Isuzu Dengan Dunia F1, Memang Ada Kaitannya?

Mendengar kata Jepang dan Formula 1 (F1), mungkin langsung terlintas Honda sebagai pabrikan Jepang pertama yang turun F1, dan menjadi yang paling sukses. Mungkin akan terlintas juga Toyota. Tetapi Isuzu? Brand ini lebih identik mesin diesel dan mobil komersial. Siapa sangka bahwa Isuzu sempat membuat mesin F1, dan bahkan sudah dites oleh pihak Team Lotus. 

Mulai pertengahan tahun 1980an, ekonomi Jepang meningkat drastis atau lazim disebut dengan bubble economy. Hasilnya, perusahaan Jepang memiliki uang hampir tidak terbatas, untuk mengembangkan produk dengan teknologi terbaru. Tujuannya untuk menjawab minat publik Jepang yang memiliki daya beli besar. 

Ekonomi gelembung ini juga berdampak kepada popularitas F1 di Jepang. Apalagi saat itu Honda menjadi juara dunia bersama McLaren. Sejumlah perusahaan Jepang juga berbondong-bondong menjadi sponsor tim F1. 

Hanya melibatkan tim kecil

Meski dikenal sebagai jagoan mesin diesel dan juga mobil komersial, Isuzu memproduksi mobil penumpang. Termasuk memiliki sejarah balap pada era 1960an dengan Isuzu Bellett GT Type-R, menjadi lawan Nissan Skyline GT-R. Dengan bubble economy, Isuzu memiliki dana tambahan bagi para desainer dan insinyur untuk berkreasi. 

Pada bulan Januari 1990, manajemen Isuzu memberikan lampu hijau bagi tim Research and Development untuk meciptakan mesin 3.5 liter, sesuai regulasi F1 dan Group C. Hebatnya hanya empat orang saja yang terlibat, dan mayoritas pembuatan mesinnya juga dilakukan in-house, yang dibantu Kobe Steel untuk aspek metalurgi. 

Hasilnya pada bulan Desember 1990, mesin berkode P799WE lahir dan pada bulan Februari 1991 mesin ini dites untuk pertama kalinya. Mesin ini menggunakan desain V12 bersudut 75 derajat, dengan kepala silinder DOHC 48 klep. Dengan berat 158 kg, mesin ini mampu menghasilkan tenaga 646 hp dan torsi 402 Nm. 

Terus disempurnakan agar mencapai 765 hp

Angka ini memang belum menandingi mesin Honda V12 yang bertenaga 774 hp. Tetapi para insinyur Isuzu terus menyempurnakan mesin ini, sehingga hasilnya mesin tersebut mampu menghasilkan tenaga 765 hp. Dengan prestasi itu, maka insinyur Isuzu ingin menjajal mesin ini di mobil F1. Pada saat itu saham Isuzu sebagian dimiliki oleh General Motors, yang memiliki produsen mobil sport dan tim F1 Lotus. Lagipula, Isuzu juga bekerjasama dengan Lotus, untuk melakukan pengembangan serta memasok mesin untuk Lotus Elan M100. 

Pada bulan Mei 1991, ketika bos Team Lotus Peter Collins dan Peter Wright menyambangi Jepang, mereka diperkenalkan dengan perwakilan Isuzu. Kala itu, Team Lotus tidak hanya kesulitan bersaing dengan mesin Judd, tetapi juga hampir bangkrut. Mereka juga berharap bisa menarik Isuzu untuk masuk F1 dan mengamankan keuangan tim. Akhirnya pada bulan Juli 1991, Team Lotus menerima sebuah unit mesin P799WE, untuk diadaptasi ke mobil F1 Team Lotus, yakni 102B. 

Tetapi satu masalah muncul ketika mobil dites, mesin ini membutuhkan kelistrikan yang cukup banyak, sehingga alternator mesin tidak kuat untuk memasok tenaga listrik. Para engineer Lotus dan Isuzu akhirnya memutuskan untuk mencopot alternator, dan mematikan sebagian sistem kelistrikan. Untuk menstarter mobil, maka digunakan aki tambahan. 

Cukup 10 unit yang dibuat

Mobil yang diberi nama 102C ini akhirnya mengaspal pada tanggal 6 Agustus 1991 di sirkuit Silverstone di Inggris. Pembalap asal Inggris Johnny Herbert, dipercaya untuk menjajal 102C. Selama dua hari, Herbert mencatatkan jarak 270 km, dan waktu terbaik 1 menit 30 detik. 

Mesin Isuzu ini mendapat pujian dari Herbert, yang menyebut mesin ini vibrasi serta memiliki respon yang bagus. Hal yang sama dilontarkan oleh manajer Team Lotus Peter Collins. Ia menyebut mesin Isuzu merupakan mesin F1 pertama yang mampu berjalan lancar pada saat pengetesan pertama. 

