Ford

Tanpa Ford di F1, Anda Tidak Akan Kenal Michael Schumacher

Ford memastikan akan masuk ke balapan F1 tahun 2026 nanti. Mereka akan bergandengan dengan Red Bull Racing sebagai ‘technical partner’. Artinya, Ford akan menyediakan mesin. Kembalinya pabrikan Amerika Serikat itu sebetulnya cukup ironis.

Red BUll Racing 2023 Livery

Kenapa? Karena dulu Red Bull Racing adalah punya Ford. Dan bukan anak baru juga di balapan pemuncak ini. 174 kemenangan sudah dikantongi. Bahkan tanpa merek ini, Anda tidak akan kenal siapa Michael Schumacher.

DFV Engine

Mesin dengan kode DFV menandai masuknya Ford ke balapan F1 pada tahun 1967 di sirkuit Zandvoort, Belanda. DFV adalah hasil kerjasama Ford dengan tuner Cosworth. Terpasang di mobil F1 Lotus 49, langsung memberikan pole position untuk Graham Hill. Saat balapan, Ford Lotus 49 yang dikendarai memberikan kemenangan pertama untuk Ford.

Ford Cosworth DFV engine

Tahun itu, mesin DFV sukses membuat Lotus bertengger di posisi kedua klasemen akhir konstruktor. Jim Clark menempati posisi ketiga di klasemen pembalap.

1968 Ford akhirnya mencabut hak eksklusif untuk mesin DFV. Mesin ini akhirnya tidak hanya digunakan oleh Lotus, tapi juga McLaren dan Matra. Dari 12 balapan, mesin Ford di F1 masa itu menang 11 kali. Penggunanya meraih posisi satu sampai tiga di klasemen akhir.

Lotus Ford 49

 

Seiring berjalannya waktu, DFV dianggap penggerak yang bisa diandalkan dan tidak terlalu mahal. Maka makin banyak tim yang menggunakan mesin ini seperti Brabham, Williams dan Surtees. 

Ford Cosworth DFV terus digunakan hingga 1983. Mesin ini mempersembahkan 176 kemenangan untuk yang menggunakan. Inilah salah satu mesin mobil F1 yang paling sukses dalam sejarah.

Era Kurang Lancar

Setelah 1983, balapan F1 memasuki babak baru dimana mesin turbo jadi andalan. Ini adalah bagian pertama dari kiprah mesin turbo di lomba ini. 1984 mereka menyediakan mesin untuk Tyrell dan jadi satu-satunya mesin non-turbo di arena. Hasilnya, Tyrell diasapi terus.

Tyrell F1

Ford membuat mesin V6 turbo bersama tim Haas Lola. Kode mesinnya GBA 1.5 Turbo V6. Untuk diingat, Haas yang ini tidak ada hubungannya dengan Haas F1 tim yang ada sekarang. Tapi pengembangan dan produksinya berjalan lambat. Baru tahun 1986 baru bisa digunakan. Sialnya, mesin tidak punya performa yang mumpuni. Masa itu mesin Honda di Williams dan Porsche (menggunakan nama TAG) di McLaren yang paling dominan.

Benetton Ford 1987

1987 agak mendingan. Bersama Tyrell dan tim baru, Benetton F1 sebagai pengguna mesin baru DFZ 3.5 berkonfigurasi V8 non-turbo. Mesin ini mempersembahkan posisi lima dan enam untuk penggunanya di klasemen akhir. Meski tanpa raihan podium juara.

Penghantar Sang Legenda

Setelah 1987, segalanya seperti bergulir lancar. Ford terus menyuplai mesin untuk Benetton. 1989 Benetton dengan pembalap Alessandro Nannini juara di balapan F1 Jepang. Tahun itu, Benetton finish urutan keempat. Sementara Tyrell kelima. Lumayan.

Benetton Ford 1994

Tahun berikutnya, Benetton Ford lebih bersinar. Nelson Piquet juara dua kali dan membuat pembalap Brazil itu menempati posisi ketiga di klasemen akhir. Sementara timnya menduduki tempat ketiga klasemen konstruktor. Setelah itu, Benetton Ford seperti jadi pelanggan juara tiga selama musim 92-93.

