Pertanyaan terbesar kami saat Hyundai memperkenalkan EV Ioniq 5 dan Ioniq 6 di Indonesia adalah, ini mobil ditujukan untuk siapa? Mobil listrik berbentuk sedan empat pintu dengan bentuk eksotis, tidak semua orang bisa menerima. Satunya lagi berbentuk retro dan tidak kalah eksotis. Belum lagi, sedan atau hatchback bukan pilihan favorit pangsa pasar otomotif jaman sekarang.
Namun hal tersebut tidak menahan Hyundai Motors Indonesia (HMID) untuk memperkenalkan keduanya. Mereka percaya diri berkat performa mobil yang sporty. Tenaga buas, bentuk mudah diingat dan fitur berlimpah. Ini yang membuat orang malah jadi penasaran. Belum lagi yang dipasarkan di Indonesia memiliki format gerak empat roda (AWD) dengan dua motor listrik. Satu di sumbu roda depan, satunya di belakang.
Perjalanan mayoritas dilakukan di dalam Ioniq 5. Jakarta hingga Semarang lalu lanjut Surabaya ke Banyuwangi dan Gilimanuk menuju Nusa Dua di Bali.
Kami berkesempatan mencoba Ioniq 6 dari kota Solo menuju Surabaya. Melewati tol yang panjang dan membosankan. Duduk di posisi penumpang, kami merasakan seperti apa rasa sedan kencang ini.
Kencang adalah kata kunci penting. Hyundai Ioniq 6 didesain dengan berorientasi kepada pengemudi. Jadi, kalau Anda familiar dengan Ioniq 5, ini tidak bisa dibandingkan. Ioniq 5 adalah hatchback keluarga. Ioniq 6 adalah sedan sport yang mengedepankan kepuasan mengemudi.
Efek bawaannya, Ioniq 5 akan terasa menyenangkan untuk membawa keluarga. Jok belakang bisa diatur sandarannya, ruang kaki dan kepala lega di depan maupun belakang. Pada ‘the 6’, kelegaan kabin mungkin akan menyusut karena ruang kepala belakang yang lebih rendah. Efek dari atap macam mobil coupe. Selain itu, di depan partisi antara penumpang dan pengemudi sangat tegas. Pada Ioniq 5, ruang kaki depan bagian kiri dan kanan tidak ada pemisah.
Performa
Itu baru dari sisi kenyamanan berkendara. Rasa Ioniq 6 yang dibekali dual motor cukup berbeda. Untuk diketahui, Hyundai membekali sedan ini dengan sepasang motor listrik yang mengeluarkan daya total 321,4 hp. Torsinya 605 hp. Kalau Anda penggiat otomotif, pasti paham, angka tersebut adalah ranahnya sport car atau supercar entry level.
Ini yang membuat kami tersenyum saat menekan pedal gas sedalam mungkin. Angka 120 km/jam seolah diraih tanpa mobil merasa kepayahan, seperti yang kami rasakan. Itupun, mobil diisi empat penumpang dewasa dengan rata-rata bobot diatas 80 kg. Plus empat koper, laptop, kamera dan bawaan lainnya.
Menurut klaim, akselerasi 0-100 km/jam bisa diselesaikan dalam 5,1 detik untuk versi yang ada ini. Hyundai Motors Indonesia (HMID) APM mobil Korea Selatan tersebut tidak menyebutkan bobotnya berapa, tapi di beberapa media luar tertera kisaran beratnya antara 1.800 hingga 2.055 kg. Karena yang dijual di Indonesia adalah versi Signature dengan gerak AWD dan baterai paling besar (77,4 kW), kemungkinan bobotnya yang paling berat itu.
Ioniq 5, untuk mendapatkan rasa yang agresif, harus dijalankan dalam mode Sport. Mode Normal sebetulnya masih memberikan tonjokan torsi ala EV, namun tidak sekuat 6.
Beda Kaki
Untuk itu, Hyundai melakukan penyesuaian pada bagian suspensi. Dengan mengandalkan format MacPherson Strut di depan serta multi link untuk belakang, Ioniq 6 diberikan suspensi yang lebih kaku. Beda dengan Ioniq 5 yang cenderung mengedepankan kenyamanan berkendara.
Dengan begitu, Ioniq 6 mampu bermanuver dengan lebih tajam, serta melaju di kecepatan tinggi dengan lebih stabil. Kami mencoba peredamannya di jalan tol Solo-Surabaya dan memang, rasanya cukup berbeda. Untuk penumpang belakang, peredaman yang keras lebih terasa. Tapi pengemudi diberikan rasa percaya diri yang lebih tinggi saat melaju.
Bicara pengendalian, bobot setir terasa kosong saat berada dalam mode berkendara Eco ataupun Normal. Tipikal elektronik power steering (EPS) yang ada di mobil modern. Responsif, tapi kosong. Saat diganti ke mode Sport yang lebih agresif, bobotnya memberat. Dan ini melenceng dari perkiraan kami yang berharap paling tidak pergerakan kemudi jadi lebih mantap.
Jarak Tempuh
Hyundai Ioniq 6 AWD diklaim memiliki jarak tempuh hingga 440 km. Tentunya kami tidak memaksimalkan kemampuan jarak tersebut.
Pengisian ulang baterai 77,1 kWh dilakukan di Surabaya dari 48 persen hingga penuh untuk menempuh perjalanan berikutnya ke Banyuwangi. Rentang kecepatannya cukup beragam antara 60-100 km/jam. Tentunya kemampuan berlari mobil ini lebih dari itu.
Deretan fitur pembantu berkendara kami manfaatkan mulai dari mode berkendara Eco (selain Normal dan Sport), cruise control adaptif hingga lane keeping assist. Termasuk regenerative braking yang tersedia dalam empat tingkatan plus kemampuan i-Pedal (berkendara dengan satu pedal).
Secara keseluruhan, kami berkendara menggunakan Hyundai Ioniq 5 dan 6 sejauh kurang lebih 1.300 km. Demiembuktikan kalau EV juga bisa digunakan perjalanan antar pulau.
Soal SPKLU, meski harus diakui masih terbatas, tapi sudah lumayan mendukung. Kamintidak kesulitan menemukan charger super fast 200 kW di tol atau fasilitas fast charging di perkotaan yang dilewati. Total lima kali Ioniq 5 dan 6 diisi baterai sepanjang perjalanan.
Yang agak kami paksakan adalah saat mengendarai Ioniq 5 dari Jakarta. Isi ulang terlalu dini di km 130 (tol Cipali), dan terus berjalan hingga baterai tinggal delapan persen. Dengan pedal gas diinjak seenaknya. Untungnya Hyundai dan oanitia penyelenggara menginformasikan SPKLU ada di km 279. Rest area terakhir sebelum gerbang tol Kalikangkung.
Perjalanan ini meyakinkan kami kalau EV cukup reliable dibawa jauh. Dengan catatan, rencanakan betul perjalanan. Termasuk unduh aplikasi yang menyediakan informasi soal lokasi SPKLU.