Dengan hasil positif ini, pembuatan mesin F1 ini tidak lebih dari eksperimen untuk mengetes kemampuan Isuzu. Bahkan disebut biaya pengetesan mesin di chassis Team Lotus, menggunakan dana sisa dari biaya pengetesan P799WE di bench testing. Puncak bubble economy Jepang ialah pada tahun 1991, dan berakhir di tahun 1992. 

Pada tahun 1993, Isuzu juga mengumumkan akan berhenti memproduksi mobil penumpang sendiri dan hanya melakukan rebadge. Praktis cerita Isuzu di F1 berakhir, dengan memproduksi 10 unit mesin P799WE. Pada tahun 1997, disebut bahwa dari 10 unit ini, hanya tujuh mesin yang tersisa dalam bentuk utuh dan dua dalam bentuk terurai.

Red Bull Racing Honda Terdepan di Grand Prix Spanyol 2024

Kemarin (23/06/2024), Honda berhasil meraih kemenangan ketujuh di musim balap tahun 2024 di seri balap F1 Grand Prix Spanyol bertempat di sirkuit Catalunya, Barcelona, Spanyol. Pembalap tim Red Bull Racing Honda, Max Verstappen, berhasil menjadi pemenang lomba, sekaligus berhasil mempertahankan posisi terdepan di klasemen pembalap sementara musim balap F1 tahun 2024.

Max Verstappen mengawali lomba dari posisi dua, setelah berhasil melewati pembalap McLaren, Lando Norris, di tikungan pertama. Ia berhasil menjaga ritme balapan, serta menerapkan strategi pit yang tepat. Sehingga mampu mengamankan posisi terdepannya hingga bendera finis dikibarkan.

Dengan hasil kemenangan tersebut, tim Red Bull Racing Honda masih memimpin klasemen konstruktor sementara F1 2024 dengan 330 point. Sedangkan Max Verstappen memimpin klasemen sementara pembalap F1 2024 dengan 219 point.

“Kunci kemenangan pada balapan kali ini adalah start yang baik. Tentunya juga dengan strategi pit stop yang tepat, sehingga kami mampu mempertahankan keunggulan hingga akhir balapan,” ujar Max Verstappen.

Hasil kemenangan yang diraih oleh Max Verstappen di Grand Prix Spanyol 2024 merupakan yang keempat kalinya dalam karir balap F1-nya. Ia sebelumnya pernah memenangi balapan Grand Prix Spanyol pada tahun 2016, 2022, dan 2023. Honda telah berhasil menjuarai seri balap F1 Grand Prix Spanyol sebanyak enam kali (1987, 1988, 1989, 2022, 2023, dan 2024).

Di penghujung bulan Juni 2024 ini, tim Red Bull Racing akan berlaga dalam Grand Prix Austria, pada tanggal 30 Juni mendatang, di sirkuit Red Bull Ring, Spielberg.

Michael Schumacher Ferrari

Satu Dekade Kecelakaan Michael Schumacher, Rivalnya Tebar Pujian

Sudah sepuluh tahun sejak juara dunia F1 tujuh kali, Michael Schumacher kecelakaan saat bermain ski. Dan sejak itu juga, ia dikabarkan masih menjalani pengobatan dan menghilang dari tangkapan kamera.

Kondisi kesehatan pembalap Jerman tersebut ditutupi betul oleh keluarganya. Jean Todt, teman dekatnya sekaligus mantan bos Ferrari F1 kerap melihat kondisi kesehatan sang kampiun. Tapi ia juga hanya berkomentar, “Intinya, dia tidak seperti Michael Schumacher yang dulu kita kenal.”

Tapi hal ini tidak menutupi rumah produksi film untuk membuat serial dokumenter soal Michael Schumacher. Dikutip dari Crash, dokumentar yang terdiri dari lima bagian ini berjudul Being Michael Schumacher. Yang menarik, di dalamnya memuat tanggapan dari dua pembalap yang paling signifikan di era F1 modern. Keduanya adalah Lewis Hamilton dan Fernando Alonso.

Michael Schumacher

Sir Lewis yang menggantikan Schumi tahun 2012 di Mercedes-AMG mengatakan bapaknya Mick Schumacher itu, “Pembalap hebat sepenuhnya. Ia benar-benar memenangkan segalanya.” Sejak pindah ke Mercedes-AMG Hamilton lantas sukses menuai enam dari tujuh gelar juara dunia F1. Kalau bisa meraih yang kedelapan, rekor yang dipegang Michael tumbang.

Sementara itu, Fernando Alonso yang kerap bertarung ketat dengan Schumi tidak kalah memuji. Kalau Anda ingat, Alonso dan Michael bersaing ketat untuk gelar juara 2006. Tahun itu Alonso yang berhasil. Namun diakui pembalap Spanyol itu, “Saya lebih banyak kalahnya ketimbang menang melawan dia.”

Alonso juga mengakui, Schumacher adalah idola, terutama untuk para pembalap seangkatannya. “Dia pembalap luar biasa yang jadi inspirasi sejak kami masih (balap) gokart dan Formula tingkat bawah. Ia mengubah mulai dari determinasi, persiapan fisik, etika bekerja dengan mekanik menjelang balapan. Michael melakukan banyak perubahan positif di F1,” papar Alonso.