1994 agak lain. Delapan dari 16 balapan dimenangkan oleh pembalap muda bernama Michael Schumacher dari tim Benetton Ford. Tahun itu, ia jadi juara dunia untuk pertama kalinya. Namun timnya hanya bisa bersandar di posisi kedua setelah dikalahkan Williams Renault.

Langkah Berbeda Ford

Tahun berikutnya Benetton ganti mesin menggunakan Renault. Ford jadi rekanan Stewart Grand Prix dan sebuah tim baru yang namanya Red Bull Sauber F1 Team. Tim yang dimiliki oleh Jackie Stewart, juara dunia F1 tiga kali. Tiga musim dilalui tanpa ada hasil yang signifikan. Baru 1999, Stewart bisa berbicara. Itupun hanya finish keempat di klasemen, setelah Johny Herbert menang di European Grand Prix.

Stewart Grand Prix

Setahun kemudian, Stewart diambil alih oleh Ford dan menjadi tim pabrikan. Mereka menggunakan nama Jaguar F1 team, karena Jaguar saat itu dikendalikan oleh mereka. Sayang, tidak bisa berbicara banyak. Jarang ada hasil yang signifikan.

Yang lumayan ada ‘suaranya’ malah tim konsumen mereka, Jordan Ford dengan pembalap Giancarlo Fisichella. Mereka menang di balapan Brazil 2003. Tahun itu, Jaguar finish ketujuh, Jordan Ford kesembilan. Inilah kemenangan terakhir untuk mesin Ford.

Jaguar F1 2004

2004 jadi musim terakhir Ford di F1. Setahun kemudian tim ini dijual ke Red Bull yang tahun itu sebetulnya masih menggunakan mobil bikinan Ford/Jaguar. Pembalapnya Mark Webber dan Christian Klein. Lagi-lagi, hasilnya tidak signifikan karena finish ketujuh di klasemen konstruktor.

Nah, entah kenapa, kami merasa Ford dan Red Bull akan bisa jalan bersama menuju juara. Keduanya punya pengalaman yang pahit dan manis. Motivasi Red Bull sangat kuat untuk tetap bisa berada di puncak. Ford punya pengalaman membuat mesin F1 yang hebat, Red Bull dalam asuhan Christian Horner, tahu betul bagaimana caranya untuk menang.

Kita lihat saja. Regulasi baru F1 tahun 2026 merupakan sebuah revolusi regulasi untuk memudahkan para kontestan. Mesin yang lebih mudah dibuat dan ramah lingkungan, serta pembatasan biaya pengembangan setiap tim, akan memunculkan sesuatu yang pastinya berbeda.

Red Bull RB01

Ford dan Red Bull Racing Ketahuan Akan Kerjasama di F1

Desember lalu, ada rumor yang mengatakan Ford tertarik untuk kembali lagi ke balapan F1. Ini terdengar sebelum Cadillac dan Andretti membuat heboh bulan lalu. Kami tidak terlalu tertarik, tapi kemudian ada yang membocorkan kalau Ford memang akan kembali ke ajang Formula One, bersama Red Bull Racing.

Berita ini bocor karena ada salah paham antara Red Bull Racing dan agensi pemberitaan Ansa yang berkantor di Italia. Masalahnya, tim balap itu tidak bilang kalau berita tersebut diembargo (dilarang ditayangkan) hingga hari Jumat ini. 

[UPDATE 04/02/2023] Resmi, Ford dan Red Bull Racing akan kerjasama mulai musim balap F1 tahun 2026. 

Menurut berita yang bocor duluan itu, Ford akan mendukung Red Bull tahun 2026. Bentuk support-nya dalam bentuk pengembangan mesin. Seperti diketahui, saat ini tim asuhan Christian Horner itu mengandalkan mesin Honda. Namun kerjasama dengan pabrikan Jepang itu akan berakhir di penghujung musim 2025. Untuk mempersiapkan melepas Honda, Horner dan koleganya sudah mendirikan divisi Red Bull Powertrain untuk membuat mesin. Dan di situlah Ford akan hadir.

