Indomobil Plaza_1

Indomobil Group Boyong Banyak Brand di IIMS 2023

Bersamaan dengan gelaran pembukaan Indonesia International Motor Show (IIMS) 2023 yang diselenggarakan pada 16 Februari 2023. Indomobil Group menghadirkan Indomobil Plaza yang merupakan sebuah konsep retail showroom multi-brand untuk penjualan, layanan purna jual dan bisnis suku cadang.

Event Indonesia International Motor Show (IIMS) 2023 menjadi ajang perdana untuk PT Indomobil dalam memperkenalkan Indomobil Plaza. Berlokasi di Hall A-9, Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta, Indomobil Plaza menampilkan sejumlah brand yang dinaungi oleh Indomobil Group, untuk kali ini Indomobil menampilkan tak kurang dari 15 unit mobil dari lima brand otomotif global.

Pabrikan asal kota Ingolstadt, Jerman, menampilkan Audi A5 2.0 TFSI Sportback dan A6 2.0 TFSI Sportback. Tak ketinggalan Sport Utility Vehicle (SUV) Audi Q7 3,0 TFSI serta Q8 3.0 TFSI. Masih dari benua Eropa, brand terbaru yang dibawa Indomobil ialah Citroën yang menampilkan line up SUV-nya, yakni C3, C5 Aircross serta mobil listriknya e-C4.

Sedangkan brand dari Korea, Kia juga turut serta dengan menampilkan Kia Sonet, Kia Carens dan Multi-Purpose Vehicle (MPV) mewahnya, yakni Grand Carnival. Nissan pun juga hadir dengan membawa MPV unggulan Nissan Livina VE AT Signature dan Nissan Serena, termasuk Nissan Kicks. Untuk melengkapi jajaran brand yang dinaungi oleh Indomobil Group ialah hadirnya Volkswagen dengan duet SUV unggulannya, Tiguan Sport Edition dan Tiguan Allspace.

Fariz ‘Ogud’

Mobil Kesayangan Pelé Ternyata Bukan Mobil Mewah

Salah satu legenda sepakbola dunia asal Brazil, Pelé baru saja tutup usia pada 29 Desember 2022 di São Paulo, Brazil dalam usia 82 tahun. Pelé meninggal dunia akibat penyakit kanker yang diidapnya selama beberapa tahun terakhir.

Pria ramah dan murah senyum kelahiran 23 Oktober 1940 yang memiliki nama lengkap Edson Arantes do Nascimento ini merupakan satu-satunya legenda sepakbola di dunia yang tercatat 3 kali menjuarai Piala Dunia. Bersama Pelé, Brazil sukses menjadi juara Piala Dunia pada tahun 1958, 1962 dan 1970.

Gol fenomenal yang dijebloskannya ke gawang tim tuan rumah Swedia pada menit-menit terakhir laga final membawa Seleção menjadi juara Piala Dunia 1958 dan meraih piala Jules Rimet pada usianya yang saat itu masih 17 tahun.

Pelé yang di sepanjang karirnya mencetak 1.281 gol dalam 1.366 pertandingan ini ternyata juga memiliki koleksi mobil. Tak hanya mobil sport seperti Maserati, tapi juga VW Beetle dan mobil mewah lainnya.

Pelé Dan Mercedes-Benz

Awal era 1960-an hingga era 1970-an merupakan masa keemasan karir sepakbola Pelé. Pabrikan asal Jerman, Mercedes-Benz bahkan menghadiahkan sejumlah mobil kepada Pelé.

Mercedes-Benz pertama yang hinggap di tangan Pelé ialah saloon 220Sb (W111) bermesin 6 silinder 2.2 liter. Model yang juga punya julukan Heckflosse ini menjadi generasi penerus bagi model Ponton. Desain mobil ini mengedepankan aspek kenyamanan dan keselamatan berkendara bagi pengguna serta penumpangnya. Visibilitas bagi pengendara pun tergolong amat baik di eranya.

Mobil selanjutnya yang dihadiahkan Mercedes-Benz kepadanya adalah W114. Jajaran model Mercedes-Benz W115 dan W114 cukup populer di Indonesia pada akhir 1960 hingga pertengahan 1970an dan dikenal dengan julukan Mercy Mini. Unit milik Pelé ialah 250C dengan bodi pillarless coupe dua pintu. 