Foto: Michael-Schumacher.de

Pininfarina Battista Edizione Nino Farina, Mobil Penting Bagi Sejarah F1

Banyak yang mengenal pembalap F1 legendaris seperti Ayton Senna hingga Michael Schumacher. Tapi siapa yang pertamakali menjadi Juara Dunia balap Formula 1? Dialah Giuseppe Antonio “Nino” Farina. Sayang, pembesut mobil balap Alfa Romeo ini namanya seolah tenggelam ditelan masa. Makanya hadir Pininfarina Battista Edizione Nino Farina

Nino Farina, juara dunia balap F1 pertama menggunakan Alfa Romeo.

 

Sepupu dari pendiri biro desain Pininfarina, Battista ‘Pinin’ Farina ini meraih gelar Juara Dunia balap Formula 1 yang diselenggarakan pertamakali pada tahun 1950.

Kenapa Harus Ada Edisi Khusus?

Jangan melupakan sejarah, mungkin inilah salah satu alasan yang mendasari dibuatnya hypercar edisi khusus Pininfarina Battista Edizione Nino Farina.

Pininfarina Battista Edizione Nino Farina.

Jumlahnya hanya ada sebanyak lima unit yang mewakili lima momen penting dari Nino Farina, terutama di balap Formula 1. Momen tersebut antara lain kemenangannya pada Grand Prix F1 di Inggris dan Swiss tahun 1950.

Juara pada laga Grand Prix F1 di Italia tahun 1950 sekaligus mejadikan Nino Farina sebagai kampiun perdana balap Formula 1.

Sebelum era balap Formula 1, Nino Farina beberapa kali memenangkan berbagai kejuaraan balap mobil dan Grand Prix di Eropa, khususnya Italia.

Kemasan Eksterior Spesial

Selintas tampilan eksterior mobil ini tak banyak perbedaan dari Pininfarina Battista edisi ‘reguler’. Namun, ciri khusus yang paling terlihat yakni kemasan warna.

Edizione Nino Farina, dibuat sangat terbatas untuk mengenang sang kampiun F1 pertama.

Sekujur body mobil ini didominasi sapuan warna merah racikan khusus bernama Rosso Nino. Warna yang sama seperti mobil balap Alfa Romeo besutan Nino Farina. Pada bagian atap dibalur dengan warna hitam.

Imbuhan aksen livery khusus pada body bagian bawah memadukan warna putih Bianco Sestriere dan biru Iconica Blu. Pada kaca spion dan bagian bawah sayap belakang pun diimbuhi aksen garis. Pada body pun tak lupa tersemat nomor lambung “01” berwarna Bianco Sestriere. Nomor start dari mobil balap Nino Farina saat menjadi Juara Dunia F1.

Body kit Furiosa Pack pun diimbuhkan pada mobil yang sangat istimewa ini. Mulai dari sirip splitter depan, side skirt, dan sirip diffuser belakang yang disematkan terbuat dari serat karbon. Panel body kit ini juga dikemas dengan imbuhan garis berwarna Bianco Sestriere.

Pininfarina pun menyematkan kaliper rem berkelir hitam yang kontras dengan velg forged alloy 10-spoke berwarna Satin Gold. Bahkan pada headlamp terukir grafir nama Nino Farina.

Interior Berdesain Unik

Kokpit mobil ini pun tak luput dari sentuhan khusus. Uniknya, jok pengemudi dan penumpang dikemas dengan material dan warna yang berbeda.

Mobilnya unik, interior bisa beda warna. Inilah Pininfarina Battista edizione Nino Farina.

Jika jok pengemudi dibalut dengan bahan kulit sintetis warna hitam. Jok penumpang berlapis kulit Alcantara dengan kombinasi warna krem dan hitam. Pada headrest dihiasi jahitan dan bordir dengan kombinasi warna khusus.

Seatbelt pun tampil dengan warna biru Iconica Blu yang dihiasi aksen jahitan benang berwarna krem dan merah.

Hypercar Penghisap Elektron Seharga $2,2 Juta

Sektor performa tak mengalami ubahan, sama seperti Battista biasa. Pada masing-masing roda terpasang sebuah motor elektrik penggerak. Output performanya justru bikin bulu kuduk merinding… 1.900 hp dengan torsi maksimum 2.340 Nm! Baterai berdaya 120 kWh pemberi asupan daya listrik terpasang pada kompartemen khusus di belakang kokpit.

Pininfarina Battista Edizione Nino Farina. Mobil listrik gila dengan tenaga ribuan hp.

Dari posisi start, hanya dalam sekejap mata mobil ini melesat ke angka 100 km/jam. Ya, hanya dalam waktu 1.79 detik! Sprint 0-400 meter dicapai dalam waktu 8,55 detik. Demi ‘kenyamanan’ berkendara, top speed dibatasi di angka 350 km/jam.