Red Bull Ford Sauber F1

Ford sendiri tidak membantah. Dikutip dari Crash, Mark Rushbrook, bos Ford Performance, divisi pembuat mobil kencang mengatakan, “F1 (sekarang) memiliki perkembangan yang kuat. Baik di Amerika Serikat ataupun global. Balapannya makin seru. Dan mereka juga bisa menggaet target (penonton) baru melalui acara TV Drive to Survive.”

Rushbrook juga bilang kalau Ford ikut balapan demi menciptakan sebuah inovasi, transfer teknologi dan kesempatan belajar. “Juga potensi marketing yang bagus,” tambahnya.

Kalau Anda mengikuti F1, tentu paham kalau Ford bukanlah nama yang asing di ajang balapan pemuncak ini. Terakhir mereka turun balapan adalah tahun 2004 dengan membawa nama Jaguar. Waktu itu Jaguar berada di bawah kendali Ford Motor Company. Ironisnya, setelah musim tersebut, Ford melepas Jaguar ke Tata Motors. Mereka jual tim F1-nya ke Red Bull Racing.

Selain Ford, Porsche juga sempat benegosiasi dengan Red Bull Racing. Namun gagal karena dikatakan Porsche terlalu banyak maunya.

Duet Ford Mustang Mach-E Unik Buatan Coleman Milne

Pamor crossover bertenaga listrik Ford Mustang Mach-E memang belum setenar Mustang GT. Namun bukan berarti kuda liar bertenaga listrik dari istal The Blue Oval ini tak bisa dimodifikasi.

Dua konsep agak absurd muncul dari perusahaan spesialis karoseri Coleman Milne asal Inggris. Ford Mustang Mach-E ini dirubah menjadi  sebuah Limousine dan Kereta Merta alias mobil jenazah.

Alasan di balik ide tersebut pun cukup menakjubkan. Mengakomodir orang yang ingin berpesta dan mengantar ke tempat peristirahatan terakhir mereka dengan keren dan ramah lingkungan. Nah, pilihan basis modifikasi pun jatuh pada Mustang Mach-E.

Mustang Mach-E Limousine

Konsep pertama dari Coleman Milne adalah sebuah Ford Mustang Mach-E berwujud limousine. Desain limousine memiliki body yang extra panjang dengan enam buah pintu. Mobil ini berubah dari mobil 4-pintu menjadi 6-pintu.

Panjang sasis dan body Mustang Mach-E yang aslinya 4.739 mm tak hanya dimulurkan. namun juga dimekarkan. Panjang body mulur menjadi 5.816,6 mm. Tinggi mobil pun diubah menjadi 1.625,6 mm dan lebar body berubah menjadi 1.879,6 mm. Jadilah sebuah limousine 7-seater yang siap diajak ke pesta gala red carpet… dengan penuh gaya.

Sayang, pihak Coleman Milne belum mengunggah foto interior dari limousine buatan mereka ini. Namun tentunya kemasan interiornya diklaim tak kalah mewah dari limousine milik para selebriti. Bahkan para konsumen dapat memesan secara khusus kemasan interior limousine sesuai keinginan mereka.

Kereta Merta Mustang Mach-E

Modifikasi kedua yang dilakukan pada Mustang Mach-E yakni versi Kereta Merta. Punggawa Coleman Milne memperoleh ide kedua ini saat melihat sejumlah Kereta Merta versi Mercedes-AMG dan Jaguar. Kedua mobil ini sering mengantar para petinggi negara dan tokoh penting dunia ke tempat peristirahatan terakhir mereka dengan megah dan keren.

Tak hanya memiliki body yang lebih panjang, namun Kereta Merta ini juga lebih tinggi dan bongsor dari versi standarnya. Ditambah lagi  panel body yang diganti dengan panel kaca extra lebar.

Ubahan pun dilakukan dengan memekarkan dimensi kendaraan. Panjang body berubah menjadi 6.273,8 mm. Kubah atap kabin yang menjulang pun merubah tinggi mobil menjadi 1.955,8 mm. Sedangkan lebar body pun kini terkoreksi menjadi 1.879,6 mm, sama seperti versi limousine.