Era tahun ’60-’70an merupakan masa kejayaan Mercedes-Benz berkat mobil hasil rancangan Jean Paul Bracq yang populer dan laris manis di berbagai belahan dunia, bahkan tetap melegenda hingga saat ini. Di antara sejumlah mobil koleksinya, Pelé paling sering mengendarai mobil Mercedes-Benz 250C yang dihadiahkan kepadanya sebagai kendaraan harian walau tak semewah sedan S-Class.

Sedan saloon bermesin M114 6-silinder segaris 2.5-liter bertenaga 128 hp ini mampu dipacu hingga 180 km/jam. Akselerasi 0-100 km/jam butuh waktu 12,8 detik. Jangan dibandingkan dengan ukuran zaman sekarang. Pada era ’60an mobil ini sudah terbilang kencang walau bukan mobil sport.

Aero Willys 2600 1963

Dari sejumlah mobil yang ada di garasinya, Aero Willys 2600 buatan 1963 merupakan salah satu mobil paling berkesan bagi Pelé. Tak hanya menjadi salah satu tonggak kebangkitan industri otomotif di Brazil, mobil tersebut adalah hadiah atas keberhasilannya membawa tim Brazil menjadi juara Piala Dunia 1962 pada usianya yang saat itu masih sangat belia.

Mobil yang diproduksi oleh Willys-Overland do Brasil S.A. di São Paulo, Brazil ini dibekali mesin Hurricane 2600 spek Brazil. Berbeda dengan mesin Hurricane F-head 161 untuk pasar Amerika Serikat, mesin 6-silinder segaris berkapasitas 161 cubic-inch (2.640 cc) untuk spek Brazil dilengkapi dua unit karburator one-barrel. Variant teratas seperti yang dimiliki oleh Pelé dilengkapi dengan transmisi automatic 4-speed Hydramatic. Dengan kompresi 7.6:1, output performa tenaganya 130 hp pada 4.400 rpm dengan torsi maksimum 190 Nm pada 2.000 rpm.

Menjelang akhir masa hidupnya, Pelé tak lagi dapat menikmati beragam koleksi mobil miliknya mulai dari BMW, Mercedes-Benz hingga Maserati yang total nilainya lebih dari $100 juta. Bahkan untuk berjalan pun ia harus dibantu oleh asisten dan supir pribadinya. Sang legenda kini telah pergi dan tinggal kenangan.

Selamat jalan Pelé… Adeus…

Festival Volkswagen 10, Event VW Penutup di Tahun 2022

Berbekal pengalaman dan kesuksesan menggelar event bertemakan otomotif sejak tahun 1999, menjelang akhir tahun 2022 ini Garis Enterprise kembali mengadakan acara Festival Volkswagen 10. Event berkumpulnya para antusias kendaraan Volkswagen (VW) ini digelar pada tanggal 10 Desember 2022 silam, dan kembali berlokasi di Vivo Mall Sentul, Jawa Barat.

“Acara Festival Volkswagen 10 ini digelar dengan penuh kehati-hatian terutama di saat grafik kasus COVID-19 kembali menanjak, selain dengan slogan slogan yang memang ada terpasang dilokasi tidak henti-hentinya   panitia tetap mengingatkan penonton dan peserta untuk memakai masker, menajaga jarak dan tetap mencuci tangan,” kata Adhi Wiharsa, selaku Marketing & Communication Manager Vivo Mall Sentul.

Seperti gelaran Festival Volkswagen yang sebelumnya, acara ini akan dimeriahkan dengan aktivitas meet-up, bursa suku cadang dan aksesoris, bursa kendaraan, hingga kontes kendaraan Volkswagen (VW). Tak kurang dari 27 kategori yang dikonteskan dari semua jenis dan tahun pembuatan kendaraan VW, baik untuk perseta yang menggunakan kendaraan klasik maupun kendaraan modern.

“Festival VW identik dengan sebuah acara yang mengutamakan keakraban peserta dan pengunjung, dengan tidak lupa detil dan akurasi penilaian kontes, baik bagi pemakai VW klasik namun juga untuk pengguna Nu Volks atau kendaraan yang lebih modern,” papar Bimo, dari RS Retro.