Battista Edizione Nino Farina akan tampil di Goodwood Festival of Speed yang berlangsung di Inggris pada hari ini hingga 16 Juli 2023.

Sungguh sangat beruntung bagi kolektor yang bisa memiliki hypercar seharga $ 2.2 juta atau setara Rp 32,8 miliar ini. Apakah Anda akan menjadi salah satunya?

 

Honda Bergabung Dengan Aston Martin Jelang Balap F1 2026

Makin seru! Honda mengumumkan kemitraan serta dukungan teknisnya dengan Aston Martin Aramco Cognizant Formula 1 Team untuk musim balap Formula 1 (F1) tahun 2026. Kerjasama dua brand besar ini bertujuan untuk mencapai netralitas karbon di tahun 2030 mendatang.

Regulasi teknis baru dalam F1

Tahun 2026, F1 akan mengimplementasikan regulasi teknis baru. Dimana mesin dan motor elektrik masing-masing menghasilkan rasio daya maksimum sebesar 50/50. Peran dari komponen Energy Recovery System (ERS) juga semakin penting dalam menghasilkan tambahan daya mesin. Selain itu, penggunaan bahan bakar terbarukan juga akan mulai diberlakukan.

Toshihiro Mibe, President & CEO Honda Motor Co., Ltd mengatakan, “Alasan utama mengenai kelanjutan kami F1 sejalan dengan tujuan Honda. Dimana balap F1 juga sedang menuju netralitas karbon. Itu akan menjadi platform yang akan memfasilitasi pengembangan teknologi elektrifikasi kami.”

“Kami percaya bahwa teknologi dan pengetahuan dari tantangan ini berpotensi diterapkan ke kendaraan listrik produksi massal kami. Seperti model sport listrik, dan teknologi elektrifikasi di berbagai bidang, termasuk eVTOL yang saat ini sedang dalam penelitian dan perkembangan. Honda dan mitra baru kami, Aston Martin F1 Team, memiliki sikap serta tekad yang sama untuk meraih kemenangan, jadi mulai musim 2026, kami akan bekerja sama dan berjuang bersama-sama untuk meraih gelar juara sebagai Aston Martin Aramco Honda,” tutupnya.

Kolaborasi menuju tujuan bersama

Koji Watanabe, President of Honda Racing Corporation (HRC) mengatakan “Kami akan membangun struktur operasional yang berkelanjutan untuk kegiatan balap kami dan terus memberikan lebih banyak mimpi dan kegembiraan bagi penggemar olahraga motorsport di seluruh dunia.”

Martin Whitmarsh, Group CEO of Aston Martin Performance Technologies mengatakan “Regulasi unit daya F1 2026 yang baru sangat besar dimana saya yakin perubahan tersebut dapat kami jalani dengan kesuksesan bersama. Kami juga berharap dengan kemitraaan strategis kami dapat membuka kolaborasi menuju tujuan bersama. Kemitraan kerja masa depan kami dengan Honda adalah salah satu bagian terakhir dari untuk rencana ambisius Aston Martin di Formula 1.”

Pada musim balap F1 2023 ini, Honda melanjutkan komitmen serta dukungan kemitraan teknis dengan Red Bull Group (Oracle Red Bull Racing dan Scuderia AlphaTauri). Tentu saja, karena Honda masih menjadi penyedia power unit untuk kedua tim itu hingga akhir tahun 2025 mendatang.

 

Red Bull RB01

Ford dan Red Bull Racing Ketahuan Akan Kerjasama di F1

Desember lalu, ada rumor yang mengatakan Ford tertarik untuk kembali lagi ke balapan F1. Ini terdengar sebelum Cadillac dan Andretti membuat heboh bulan lalu. Kami tidak terlalu tertarik, tapi kemudian ada yang membocorkan kalau Ford memang akan kembali ke ajang Formula One, bersama Red Bull Racing.

Berita ini bocor karena ada salah paham antara Red Bull Racing dan agensi pemberitaan Ansa yang berkantor di Italia. Masalahnya, tim balap itu tidak bilang kalau berita tersebut diembargo (dilarang ditayangkan) hingga hari Jumat ini. 

[UPDATE 04/02/2023] Resmi, Ford dan Red Bull Racing akan kerjasama mulai musim balap F1 tahun 2026. 

Menurut berita yang bocor duluan itu, Ford akan mendukung Red Bull tahun 2026. Bentuk support-nya dalam bentuk pengembangan mesin. Seperti diketahui, saat ini tim asuhan Christian Horner itu mengandalkan mesin Honda. Namun kerjasama dengan pabrikan Jepang itu akan berakhir di penghujung musim 2025. Untuk mempersiapkan melepas Honda, Horner dan koleganya sudah mendirikan divisi Red Bull Powertrain untuk membuat mesin. Dan di situlah Ford akan hadir.