Ubahan lain pada body antara lain pengoperasian pintu kargo dengan motor elektrik. Sementara untuk memudahkan akses masuk dan keluar peti jenazah, dek kargo belakang ditambah sistem rel geser. Jok depan pun diubah menjadi versi tiga penumpang.

Tak ada ubahan pada motor listrik penggerak. Coleman Milne tetap membiarkannya dalam kondisi standar karena dirasa tidak perlu.

Demikian pula dengan baterai lithium-ion yang digunakan pada kedua mobil ini masih spek pabrikan dengan kapasitas daya 75 kWh.

Pengisian ulang daya baterai dari 10% menjadi 80% menggunakan fast charger DC hanya butuh waktu 38 menit. Mustang Mach-E pun dapat melakukan pengisian ulang daya baterai pada stasiun fast-charging berdaya 115 kilo watt.

Penambahan bobot kendaraan akibat adanya ubahan pada body dan sasis mobil tentunya berimbas pada daya jelajah maksimum kendaraan.

Mustang Mach-E versi standar mampu menjelajah hingga sejauh 437 km. Namun dengan bertambahnya bobot, daya jelajah maksimum rata-rata berdasarkan siklus WLTP Eropa pada kedua mobil ini pun melorot menjadi hanya 320 km saja untuk sekali pengisian ulang daya baterai.

Coleman Milne menyatakan bahwa kedua konsep Mustang Mach-E saat ini tengah dalam proses pengerjaan. Diharapkan keduanya akan selesai digarap pada pertengahan tahun ini. Bagaimana, keren bukan?

 

Ken Block Gymkhana

10 Mobil Jagoan Ken Block, Ada Apa Saja?

Masih mengawali momen tahun baru, berita tidak mengenakan terdengar dari laman media sosial Hoonigans pada 3 Januari 2023. Ya, Ken Block meninggal dunia akibat kecelakaan saat mengendarai snowmobile (kendaraan salju) di pegunungan Utah, Amerika Serikat. Kontan saja berita duka ini tersebar dengan cepat di segala penjuru bumi. Dunia otomotif tidak akan pernah sama lagi, sebab Ken Block telah tiada.

Pria yang berpulang di usia 55 tahun ini dikenal akan kepiawaiannya dalam aksi mengendalikan mobil berperforma tinggi. Mulai dari ajang reli, drifting, gymkhana, hingga hillclimb. Tak terhitung lagi event yang pernah ia ikuti selama bertahun-tahun. Kini, garasi Hoonigans kehilangan tuannya. Deretan mobil yang pernah menemani Ken Block akan menjadi saksi bisu dari setiap atraksi di masa lalu. Sebagai penghormatan bagi Ken Block, kami menyajikan deretan mobil jagoan yang pernah membuat kagum para penggemarnya.

Audi S1 Hoonitron

Audi of America mempersembahkan Audi S1 e-tron quattro Hoonitron yang dirancang khusus untuk Ken Block, setelah ia menjadi brand ambassador untuk Audi. Mobil yang diproyeksikan sebagai pengganti Ford Mustang Hoonicorn ini mengambil inspirasi dari Audi S1 Sport Quattro yang legendaris. Audi S1 Hoonitron menggunakan motor listrik 800 V dan empat baterai lithium-ion 17.3-kWh. Hasilnya ialah torsi monster sebesar 3.000 Nm.

Ford Mustang 1965 a.k.a. Hoonicorn RTR V2

Ford Mustang dibangun sebagai penerus Hoonicorn asli. Ken Block dan timnya memodifikasi mesin Ford V8 410 racikan Roush Yates. Kemudian diberi sepasang turbocharger unik buatan Garrett yang bertengger di atas intake maniford Switzer Dynamics. Hasil akhirnya? 1.400 hp yang disalurkan melalui sistem penggerak empat roda buatan Sadev. Jika Hoonicorn V1 dirancang sejak awal dengan konsep yang gila, maka Hoonicorn V2 ini menjadi lebih gila lagi.