“Pada kesempatan ini, Jakarta Storm Speed dan Garis Enterprise juga ingin menginformasikan bahwa di tahun 2023 nanti, kami berencana akan menggelar suatu perhelatan besar di awal bulan Juni yang akan menggabungkan antara pameran, kontes, meet up, termasuk balap touring dan drag race,” ungkap Adi Endjun, selaku CEO JS Foundation.

“Kami akan terus berkarya dan berkreasi, tak lupa berkolaborasi bersama banyak pihak, dengan mengutamakan win-win solution. Harapannya, kerjasama tersebut semakin mengingkatkan kreasi di dunia otomotif Tanah Air,” imbuh Hari Bravo, founder dari Garis Enterprise.

VW Golf A59, Monster Yang Nyaris Ikut Reli

Tahun 1992, Volkswagen (VW) melangkah jauh dalam hal teknologi terkait Golf generasi ketiga, terutama bagi varian VR6 yang sukses membuat varian GTI menjadi terlihat ‘lemah’. Wajar saja, karena saat itu VW Golf VR6 bertenaga 174 hp, sedangkan Golf GTI ‘cuma’ punya 115 hp. Bahkan Golf generasi kedua varian GTI 16V, G60, maupun Rallye Golf memiliki performa yang lebih beringas dari Golf GTI generasi ketiga.

VW pun merasa bahwa Golf GTI baru ini tidak mumpuni untuk terjun di ajang motosport. Berbekal pengalaman dalam menciptakan VW Rallye Golf, maka Volkswagen Board of Management memutuskan untuk kembali melakukan hal yang serupa bagi Golf generasi ketiga. Proyek untuk melahirkan Super Golf mulai dilaksanakan dan direncanakan untuk ikut dalam reli Monte Carlo di tahun 1994.

Untuk dapat ikut dalam event tersebut, tentu perlu ada langkah homologasi yang mengharuskan ada 2.500 unit Super Golf tersebut. Golf ini juga memiliki nama lain, yakni A59 yang merupakan singkatan dari Auftragsnummer 59 (atau berarti pesanan nomor 59). Pihak yang ditunjuk untuk melakukan proyek ini ialah Schmidt Motorsport, milik Konrad Schmidt. Ia telah memiliki banyak pengalaman dalam menyiapkan mobil reli.

Namun akhirnya, VW hanya mampu membuat empat unit Golf A59 ini dan gagal untuk meramaikan kancah reli dunia. Ubahan dan modifikasi ekstrim yang menelan biaya luar biasa untuk satu unitnya, membuat VW terpaksa mengurungkan niatnya. Anda bisa simak fisik dari VW Golf A59 ini. Semua bentuk eksteriornya memiliki fungsi dan tugasnya sendiri.

Spakbor lebar mampu memuat velg dan ban berukuran lebar. Lubang ventilasi tambahan di spakbor berfungsi untuk mengeliminir tekanan udara di ruang dalam spakbor. Bumper dan kap mesin pun dilubangi, sehingga kelihatan tak jauh berbeda dengan bentuk keju Swiss. Walaupun desain velgnya tergolong sederhana, namun siapa saja yang melihat Golf A59 ini maka akan langsung paham karakternya.

Interior Golf A59 seperti tidak berbeda jauh dengan Golf GTI standard, tapi adanya sepasang jok bucket Recaro A8 langsung memberi tanda bahwa mobil ini memang spesial. Terdapat switch putar untuk menampilkan berbagai informasi dari kendaraan yang dapat dilihat pada panel instrumen. Setir Momo, pedal dan footrest alumunium memperlihatkan karakter sporty mobil ini.

Mesin standard dari Golf GTI memang hanya memiliki 115 hp, oleh karenanya VW harus membuat mesin baru, khusus untuk A59 ini. Bobotnya harus ringan, namun harus lebih kuat. Semuanya dirancang ulang dari awal, mulai dari blok mesin, cylinder head, kruk as, sederet komponen lain. Fitur turbocharger pun mencomot buatan KKK Turbolader, yang mampu menghasilkan tekanan hingga 2.5 bar.

Hasilnya, mesin Golf A59 memiliki output sekitar 275 hp di putaran 7.000 rpm. Seluruh tenaga tersebut disalurkan oleh transmisi manual 6-speed menuju keempat roda, melalui pembagian yang optimal untuk roda depan maupun belakang. Namun pada kondisi tertentu, sistem komputer mampu menyalurkan 100 persen output ke roda belakang saja.