Red Bull Ford Sauber F1

Ford sendiri tidak membantah. Dikutip dari Crash, Mark Rushbrook, bos Ford Performance, divisi pembuat mobil kencang mengatakan, “F1 (sekarang) memiliki perkembangan yang kuat. Baik di Amerika Serikat ataupun global. Balapannya makin seru. Dan mereka juga bisa menggaet target (penonton) baru melalui acara TV Drive to Survive.”

Rushbrook juga bilang kalau Ford ikut balapan demi menciptakan sebuah inovasi, transfer teknologi dan kesempatan belajar. “Juga potensi marketing yang bagus,” tambahnya.

Kalau Anda mengikuti F1, tentu paham kalau Ford bukanlah nama yang asing di ajang balapan pemuncak ini. Terakhir mereka turun balapan adalah tahun 2004 dengan membawa nama Jaguar. Waktu itu Jaguar berada di bawah kendali Ford Motor Company. Ironisnya, setelah musim tersebut, Ford melepas Jaguar ke Tata Motors. Mereka jual tim F1-nya ke Red Bull Racing.

Selain Ford, Porsche juga sempat benegosiasi dengan Red Bull Racing. Namun gagal karena dikatakan Porsche terlalu banyak maunya.

Williams F1 Punya Bos Baru, Mercedes-AMG F1 Kehilangan Ahli Strategi

Kesuksesan Lewis Hamilton bersama Mercedes-AMG Petronas F1 tidak lepas dari campur tangan seorang bernama James Vowles. Ia adalah ahli strategi yang menentukan apa saja yang harus dilakukan timnya. Vowles pindah ke Williams F1 dan naik pangkat jadi team principal.

Tentu untuk kemajuan karir sesorang, ini langkah yang sangat manusiawi. Tapi bagi Mercedes-AMG F1, mereka kehilangan sosok brilian. Apalagi musim balap 2023 akan mulai kurang dari dua bulan lagi. Kalau Anda ingat balapan di Hungaria 2019 dan keseruan balapan F1 Spanyol 2021, dimana Mercedes sukses dengan kemenangan, itu adalah hasil pemikiran Vowles dan kehebatan bakat pembalapnya.

Siapa James Vowles?

Tapi Vowles juga tidak sempurna. Tahun 2021, blunder strategi terlihat jelas di balapan Hungaria, dimana sesi restart di grid hanya diisi oleh Hamilton, tim lain start dari pit setelah ganti dari ban basah ke kering. Hamilton akhirnya harus berjuang karena ia masuk pit belakangan.

James Vowles & Lewis Hamilton

Foto: Skysports

James Vowles juga bukan orang baru di dunia F1. 13 tahun sudah ia mengabdi di Mercedes-AMG. Karirnya diawali sebagai engineer di tim British American Racing (BAR). Lalu mengabdi di Honda F1 Racing. Saat Honda undur diri, timnya berubah jadi Brawn GP. Tim ajaib yang langsung sukses di debut perdana dan menyabet gelar juara dunia 2009 bersama pembalap Jenson Button dan Rubens Barichello.

Brawn GP ini kiprahnya hanya setahun. Vowles naik jabatan jadi Race Strategist di tim bentukan Ross Brawn tersebut, dan disebut sebagai salah satu orang penting yang memungkinkan Brawn GP juara. Tim tersebut kemudian diambil alih oleh Mercedes tahun 2010.

Ada Alasan Politis?

Williams F1 awal tahun ini mengumumkan restrukturisasi besar-besaran di jajaran manajemen tingkat atas. Jost Capito, prinsipal tim sebelumnya, diberhentikan oleh Dorilton Ventures, perusahaan pemegang saham Williams F1.

Mereka lantas meminta Vowles untuk menggantikan. Penunjukan ini membuka satu pertanyaan bagi kami. Williams adalah tim yang menggunakan mesin Mercedes-AMG F1 sejak 2014. Lebih dari itu, Toto Wolf, pucuk pimpinan Mercedes-AMG F1 pernah jadi direktur di Williams F1. George Russel, pembalap kedua Mercedes-AMG F1 juga pernah mengabdi di tim legendaris Inggris itu.

James Vowles of Williams F1

Foto: Williams F1

Lalu, apakah kehadiran Vowles akan memberikan akses untuk Mercedes mengendalikan Williams F1? James Vowles membantah hal tersebut. “Saya tidak menganggap Williams F1 sebagai ‘mini Mercedes’. Williams adalah tim yang benar-benar independen, punya sejarah kesuksesan yang panjang,” Ujar Vowles yang sekarang memegang rekor sebagai team principal termuda dalam sejarah F1. Umurnya baru 43 tahun.

“Kesuksesan Williams sepenuhnya jadi tanggung jawab saya. Dan harus terlepas dari Mercedes,” tambah pria asal Sussex, Inggris ini. “Tapi bukan berarti kami menutup diri untuk kolaborasi dengan Mercedes. Kerjasama sudah ada sejak sebelum saya gabung. Tapi mulai sekarang saya harus melakukan yang terbaik untuk Williams.