Ford F-150 1977 a.k.a. Hoonitruck

Pickup Ford F-150 ini sengaja diciptakan untuk event Gymkhana TEN dan memang Ken Block juga menyukai truk pickup. Di masa lalu, mendiang ayahnya juga memiliki Ford F-150, sehingga mobil ini menjadi penghormatan Ken Block terhadap ayah tercintanya. Ford F-150 Hoonitruck ini pernah memperoleh penghargaan sebagai Best Dressed Truck/SUV, ketika dipajang di area Toyo Tires pada gelaran Tokyo Auto Salon 2019. Hoonitruck dibekali mesin Ford Performance/Roush Yates EcoBoost V6 3.5 liter twin turbocharger yang bertenaga 914 hp.

Ford Escort RS Cosworth WRC 1994 a.k.a. Cossie V2

Setelah mobil reli Ford Escort Cosworth Group A buatan 1991 milik Ken Block terbakar di tahun 2018 saat sedang berlaga, maka penggantinya pun segera disiapkan pada tahun 2019. Cossie V2 ini dirancang dan dibuat ulang dengan konsep yang lebih modern. Mesinnya menggunakan unit 2.0 liter dari Escort WRC yang diracik oleh Julian Godfrey Engineering, lalu dilengkapi dengan turbocharger buatan IHI dan restrictor turbo berukuran 34 mm.

Ford Escort RS Mk2 1978

Ford Escort klasik ini awalnya dibangun oleh Ken Block dengan spesifikasi reli tarmac. Ia pernah menggunakan mobil ini untuk event Rally New York 2010, lalu akhirnya disimpan di garasi. Tak lama kemudian, Ken Block memutuskan untuk merombaknya agar menjadi Ford Escort Mk2 pertama di dunia dengan spesifikasi gymkhana. Mesinnya digarap oleh Millington Racing Engines, berkapasitas 2.5 liter dan memiliki output hingga 333 hp.

Ford RS200 1986

Mobil reli ini dibuat untuk mengikuti kejuaraan reli dunia di kelas Group B. Ford RS200 milik Ken Block ini merupakan satu dari hanya 200 unit yang pernah dibuat untuk keperluan homologasi. Mesin 4 silindernya merupakan varian dari Evolution (hanya ada 24 unit di dunia), berkapasitas 2.1 liter dan tenaganya mampu mencapai 800 hp. Bodinya pun dilabur dengan cat warna hitam kombinasi antara finishing glossy dan matte. Suspensi coilover-nya menggunakan produk dari KW.  

Ford Fiesta ST 2015 a.k.a. RX43

RX43 atau singkatan dari rallycross #43 ini dikembangkan oleh M-sport sebagai mobil rallycross Ken Block untuk mengikuti event 2013 Global Rallycross Championship dan X Games rallycross. Fiesta RX43 dikenal memiliki torsinya yang amat melimpah, akselerasi 0-100 km/jam dapat diselesaikan dalam waktu 2 detik saja. Uniknya, untuk event FIA World Rallycross 2014, M-Sport membuat mobil kembar identik yang dikenal sebagai RX43B. Sebab RX43 yang bertenaga 600 hp ini sedang ‘sibuk’ di event domestik.

Ford Focus RS RX 2016

Mobil ini merupakan hasil dari kolaborasi global antara Ford Performance, Hoonigan Racing Division, dan M-Sport. Ford Focus RS RX menggunakan mesin EcoBoost 2.0 liter bertenaga 600 hp. Lagi-lagi, akselerasinya fenomenal, dari posisi diam hingga 100 km/jam cukup 2 detik saja. Ford Focus RS RX memang diciptakan untuk mengikuti kompetisi rallycross.

Ford Fiesta ST GYM3 2011

Ford Fiesta ini dikembangkan oleh Olsbergs MSE asal Swedia, untuk debutnya dalam video Gymkhana THREE. Fiesta GYM3 dikenal karena fisiknya yang berkelir hitam dan putih, dipadu dengan desain livery khas Ken Block. Bodi asli Fiesta ST diperkuat dengan titik pengelasan yang lebih rapat dan kokoh. Olsbergs MSE juga menyematkan roll bar berdesain khusus. Mesin Duratec 2.0 liter diracik ulang oleh Olsbergs dan dipadukan dengan transmisi sequential 6-speed buatan MakTrak.