Seandainya, VW siap dengan finansial untuk membuat sejumlah Golf A59 guna keperluan homologasi, maka peluang untuk berkompetisi secara sengit dengan sejumlah pabrikan lain pun terbuka luas. Dan, bukan mustahil dapat mencatatkan prestasi yang baik dalam sejarah motorsport dunia, khususnya reli dunia.

Porsche B32, Bukan VW Transporter Biasa

Sosoknya memang seperti Volkswagen (VW) Transporter T3, mata awam mungkin menyangka bahwa pemiliknya memodifikasi mobil ini dengan spoiler depan dan belakang, sedangkan velg aslinya dilengser dengan velg Fuchs milik Porsche. Padahal, mobil ini sudah tak lagi menyandang identitas sebagai VW, namun memiliki nama resmi Porsche B32.

Oke, kembali ke tahun 1979, VW menciptakan generasi ketiga dari Transporter dan cukup populer di pasar global. Sayangnya, Transporter T3 ini tidak resmi masuk ke pasar Indonesia, jadi hanya segelintir saja yang ada di Tanah Air. Produksi VW Transporter T3 berlangsung hingga tahun 1990, namun di Afrika Selatan baru berakhir di tahun 2002.

Ide liar Porsche ini tercetus di pertengahan tahun 1980an, kemungkinan besar di antara tahun 1983 dan 1985. Di saat Porsche sedang bersemangat mengembangkan 959 untuk ajang motorsport Group B dan serius untuk mengikuti event reli Paris-Dakar, mereka memerlukan kendaraan pendukung (support vehicle) yang untuk membawa komponen serta perkakas, namun harus berperforma tinggi.

Sempat terpikirkan, unit Mercedes-Benz 280 GE yang mesin aslinya diganti dengan mesin V8 milik Porsche 928. Supaya tetap masih ada ‘hubungan darah’ dengan Porsche, maka diputuskan untuk menggunakan VW Transporter T3. Mesin asli dilepas, lalu dijejalkan mesin Porsche 911 Carrera 3.2. Mesin Porsche 6 silinder boxer 3.2 liter ini memiliki tenaga 231 hp dan dipadu dengan transmisi 915 5-speed milik Porsche 911 SC.

Agar mobil ini tidak tergopoh-gopoh di kecepatan tinggi, maka suspensi pun mendapat upgrade dan sistem pengereman turut dioptimalkan. Hasilnya, Porsche B32 ini mampu berakselerasi dari posisi diam hingga 100 km/jam dalam tempo 8 detik. Sedangkan top speed mencapai 185 km/jam! Angka yang mustahil diperoleh jika mesin menggunakan mesin VW 4 silinder boxer 1.9 liter atau 2.1 liter bawaan pabrik.

Karena Porsche mengambil beberapa unit VW Transporter T3 dengan varian Caravelle Carat, maka interiornya pun tergolong mewah. Jok pada baris kedua pun dapat diputar dan ada meja lipat di antara jok baris kedua dan ketiga. Sebagai sentuhan akhir, setir dan tuas transmisi menggunakan milik Porsche 911.

Kenapa Porsche B32 ini begitu jarang terlihat? Ya, karena Porsche hanya membuat Transporter ‘mencekam’ ini tak lebih dari 15 unit, itupun sudah termasuk beberapa unit prototipe. Belum lama ini, ada satu unit yang muncul di permukaan dan dibanderol dengan harga €364.900 (atau setara dengan Rp 6 milyar). Angka ini sudah setara dengan nilai sebuah Porsche 911 klasik…

Usia ke-41 Tahun, Volkswagen Van Club Semakin Peduli Kepada Sesama

Volkswagen Van Club berpredikat sebagai klub otomotif tertua di Indonesia dengan satu merek dan tipe.

Kelanggengan sebuah komunitas tak terlepas dari kemampuan para warganya dalam menjalin kebersamaan meski di tengah perbedaan. Hal inilah yang ditunjukkan Volkswagen Van Club (VVC) dalam menginjak usia 41 tahun.