Williams F1

Foto: Williams F1

Hal ini juga diamini oleh Toto Wolff. “Satu hal yang ada benang merahnya adalah, kami sama-sama team principal (sekarang). Masing-masing punya cara untuk mempertahankan dan mendukung kesuksesan timnya. Kalau saya mau membuat Williams F1 sebagai ‘mini Mercedes F1’, saya pasti diusir oleh Vowles,” ujar Wolff seperti dikutip dari Skysports.

Keahlian Vowles mungkin akan menaikan posisi Williams F1 di balapan. Tapi sumber daya manusia tidak bisa berjalan sendiri tanpa dukungan untuk kemajuan bersama. Saat ini, Williams F1 adalah tim papan bawah yang berjuang untuk punya mobil yang kompetitif. Kita tunggu saja kiprahnya. 

Michael Andretti

Cadillac Dompleng Andretti Untuk Masuk Balap F1

Balap Formula One (F1) perlu tim baru untuk meramaikan setiap musimnya. Presiden FIA Mohammed Bin Solayem sampai menyatakan akan memudahkan proses pendaftaran siapa saja yang mau masuk ke balapan pemuncak ini. Salah satu yang paling santer dan ‘ngebet’ adalah Andretti Global yang akan membawa merek Cadillac.

Soal Andretti yang sangat serius masuk F1, tim ini dibangun oleh Michael Andretti, anak Mario Andretti, juara dunia balap F1 era 70-an. Saat ini, mereka adalah tim papan atas di balap Indy Car dan Australian Supercar Championship.

Tahun lalu, aplikasi mereka gagal karena beberapa hal yang bersifat administratif. Tahun ini, mereka coba lagi dengan menggandeng General Motors yang akan menaruh merek Cadillac di F1.

Andretti Indy car

Andretti Cadillac F1 Team, kemungkinan begitu namanya nanti, akan berbasis di Amerika Serikat, dengan kantor pendukung di Eropa. “Pengembangan Andretti Global dan jajaran tim balap di bawahnya terus berlangsung. Kami juga terus menelaah setiap kesempatan,” ujar Michael Andretti.

“Kami yakin akan cocok untuk jadi tim baru di balap F1 sekaligus manambah nilai untuk balapan, mitra-mitra kami dan para penggemar (F1),” tambah juara dunia IndyCar empat kali ini. Ia juga merasa kalau kemitraannya dengan GM/Cadillac membangkitkan rasa bangga.

GM dan Michael Andretti memang punya kenangan manis karena ia menang kejuaraan IndyCar dua kali menggunakan mesin Chevrolet tahun 1991, serta beberapa podium. “GM dan Andretti memiliki warisan kejayaan yang lahir dari dunia balap. Sekarang kami punya kesempatan untuk menyalurkan passion dan inovasi membanguna tim F1 Amerika Serikat.”

F1 2010

Mahalnya Ikut Balap F1

Saat ini, tim Andretti terus memenuhi persyaratan yang wajib dipenuhi. FIA memiliki standar yang ketat untuk bisa lolos dan berkompetisi di F1. Salah satunya adalah uang pendaftaran sekitar US $569.000. Ya, semahal itu.

Makanya tidak semua pabrikan mampu dan mau ikut balapan ini. Belum lagi biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan yang bisa ratusn juta dollar. Untungnya, soal yang terakhir itu FIA turun tangan dan membatasi setiap tim hanya boleh menghabiskan US $140 juta. Tetap saja gila angkanya.

Kalau semua persyaratan beres, Andretti Cadillac F1 Team kemungkinan bisa mulai berlaga tahun 2026. Saat itu, aturan baru soal teknis mesin yang bisa memangkas ongkos pengembangan mulai berlaku.

Sumber

Hyundai i20 N WRC

Hyundai Akan Bergabung di Balap F1?

Ini sebetulnya bukan berita baru. Kabar Hyundai akan masuk F1 sudah ada sejak 2006 lalu. Tapi tidak pernah kejadian dan beritanya menghilang. Mereka malah meramaikan kejuaraan rally dunia (WRC/World Rally Championship) dengan Hyundai i20 N. Tapi kemudian spekulasi Hyundai-F1 kembali berputar, setelah Cyril Abiteboul merapat untuk memimpin tim rally Hyundai.

Siapa? Cyril Abiteboul adalah orang yang berada di balik kesuksesan Renault F1 team, yang sekarang jadi Alpine. Pria Perancis ini memimpin tim Renault F1 dengan gayanya yang blak-blakan. Sebelum Renault, ia juga memagang tampuk pimpinan Caterham F1 Team.

Cyril Abiteboul

Memang Renault tidak pernah juara dunia F1 belakangan ini. Mereka jaya di era 80-90an. Tapi tim ini jadi penantang serius regu papan atas. Saat berganti nama jadi Alpine (yang masih satu group dengan Renault) Abiteboul mengundurkan diri.