Ford Fiesta ST HFHV 2014

Unit HFHV (Hybrid Function Hoon Vehicle) ini berbasis mobil reli Ford Fiesta WRC yang dibuat M-Sport, namun kemudian dikembangkan oleh Monster World Rally Team. Pengembangan ini dilakukan agar Fiesta ST HFHV memiliki kemampuan dan fleksibilitas untuk mengikuti event reli, rallycross, maupun gymkhana. Settingan suspensi, diferensial, kontrol mesin dapat diatur sesuai kebutuhan.

Airbag Ford Untuk Perlindungan Eksternal Mulai Dipatenkan

Selama beberapa dekade, teknologi airbag sebagai penunjang keselamatan pengemudi dan penumpang kendaraan terus berkembang. Berawal dari airbag yang hanya terpasang pada dasbor dan kemudi, kini airbag juga diaplikasikan pada bagian body luar. 

Apa gunanya? Untuk melindungi pejalan kaki, pemotor maupun pesepeda dari benturan.

Salah satu pabrikan otomotif yang menjadi pelopor perkembangan teknologi airbag adalah Ford Motor Company. Telah cukup banyak paten desain airbag Ford yang didaftarkan oleh pabrikan berjuluk The Blue Oval ini. Mungkin kompetitor terdekatnya hanyalah Volvo dan General Motors yang juga merupakan pelopor perkembangan teknologi kantung udara penyelamat jiwa.

Teknologi terbaru yang saat ini tengah dikembangkan oleh Ford yakni sistem airbag eksternal yang terintegrasi dengan bumper depan.

Hak paten dari rancangan airbag Ford tersebut telah didaftarkan pada United States Patent and Trademark Office (Kantor Urusan Hak Paten dan Merek Dagang Amerika Serikat).

Paten yang didaftarkan tak hanya sebatas desain kantung udaranya saja, namun termasuk seluruh mekanisme kerja dan sistem pendukungnya.

Berdasarkan gambar, pada bumper depan terdapat tiga rongga berisi kantung udara. Saat sensor mendeteksi terjadi benturan frontal atau sepersekian detik menjelang terjadi benturan terhadap pejalan kaki maupun pesepeda, maka kantung udara akan mengembang secara otomatis.

Desain airbag tersebut tak hanya melindungi korban pejalan kaki maupun pesepeda yang tertabrak, namun juga meredam energi benturan.

Sistem kerja dari kantung udara yang hak patennya didaftarkan oleh Ford kurang lebihnya mirip dengan sistem airbag eksternal yang terpasang pada bagian kap mesin untuk melindungi pejalan kaki yang tertabrak.

Akan seperti apa implementasi dari desain airbag eksternal yang kini dikembangkan oleh Ford tentu baru dapat kita lihat dalam waktu beberapa tahun mendatang. Kita tunggu saja!

 

Ford Escape V6_1

Ford Escape V6, Solusi Tampil Beda Bagi Penyuka SUV Medium

Kebutuhan kendaraan Sport Utility Vehicle (SUV) tidak pernah surut dari tahun ke tahun. Memiliki sebuah SUV memang punya kelebihan tersendiri, mulai dari sosoknya yang gagah, posisi mengemudi dengan visibilitas yang cukup oke, hingga ground clearance tinggi. Kali ini kami berkesempatan untuk mencoba sebuah SUV medium yang mulai jarang terlihat di jalan, yakni Ford Escape generasi pertama.

Ford Escape dikembangkan dan dirilis bersama dengan Mazda. Jika Escape adalah nama yang diberikan oleh Ford, maka Tribute merupakan nama yang dipakai oleh Mazda. Walaupun Escape dan Tribute memiliki basis monokok sama yang dibangun dari platform Ford CD2 (berdasarkan platform Mazda GF), tapi panel yang saling berbagai untuk kedua kendaraan itu hanya atap dan lantai.

