

Kabin Nissan X-Trail T31

Yang pasti, karena ini adalah bukan varian tertinggi, Nissan membekalinya dengan jok berbungkus bahan kain (fabric). Namun kami kagum dengan apa yang ditawarkan oleh mobil ini.

Sesuai dugaan, kabinnya lega. Tidak peduli di mana pun Anda duduk, ruang kaki dan kepala lega. Asal jangan duduk di bagasi. Tidak ada kursi di situ. Yang ada adalah ruang penyimpanan barang yang luas. Belum lagi tambahan kompartemen di bawah lantai bagasi. Bayangkan kalau Anda pasangkan juga roof rack.

Kenyamanan didukung oleh AC di depan dan belakang. Cup holder tersedia di depan kanan kiri serta di belakang konsol tengah untuk baris kedua. Spion samping elektrik namun pelipatannya masih manual. Juga, jangan bayangkan layar multimedia. Ini masih mengandalkan tape yang bisa memutar CD. Tapi, kami cukup terkejut karena sudah tidak ada kunci untuk menghidupkan mobil. Ya, sudah keyless.

Pengaturan kursi sudah elektrik, tapi tidak ada pengatur ketinggian jok. Cukup disayangkan karena posisi duduknya agak rendah. Namun Anda masih bisa melihat pojok-pojok kap mesin. Bagian atas dashboardnya dilapisi material empuk, meski bagian lainnya plastik keras. Cukup menyenangkan. Kami juga salut dengan kualitas material Nissan X-Trail 2.0 ini. Setelah 12 tahun, namun masih tetap terlihat rapat dan kokoh.

Di sisi pengendara, instrument cluster kombinasi analog dan digital terpampang dengan jelas. Selain speedometer dan tachometer (indikator putaran mesin) MID menyajikan informasi berkendara yang lengkap. Ada jarak tempuh, suhu luar, konsumsi BBM, kecepatan rata-rata hingga posisi perseneling. Untuk sebuah varian standar, X-Trail 2.0 ini banyak memiliki nilai lebih.

Mesin & Transmisi

Nissan X-Trail 2.0 dibekali mesin MR20DE dengan kapasitas 1.997 cc. Saat baru, tenaganya 137 hp, dengan torsi 198 Nm. Cukup responsif, dan halus. Meski tidak terlalu istimewa. Transmisi CVT melengkapi penyaluran daya ke roda depan. Sebetulnya, Nissan juga mengeluarkan versi 2.0 bertransmisi manual. Sedangkan X-Trail versi 2.5, hanya dibekali pilihan transmisi CVT.

Pengendaliannya didukung oleh sistem kemudi dengan electric power steering. Sementara untuk kestabilan, kaki depan X-Trail dibekali MacPherson Strut dengan stabilizer. Suspensi buritan menggunakan multi-link. Sebuah resep jitu untuk kestabilan sekaligus kenyamanan.

Yang juga kami rasakan adalah, meski ini mobil tinggi, tapi manuvernya terasa meyakinkan. Terutama di belokan bersudut minimalis seperti yang biasa ditemukan di tol. Ini lebih kepada faktor engineering yang bagus. Geometri suspensi dihitung dengan baik dan tidak lupa posisi mesin yang agak rendah membuat titik gravitasinya juga rendah. Jadi tidak limbung. 

Rasa performanya tidak terlalu istimewa. Untuk yang sering buru-buru, mungkin lebih baik cari yang 2.5. Pada varian bawah ini, mesin seperti bekerja keras memberikan informasi kepada CVT agar menyesuaikan. Responnya lambat. Meski begitu, kami rasa ini cocok untuk berkendara jarak jauh dengan santai.

Kesimpulan

Nissan X-Trail 2.0 CVT cukup menjanjikan untuk penggunaan harian atau jarak jauh. Kelengkapannya patut diacungi jempol. Kabin kedap, suspensi empuk. Yang jadi penghalang adalah kemampuan CVT untuk menyalurkan daya.

Secara keseluruhan, kami suka mobil ini. Dan bisa jadi pilihan kalau Anda sedang mencari SUV bekas. Di pasar mobil bekas online, rentang harganya adalah Rp 100 sampai 120 jutaan. Tergantung kondisi.

Toyota Sienta 2016

Mau Beli Toyota Sienta Bekas? Pahami Dulu Mobilnya

Toyota Sienta bekas tersedia banyak di pasaran. Sebelum beli, kenalan dulu supaya paham rasa dan kualitasnya.

Sedang terpikir untuk punya MPV bekas Rp 200 jutaan? Ada banyak yang bisa dipilih. Namun kami kepincut dengan Sienta. Lebih spesifik lagi, Toyota Sienta Q bekas buatan tahun 2016-2018, yang harganya sekitar Rp 180 juta hingga Rp 250 jutaan. Tergantung kondisi.

Namun harap diperhatikan, ini harga di pasar mobil bekas daring di wilayah DKI Jakarta. Di luar itu, Anda harus pastikan lagi. Namun yang bikin kami tertarik pada Toyota Sienta bekas ini adalah, kepraktisan yang diusung dalam kemasan yang compact.

Toyota Sienta adalah MPV berukuran ringkas yang berusaha keras untuk meyakinkan Anda kalau kabinnya lega dan punya tiga baris kursi. Panjangnya 4.235 mm dengan lebar 1.695 mm. Tinggi juga hanya 1.695 mm. Jarak sumbu roda juga tidak istimewa dengan angka 2.750 mm.