Lebih Dari WRC

Kini, Hyundai memanfaatkan pengetahuan dan kemampuan manajerial Abiteboul untuk membawa Hyundai menjuarai WRC. Tim Korea Selatan ini sempat jadi juara di musim 2019 dan 2020. Dua tahun belakangan, mereka kerap dijegal oleh Toyota dan berharap kehadiran Cyril bisa mengubah performa tim.

Hyundai F1 by Hongworks Design

Foto: Hongworks Design

 

Tapi kehadiran Cyril Abiteboul, oleh media dan pengamat otomotif dilihat lebih dari itu. Pertama, Hyundai Motorsport berniat mengembangkan sayap untuk turun di kelas hypersport Le Mans 24 Hour. Kedua, Hyundai dikabarkan tertarik dengan program pengembangan mesin balap F1. Pencetusnya adalah regulasi mesin balap 2026 yang lebih sederhana dan ‘murah’. Regulasi ini juga yang membuat Audi mengumumkan kehadirannya di F1 mulai 2026 nanti.

Ketertarikan Hyundai di dua cabang olah raga roda empat itu cukup beralasan. Mereka punya dasar yang kuat karena sudah sukses di WRC dan beberapa balapan GT. Abiteboul yang paham apa itu mesin balap, akan menjadi modal untuk mengembangkan program adu kebut Hyundai.

Pertanyaan berikutnya adalah, apakah bisa Hyundai mengembangkan mesin F1 hanya dalam waktu tiga tahun? Entahlah, itu tergantung sumber daya masing-masing. Menurut The Race, paling cepat 2027 Hyundai Motorsport akan punya mesin F1. Ingat itu baru mesin. Pembentukan tim lain lagi ceritanya.

Kenapa Hyundai Perlu F1?

Seperti dikatakan tadi, mobil pacu Hyundai memang sedang jaya belakangan ini. Apalagi mereka juga punya divisi khusus mobil kencang, Hyundai N yang produknya memang jempolan di jalan raya.

Hyundai i30 N Safety car

Belakangan ini, popularitas balap F1 makin melebar ke Amerika Serikat dan Asia. Manajemen Formula One dan federasi otomotif dunia sekarang ini tengah membidik Korea Selatan untuk jadi lokasi balap di masa mendatang. Stefano Domenicali, bahkan sudah membuka pembicaraan dengan para politisi di Korea Selatan untuk membahas hal tersebut.

Tentu, Hyundai sebagai pabrikan lokal paling besar tidak mau ketinggalan gerbong. Balapan kelas dunia di Seoul, ada tim lokal dengan mesin buatan sendiri. Bayangkan saja seperti bangganya orang Korea Selatan nanti.

 

Scuderia Ferrari

Gagal Juara, Bos Scuderia Ferrari Mundur

Mattia Binotto, team principal Scuderia Ferrari F1 resmi mengundurkan diri dari jabatannya. Binotto memegang pucuk pimpinan tim F1 Ferrari sejak 2019.

Prestasi Ferrari memang naik turun belakangan ini. Paling kentara setelah ‘tiga bintangnya’ menghilang. Yang dimaksud adalah Jean Todt, Ross Brawn dan Michael Schumacher hengkang. Tim lawas ini meredup prestasinya.

Tahun 2022, Charles Leclerc dan Carlos Sainz Jr, dua pembalap Ferrari F1 tidak dapat berbicara banyak di lintasan. Setiap seri ada saja yang salah. Di seri awal 2022, Binotto cs, sukses mendominasi. Lalu melemah, hingga akhirnya Red Bull juara.

Mattia Binotto

Leclerc padahal sukses mencetak sembilan pole position (start paling depan), namun hanya mampu meraih tiga podium. Hasilnya, tim ini menduduki posisi kedua di klasemen final.

Masalah teknis, kesalahan strategi, kesalahan personal soal tidak ada henti-hentinya. Kehadiran Binotto yang sudah 28 tahun berkarir di Ferrari sebetulnya diharapkan bisa memperbaiki. Musim 2019 hingga 2021, tidak banyak perubahan. Scuderia Ferrari seperti terjerumus ke papan tengah. Musim 2022, baru terlihat perubahan positif. Namun itu juga masih didera masalah strategi dan teknis.

Ultimatum Chairman Ferrari

John Elkann, Chairman Ferrari bahkan sampai mengultimatum, “Semua jajaran Scuderia Ferrari harus berbenah. Termasuk team principalnya.”

Charles Leclerc

Itu dianggap serius oleh Mattia Binotto, yang akhirnya memutuskan mundur. Bukan cuma dari tim F1-nya, tapi dari Ferrari. “Dengan menyesal, saya memutuskan untuk mundur dari Ferrari, perusahaan yang saya cintai dan telah menjadi bagian darinya selama 28 tahun,” kata Binotto, dikutip dari rilis resmi Ferrari.

Ia juga yakin telah melakukan segala yang dibebankan kepadanya, untuk mencapai target yang ditetapkan. “Saya meninggalkan tim yang bersatu dan berkembang. Tim yang kuat, siap, saya yakin, untuk mencapai tujuan tertinggi,” tambahnya.