Escape mulai dipasarkan oleh Ford untuk pasar global sejak tahun 2000, namun baru masuk ke Indonesia pada Oktober 2002 melalui PT. Ford Motor Indonesia. Ford Escape sempat menarik perhatian bagi pecinta SUV karena memiliki desain gagah dan tidak melupakan aspek kenyamanan. Untuk pasar tanah air, ada beberapa varian mesin bensin, yakni 4-silinder Zetec 2.0 liter (kemudian digantikan oleh Duratec 23 2.3 liter pada tahun 2004) dan V6 Duratec 30 3.0 liter.

Unit Ford Escape generasi pertama yang kami ulas ini ialah varian V6 bertransmisi otomatis 4-speed dan memiliki sistem penggerak empat roda. Meski sudah menganut desain yang tidak terlalu banyak sudut tajam, namun tetap saja ada beberapa ciri khas mobil Amerika tetap melekat. Sebut saja bentuk lampu depan dan belakang, dan tentunya tuas transmisi otomatis yang berada di kolom setir.

Khusus pada varian V6 ini, pemiliknya dimanjakan dengan kenyamanan kabin, karena material kulit melapisi seluruh jok dan lingkar setir. Tak ketinggalan, ada sunroof yang bertengger di bagian atap. Tampilan bodinya cukup macho dengan desain yang tidak terlalu bongsor. Ground clearance yang tidak terlalu tinggi, membuat Ford Escape mampu melaju di jalanan yang kurang mulus dan bergelombang, tanpa harus kompromi dengan kenyamanan.

Sistem penggerak empat roda ControlTrac II memang hanya tersedia di Indonesia melalui varian V6. Sistem ini memakai viscous coupling untuk menggantikan peran center differential pada kendaraan four-wheel drive. Pola kerja sistem ControlTrac II ialah membagi output mesin menuju keempat roda sesuai keadaan permukaan jalan.

Jika dalam keadaan normal, roda depan ‘kebagian’ porsi lebih banyak. Namun, ketika mulai menunjukkan gejala selip, maka viscous coupling mulai ‘membagi jatah’ torsi menuju ban belakang secara progresif. Sehingga keempat roda mendapat traksi yang ideal. Lebih lanjut, ada mechanical lock untuk sistem penggerak empat roda ini. Pengemudi dapat mengaktifkan fitur ini saat mobil dalam kondisi diam maupun ketika melaju hingga maksimal 90 km/jam.

Mesin V6 Duratec 30 memiliki tenaga mencapai 201 hp dan torsi puncaknya adalah 266 Nm. Mesin ini sebenarnya tidak ‘cengeng’, asalkan dirawat dengan baik. Namun ada beberapa hal pada bagian mesin V6 ini yang harus diperhatikan. Mulai dari rantai timing, gejala overheat, sektor pengapian, hingga konsumsi oli mesin. Karena usianya sudah lebih dari 10 tahun, maka bengkel spesialis Ford menjadi solusi yang tepat untuk merawat mobil ini.

Oli transmisi otomatis (atau ATF) juga harus diganti secara berkala, sebagai kunci utama keawetan usia transmisi Ford Escape V6. Sedangkan beberapa kendala yang biasanya ditemui pada sistem penggerak empat roda ialah di bagian sambungan as kopel menuju gardan serta as roda. Sedangkan untuk kaki-kaki, jarang ditemui masalah berarti.

Berbekal mesin 3.0 liter dengan kompresi 10:1, Ford Escape V6 dalam kondisi prima memiliki potensi untuk berakselerasi 0-100 km/jam dalam tempo 10 detik saja. Asyik juga kalau diajak buru-buru, apalagi keempat ‘kakinya’ berpijak di permukaan jalan. Kesimpulannya, Ford Escape V6 menjadi salah satu pilihan oke buat Anda yang ingin sebuah SUV medium dengan tampilan berbeda. Terlebih lagi memakai mesin 6 silinder dan berpenggerak empat roda. Siapa tahu Anda jadi senang ‘blusukan’…

Ford GT LM

Ford GT LM Edition, Edisi Perpisahan Terakhir

Ford hanya memproduksi 20 unit GT LM edisi khusus.

Sejak penampilan pertamanya di Detroit pada event NAIAS 2015, Ford GT menjadi salah satu mobil sport dari the Blue Oval yang diminati setelah Mustang. Dari target produksi sebanyak 1.000-unit yang direncanakan, Ford Motor Company malah memutuskan untuk menambah lagi produksinya sebanyak 350-unit pada Oktober 2018 lalu.

