Kita sedikit bernostalgia ke era ’90an. Pada saat itu, Suzuki memiliki sportbike yang sangat populer dan kondang di Indonesia, RGR 150.
Motor yang kerap disebut “Suzy Er Ji (RG)” ini hadir pertamakali di Indonesia pada Februari 1990 dengan model Sprinter. Motor sport dengan mesin 2-tak ini diimpor dari Thailand secara CBU oleh PT Suzuki Indomobil Sales selaku APM Suzuki di Indonesia.
Sementara di negara asalnya yakni Thailand, motor ini dipasarkan dengan label RG-V 150 SS. Lalu di Malaysia dikenal dengan nama Suzuki TXR 150.
Desainnya yang ramping dan sporty terinspirasi dari sportbike Suzuki GSX 1100 S Katana yang populer pada era ’80an. Kedatangan RGR 150 menjadi kegembiraan bagi para penggemar sportbike, yang sebelumnya hanya dapat mengagumi motor Katana lewat majalah atau poster di dinding kamar mereka.
Ada tiga generasi yang dipasarkan di Indonesia mulai tahun 1990 hingga 1997.
Suzuki RGR 150 Spinter (1990-1992)
RGR 150 generasi pertama dikenal dengan julukan RG (er ji) Sprinter dengan lampu rem dan sein belakang terpisah. Seperti pada motor bebek Suzuki Sprinter.
Body ramping dengan half-fairing plus cover mesin alias under cowl membuat tampilannya terlihat sporty dan keren. Spidometernya pun keren. Tak heran jika Er Ji begitu digandrungi oleh anak muda.
Dibanding kompetitor seangkatannya yang masih bermesin 125 cc-135 cc, mesin 150 cc yang diusung RGR jelas lebih besar. Swing arm belakangnya pun sudah menggunakan monoshock.
Teknologi yang dibekalkan juga terbilang paling canggih di zamannya. Mulai dari SIPC (Suzuki Intake Pulse Control) yang mengontrol pasokan bensin sesuai kebutuhan mesin. Lalu ada SSS (Suzuki Super Scavenging System) yang berfungsi memberi asupan udara ekstra saat mesin berada di rpm tinggi.
Mesin 2-tak berkapasitas 147 cc (dibulatkan jadi 150 cc) tanpa radiator yang diusung memiliki rasio kompresi lumayan tinggi, 7,0:1. Pengabutan bensin dan udara menggunakan karburator Mikuni VM26SS. Pengapian telah menggunakan CDI, namun sistem kelistrikan hanya 6V.
Output tenaga maksimumnya 24,2 hp di putaran mesin 10.000 rpm, dengan torsi maksimun 17,2 Nm pada 8.500 rpm.
Produksinya berakhir pada tahun 1992. Tahun berikutnya, muncul generasi kedua.
Suzuki RGR 150 Crystal (1993-1995)
Pada generasi kedua, body RGR 150 telah memakai full fairing yang ramping. Lampu rem dan sein belakang sudah jadi satu, modelnya persis seperti pada bebek Suzuki Crystal. Dari sinilah muncul julukan RGR 150 Crystal.
Pada Er Ji gen-2 ini ada dua generasi variant body. Versi pertama (1993) panel body belakangnya masih terpisah seperti pada gen-1. Versi kedua (1994-1995) panel body mulai dari bawah tangki sampai belakang sudah tanpa sambungan.
Dua generasi awal, Er Ji tak hanya populer di kalangan anak nongkrong kota-kota besar di Indonesia. Er Ji pun sangat disegani di berbagai ajang kejuaraan road race. Tak hanya di Indonesia, namun juga di Malaysia dan Thailand.
Usia produksi gen-2 ini hanya sampai akhir tahun 1995.
Suzuki RGR 150 Tornado/Jumbo (1996-1997)
Pada generasi ketiga, RGR 150 mengalami perubahan besar. Body, frame dan fairingnya lebih besar, mirip Suzuki RG-V 250. Karena bodynya yang bongsor inilah maka muncul julukan “Jumbo”. Nah, soal kenapa disebut Tornado, karena lampu belakangnya sudah model semi oval seperti bebek 2-tak Suzuki Tornado GS 110.
Mesin pun mengalami perubahan teknologi. Tak hanya dilengkapi radiator, namun juga dibekali perangkat AETC (Automatic Exhaust Timing Control) seperti pada Suzuki RG-V 250.
Pada rpm rendah, katup otomatis lubang saluran keluar akan menjaga aliran gas buang tidak loss agar torsi mesin tetap terjaga. Pada putaran mesin di atas 7.000 rpm, katup akan membuka penuh dan membebaskan aliran gas buang.
Hanya saja, RGR 150 gen-3 untuk Indonesia lebih banyak beredar versi tanpa radiator. Nah, sistem kelistrikan pada gen-3 telah berubah menjadi 12V.
Tabung knalpotnya yang lebih besar dan karbu baru Mikuni TM28SS membuat tenaganya meningkat menjadi 38 hp. Torsi maksimum 24 Nm yang dicapai pada 10.000 rpm. Dengan transmisi manual 6-speed close ratio dan limiter di 12.500 rpm, top speednya dibatasi hanya 180 km/jam. Edan…!
Konsekuensinya, tak perlu kaget kalau konsumsi BBM-nya kurang dari 10 km/liter.
Er Ji gen-3 masuk ke Indonesia hanya sampai 1997. Krisis ekonomi yang melanda Tanah Air di tahun 1998 membuat pihak APM tak lagi mendatangkannya ke Indonesia.
Tidak bisa dipungkiri, motor 2-tak ini sempat menjadi simbol kejayaan pemiliknya. Kini, harganya pun melambung tinggi, atas nama motor nostalgia.