Usia 41 tahun merupakan usia yang semakin dewasa dan matang dalam berbagai hal. Untuk itu, dalam syukuran dirgahayunya, VVC kembali memperkuat komitmennya untuk senantiasa bersatu dalam hobi dan kebersamaan. VVC juga berpredikat sebagai klub otomotif tertua di Indonesia dengan satu merek dan tipe (VW Kombi)

Sebagai klub otomotif tertua, kegiatan dan aktivitas VVC pun menjadi tolok ukur berbagai komunitas otomotif lainnya. Tidak hanya sekadar memelihara kendaraan VW Kombi yang sudah lawas seperti para pemiliknya, namun juga apa yang dilakukan VVC terhadap lingkungan sekitar menjadi acuan bagi klub-klub otomotif yang bernaung di bawah IMI.

“VVC dengan usia matang saat ini, diharapkan semakin dewasa dalam menjalin silaturahmi antar anggotanya, menggelar berbagai aktivitas, lebih berkepedulian terhadap sesama, dan tentunya mampu memberi prestasi pada negeri ini,” jelas Irjen. Pol. (Purn.) Drs. Pudji Hartanto Iskandar, M.M, selaku Ketua Umum VVC.

Perkuat rasa peduli terhadap sesama

Dalam kesempatan yang sama, beliau tak bosannya mengingatkan kembali tagline VVC yakni, tagar #VVCSemakinHebat, dengan motto VVC Peduli Sesama, Prestasi Membangun Negeri. “Sekarang VVC sudah semakin dewasa dan matang. Artinya bagi para warga VVC, kini saatnya kita memperkuat rasa kepedulian terhadap sesama yang lebih membutuhkan. Setiap kegiatan VVC harus memiliki makna dan bisa berprestasi untuk negeri,” imbuhnya.

Terkait akan diselenggarakannya event VVC pada 22-23 Oktober 2022 nanti, di Sirkuit Non-permanen Adhi City Sentul, Pudji mengimbau dan mengajak semua pengurus dan anggota untuk dapat guyub menyukseskan gelaran ini dengan memaksimalkan potensi sumber daya yang ada.

Acara syukuran HUT 41 Tahun VVC turut dihadiri Badan Pendiri antara lain Atok Soenarto, Dewan Pembina, Pengurus Harian, dan sebagian besar anggota yang bisa meluangkan waktu di hari kerja ini. Diawali sambutan Ketua Umum VVC, lalu sambutan dilanjut ke Dewan Pembina diwakili Jenderal Polisi (Purn.) Drs. Roesmanhadi, SH.

Sebagai penutup acara, seremonial HUT diakhiri dengan pemotongan tumpeng oleh Ketua Umum Pudji Hartanto yang diserahkan ke Harvyanto, sebagai Ketua Pelaksana VVC Go and Fast yang merupakan putaran kedua Drag Race VW Series nasional. Seri pertama telah digelar VBC di Lanud Rumpin, sedangkan putaran ketiga akan diadakan oleh VW Club Bandung. Semoga semakin guyub dan sukses menggelar acara drag race nanti!

VW ‘Kecebong’ Jadi Juara Hot Wheels Legends Indonesia

Hot Wheels Legends Tour mencari mobil modifikasi terunik dan terbaik dari seluruh dunia.

Anda suka Hot Wheels? Sepertinya kecil kemungkinannya untuk menjawab tidak. Karena kami pun sulit untuk tidak menyukai Hot Wheels, apalagi yang edisi terbatas… Belum lama ini, brand asal Amerika tersebut menggelar kompetisi Hot Wheels Legends Tour Indonesia. Terdapat ratusan pendaftar yang kemudian tersaring menjadi 30 mobil modifikasi yang akan dipajang dan dipertunjukkan.

Para juri lalu melakukan penilaian secara langsung. Selanjutnya mengumumkan pemenang dan perwakilan Indonesia ke tahap selanjutnya. Hot Wheels Legends Tour memiliki misi dalam pencarian mobil modifikasi terunik dan terbaik dari seluruh dunia. Ada beberapa tahap kompetisi dan pemenang dari kompetisi Hot Wheels Legends Tour ini akan diabadikan sebagai miniatur mobil diecast Hot Wheels berskala 1:64 yang akan diproduksi dan dipasarkan secara masal ke seluruh dunia.

Tahap registrasi Hot Wheels Legends Tour Indonesia dilakukan selama periode 3 bulan, dari tanggal 1 Juni sampai dengan 8 Agustus 2022. “Setelah empat tahun dan puluhan acara telah digelar, sungguh luar biasa melihat perkembangan Hot Wheels Legends Tour, baik di Amerika Serikat maupun di luar Amerika Serikat,” kata Ted Wu, selaku Vice President, Global Head of Design for Vehicles, Mattel.