Fasilitas Kabin Toyota Sienta

Kabin Toyota Sienta dipermudah dengan akses pintu geser elektrik untuk bagian belakang. Ditambah lagi ground clearance yang tidak terlalu tinggi. Tapi jangan mengharapkan captain seat. Sesuatu yang cukup kami sayangkan. Bangku sambung kurang memberikan keleluasaan untuk akses baris ketiga. Meski, ruang kaki di baris dua harus diacungi jempol.

Beberapa hal yang kurang kami pahami adalah, posisi tuas perseneling yang terlalu rendah. Begitu juga dengan rem tangan. Kalau Anda memiliki tinggi tubuh diatas rata-rata orang Indonesia, mungkin dengan posisi duduk yang rendah bisa menjangkau lebih mudah. Kami dengan tinggi 165 cm, harus duduk dengan posisi yang agak tinggi untuk menemukan bidang pandang yang luas.

Selain itu, absennya armrest di jok depan menjadikan pengendaraan kurang rileks. Hal lain adalah soal pelipatan kursi deret ketiga. Bangku di hadapannya harus diangkat dulu baru bisa melipat kursi tersebut. Lalu kembalikan lagi baris kedua ke posisi normal. Agak panjang prosesnya. 

Tapi harus diakui, segalanya mudah diraih. Cup holder di sebelah kanan setir sangat strategis. Mengambil minuman jadi mudah. Selain itu, segalanya tertata rapi. Kecuali posisi tempat kartu. Perlu dibiasakan dulu agar mudah meletakan dan mengambil kartu pembayaran (e-Toll).

Fiturnya tentu selaras dengan harga. Pintu geser elektrik itu sudah tersedia pada G (hanya pintu kiri), V dan Q. Yang terakhir itu sebagai pemegang kasta tertinggi. Sementara sistem multimedia ketiganya dibekali layar monitor sentuh yang punya kemampuan mirroring. Tapi menggunakan kabel. Konektivitas wireless tersedia untuk bluetooth dan sambungan wifi. Khusus G, pengendali AC masih berupa kenop putar, belum mengandalkan tombol seperti varian diatasnya.

Performa dan Pengendalian

Mesin Toyota Sienta menggunakan penggerak bensin empat silinder berkode 2NR-FE. Kapasitasnya 1,5 liter (1.496 cc). Tenaga 106 hp dengan torsi puncak 140 Nm pada 4.200 rpm. Mesin Ini bisa ditemukan di mobil-mobil Toyota seperti Vios, Limo, Yaris. Sebagai informasi, semua mobil itu, termasuk Sienta, menggunakan platform yang serupa. Namanya Toyota B Platform, belum TNGA. Makanya bisa berbagi komponen.

Dari pengujian kami menggunakan Sienta Q buatan 2016, meski odometer menunjukkan lebih dari 75.000 km, tapi masih terasa responsif. Bahkan transmisi otomatis CVT yang digunakan, mampu merespon permintaan akselerasi dengan baik. Meski mungkin karena usia, saat beranjak awal terasa agak tersendat.

Respon pergerakan transmisi CVT yang dimanualkan (Shiftmatic) juga cukup baik. Meski tidak istimewa. Sekali lagi, mungkin karena jarak tempuh dan usia. Ada tujuh tingkat percepatan yang bisa digunakan.

Sebagai penopang, Toyota mengandalkan suspensi MacPherson Strut dengan per keong (coil spring) dan Stabilizer di depan. Belakangnya torsion beam dengan stabilizer dan juga coil spring. Tidak ada yang istimewa, baik secara konstruksi maupun kualitas peredamannya. Saat di kecepatan tinggi, kestabilan cukup terjaga dan tidak terlalu limbung. Namun ban ekonomis yang sudah bukan bawaan standar terasa berisik. Ini karena kompon yang keras.

Konsumsi BBM

Untuk yang satu ini, kami mohon kebijakan pemahaman Anda. Konsumsi BBM akan berbeda-beda pada setiap mobil, cara Anda berkendara hingga kondisi cuaca. Kami mencoba Sienta Q ini di jalan tol Cipularang tujuan Bandung dan balik ke Jakarta. Kecepatan maksimal mengikuti aturan batas 100 km/jam, menurut kondisi. Kondisi cuaca saat itu cerah dengan suhu luar di MID 32 derajat di siang hari dan 30 derajat saat malam. 

Di jalan bebas hambatan, dengan berkendara sendiri tanpa membawa barang berat, tercatat angka 16,4 km/liter saat menuju Bandung. Arah balik, kami mendapat 19,0 km/liter karena jalan menurun dan lalu lintas relatif lancar di malam hari.

Sementara di dalam kota, setelah melakukan reset pada penunjuk informasi dan menempuh rute sekitar Jakarta Selatan di jam padat pagi hari, tertera di MID 11,2 km/liter. Cukup mengejutkan. Namun sekali lagi, ini angka yang ditampilkan pada MID (Multi Information Display). Kalau ada kesempatan lagi, kami akan coba dengan metode full to full. 

Mengenai Toyota Sienta Q

Varian Q adalah yang paling lengkap di jajaran Sienta. Meski perbedaan dengan Sienta V yang setingkat di bawahnya kelewat tipis. Di interior, kehadiran MID dengan teknologi TFT jadi pembeda. Lainnya sama. Penyalaan mesin dengan tombol, keyless entry, power sliding door kiri kanan dan sebagainya.

Sementara di eksterior, versi V terlihat lebih polos tanpa tambahan aksesoris aerodinamika di bemper depan belakang dan roof spoiler di atas penutup bagasi. Lampu belakang Q diberikan kurva merah yang tampak lebih modern dan mahal. Selebihnya sama, sampai ke pelek 15 inci yang digunakan.