“Saya ingin berterima kasih kepada semua orang di Gestione Sportiva (tim manajemen balapan yang digeluti Ferrari) yang telah berbagi perjalanan ini dengan saya,” tutup mantan kepala pengembangan mesin balap Ferrari ini.

Mobil F1 Ferrari 2022

Pertanyaan selanjutnya, siapa yang berani mengisi posisi yang ditinggalkan Binotto? Spekulasi di dunia F1 belakangan ini mengarah pada Frederic Vasseur, pimpinan tim Alfa Romeo Sauber. Bukan orang baru bagi Ferrari, karena Alfa Romeo menggunakan mesin balap Ferrari.

Kandidat lainnya adalah Ross Brawn. Ia baru saja pensiun dari jabatannya sebagai Managing Director of Motorsport di FIA (federasi otomotif dunia). Namun rumor itu dibantah langsung karena ia benar-benar mau pensiun.

Balap W Series

Formula 1 Sponsori Balap F1 Academy Tahun Depan

Tak banyak yang tahu jika terdapat kejuaraan balap mobil Formula tersendiri bagi pembalap perempuan yakni W Series. Balap ini pertama kali dihelat pada tahun 2019 lalu dan jadi sesi pendamping pada gelaran seri balap F1. Sayangnya, penyelenggara W Series terpaksa membatalkan tiga seri terakhirnya pada musim balap tahun ini akibat mengalami krisis keuangan.

Populasi pembalap putri di kancah kejuaraan dunia balap Formula, mulai dari F3 hingga F2 sangat minim. Bahkan laga F1 sudah lama tak memiliki pembalap wanita.

Sepanjang 72 tahun sejarah balap Formula 1, hanya tercatat lima wanita–dan hanya satu yang berhasil meraih poin yakni Maria Grazia’ Lella’ Lombardi yang finish di posisi 6 pada seri Grand Prix Formula 1 di Spanyol tahun 1975.

Pembalap wanita yang terakhir kali terlibat dalam balap Formula 1 adalah Susie Wolff yang menjadi pilot uji tim Williams F1 pada tahun 2012 hingga pensiun pada akhir musim balap tahun 2015.

Kondisi yang memprihatinkan tersebut membuat para petinggi di organisasi Formula 1 serta F2 dan F3, berinisiatif menggelar kejuaraan F1 Academy. Kejuaraan akan dimulai tahun 2023. Balap ini dikhususkan bagi para pembalap junior putri dengan usia 16 tahun yang pesertanya berasal dari balap go-kart atau kejuaran balap junior lainnya.

Ini bukanlah aksi feminis atau bahkan untuk menandingi kejuaraan W Series. Event ini justru bertujuan untuk memupus perbedaan gender di dunia balap. Sekaligus memberi kesempatan yang sama kepada bibit pembalap putri usia remaja yang bertalenta. Formula 1 bahkan akan mensponsori W Series agar dapat segera kembali dihelat paling cepat pada tahun depan.

Biaya yang harus dikeluarkan selama menjalani kompetisi F1 Academy ini tidaklah sedikit. Oleh sebab itu para peserta cukup membayar separuhnya dan €150.000 sisanya disubsidi oleh Formula 1. Sementara untuk biaya operasional balap ditanggung oleh tim yang akan menaungi masing-masing peserta.

Prosesi Seri F1 Academy

Sebanyak 15 orang peserta kompetisi F1 Academy nantinya akan dibagi ke dalam lima tim balap papan atas yang berasal dari liga F3 dan F2. F1 Academy akan terdiri dari tujuh seri yang dihelat pada akhir pekan di luar jadwal seri F1.

Setiap seri terdiri dari 2 sesi latihan masing-masing selama 40 menit, sesi kualifikasi, 2 sesi balap reguler dan 1 sesi balap dengan urutan grid pole position terbalik. Selama satu musim nantinya akan terdapat 21 sesi balap plus 15 hari uji resmi.

Hal tersebut ditujukan untuk memberi kesempatan yang sama bagi seluruh peserta sekaligus memberi pengalaman serta waktu yang lebih banyak bagi mereka di sirkuit balap.

Sebanyak 15 unit mobil yang akan digunakan seluruh peserta memiliki spek yang seragam, yakni mobil balap Formula 4 Tatuus T421 bermesin Abarth T-Jet 4-silinder 1.4-liter (1.370 cc) turbocharged bertenaga 165 hp yang dituning oleh Autotecnica Motori. Spek ban balap Pirelli yang digunakan pun sama. Mobil ini pun dilengkapi perangkat pelindung HALO sesuai regulasi FIA.

CEO F1, Stefano Domenicali dan CEO F2 & F3, Bruno Michel memiliki kesamaan visi dan harapan dengan adanya F1 Academy ini yakni muncul lebih banyak pembalap putri bertalenta di jenjang balap F3 dan F2 dalam beberapa tahun mendatang. Bahkan mungkin kelak di antara mereka akan mencapai kasta tertinggi, yakni Grand Prix Formula 1.