Hot Wheels Indonesia berkolaborasi dengan Indonesia Diecast Expo (IDE) dan The Elite, dan penjurian oleh juri dari lokal maupun global pun sudah dilakukan. “Antusiasme para penggemar modifikasi Indonesia untuk mengikuti Hot Wheels Legends Tour Indonesia ini sangat besar sekali yang terlihat dari jumlah peserta yang mendaftar. Mobil yang sangat variatif dan memiliki kelebihan masing-masing membuat kami harus lebih teliti untuk memilih pemenangnya,” kata Didiet Banditoz, pemilik rumah kustom Banditoz Garage, sekaligus juri dari Hot Wheels Legends Tour Indonesia.

Puncak acara dari perjalanan Hot Wheels Legends Tour Indonesia ini akan diselenggarakan di QBIG BSD City, Kabupaten Tangerang pada tanggal 20-21 Agustus 2022. Hot Wheels Indonesia akan mengadakan pameran yang menampilkan 30 mobil modifikasi terbaik dari kompetisi Hot Wheels Legends Tour Indonesia dan tim juri akan melakukan penilaian secara langsung, mengumumkan pemenang di hari yang sama.

Dalam menentukan pemenang, kriteria penjurian akan melihat dari 5 elemen: yang pertama adalah Hot Wheels Story atau juri ingin melihat sedalam apa peserta terinspirasi dari mobil-mobil diecast Hot Wheels dalam memodifikasi mobil mereka. Kedua, dari sisi desainnya apakah memiliki karakteristik seperti desain mobil diecast Hot Wheels yang mencengangkan. Yang ketiga adalah orisinalitas dari karya modifikasi juga menjadi hal penting yang akan dilihat para juri.

Keempat, ada semangat pembuatan atau garage spirit. Seperti tagline Hot Wheels, ‘It’s built not bought’, garage spirit ini akan menilai elemen-elemen modifikasi penting yang menitikberatkan dari sisi pembuatannya, bukan modifikasi yang tinggal beli dan pasang. Yang terakhir adalah performa dan keasyikan berkendara dalam penggunaan modifikasi mobil tersebut, apakah masih layak dan menyenangkan apabila dikendarai di jalanan.

Pemenang Hot Wheels Legends Tour Indonesia akan mendapatkan kesempatan masuk dalam Semifinal APAC (Asia Pasifik), dimana pemenang dari beberapa negara seperti dari Malaysia, Filipina, Jepang, Australia dan New Zealand akan diadu sebelum berlanjut ke Semifinal Global yang akan mempertandingkan juara dari masing-masing region. Ajang Semifinal Global sendiri pun akan dilakukan secara virtual oleh para juri global dari Hot Wheels Amerika pada bulan Oktober 2022.

Setelah melakukan penilaian secara komprehensif, juri sudah menentukan pemenang dari Hot Wheels Legends Tour Indonesia, Denny Kusumah. Ia merupakan pemenang pertama dari Indonesia dalam program global tahunan Hot Wheels Legends Tour ini dan bersiap-siap untuk mengikuti babak selanjutnya yaitu babak kualifikasi se-Asia Pasifik. Modifikasi yang boleh dibilang sangat ekstrim ini memadukan dua jenis mobil Volkswagen (VW) yang berbeda menjadi satu mobil. Bentuknyanpun jadi seperti seekor kecebong mungil.

Dengan memotong chassis langsung dari tengah dengan keseluruhan body mobil VW Kombi pada bagian depan lalu menyambungnya dengan buritan mobil VW Beetle memang sangat terlihat ekstrim. Dan hebatnya, mobil ini dapat berjalan dengan handlingnya yang normal. Pengerjaannya sendiri memakan waktu cukup lama yaitu hingga 3 tahun.

“Saya sangat senang dan bangga bisa menjadi pemenang Hot Wheels Legends Tour Indonesia dan mewakili negara saya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu berkompetisi dengan negara-negara lainnya,” kata pria asal kota Bandung itu. Denny Kusumah berhasil menyingkirkan seluruh peserta dari Indonesia yang totalnya sebanyak 130 mobil modifikasi dan pada babak final Indonesia berhasil menyingirkan sekitar 29 mobil modifikasi lainnya yang langsung dinilai oleh para juri lokal dan juga global.