Meski begitu, akhir tahun ini Ford GT generasi kedua yang diproduksi oleh Multimatic di Kanada ini akan resmi tutup buku. Sebagai kado perpisahan, Ford pun memproduksi 20-unit mobil edisi khusus berlabel Ford GT LM Edition. Hmm… Inikah yang dinamakan malapetaka di dunia otomotif Dunia?

LM Edition bukanlah sekadar menjadi edisi penutup dari jajaran Ford GT, namun sekaligus menjadi memoar atas kemenangan Ford GT di kelas LMGTE Pro pada kejuaraan balap ketahanan Le Mans 24 Hours 2016. Mobil bernomor start 68 yang dipiloti Joey Hand, Sébastien Bourdais dan Dirk Müller berhasil menempati podium juara. Podium ketiga juga ditempati oleh mobil yang sama, mengapit tim balap Risi Competizione Ferrari yang meraih podium 2.

Eksterior mobil edisi khusus ini dilabur dengan warna khusus Liquid Silver dengan body kit serat karbon berwarna merah atau biru yang meliputi splitter depan, side sills, kap mesin, spion dan diffuser belakang. Sementara, velg GT 20-inci berbahan serat karbon dihiasi aksen warna biru atau merah pada barrel dalamnya sesuai pilihan, baut roda titanium, serta dipadukan dengan kaliper rem Brembo berwarna hitam. Di buritan, pipa exhaust ganda berbahan titanium dibuat dengan proses cetak 3D plus sematan emblem GT LM pada bagian atas exhaust tip.

Interior bermaterial Alcantara dan serat karbon

Ford pun mengemas area interiornya dengan tema warna merah dan biru sesuai warna body kit serat karbon yang dipilih oleh para konsumen. Apapun warna serat karbon pada eksterior yang Anda pilih, baik biru maupun merah, maka jok pengemudi berbahan serat karbon yang dilapisi kulit Alcantara akan tampil senada dengan warna eksterior. Sedangkan jok penumpang menggunakan lapisan kulit Alcantara berwarna Ebony Black dengan aksen jahitan berwarna senada dengan jok pengemudi.

Yang unik, semua emblem LM dan plakat nomor seri edisi khusus yang terpasang pada dashboard dicetak menggunakan printer 3D dan terbuat dari bubuk logam hasil daur ulang kruk-as mesin Ford GT Le Mans 2016 yang menempati posisi tiga. Sangat kreatif dan berselera tinggi. Seluruh unit mobil spesial ini akan selesai diproduksi pada akhir tahun ini. Harganya? Setengah juta dollar alias $500.000 lebih mahal dari versi standarnya untuk setiap unitnya.

Farewell Ford GT…

Ford Shelby GT500

Selamat Tinggal Ford Shelby GT500

Legenda otomotif Ford Shelby GT500 dimatikan demi efisiensi. 

Sebuah kabar yang cukup mengagetkan datang dari markas Ford di Detroit. Pabrikan Amerika ini menghilangkan dua opsi warna dari daftar tampilan eksterior Ford Mustang 2023, sekaligus mencoret nama Shelby GT500 dari etalasenya. Hmm…masa sang Unicorn telah berakhir.

Dengan demikian, maka Ford Mustang 2023 varian Mach 1 bermesin Coyote 5.0-liter V8 bertenaga 470 hp, akan menjadi model paling bertenaga dalam jajaran Mustang 2023. Paling tidak sebelum generasi baru Mustang mulai produksi November nanti. 

Kenapa Ford tega menghilangkan nama legendaris Shelby GT500?  Alasannya adalah efisiensi produksi mesin. Sebuah alasan klise yang menyedihkan. 

Dengan dipensiunkannya Shelby GT500, maka Ford Motor Company dapat melakukan efisiensi produksi mesin Predator V8. Sekaligus membuka slot jalur produksi yang kosong untuk perakitan model mobil lainnya. Hal ini sekaligus menguatkan prediksi yang merebak beberapa bulan lalu bahwa Ford F-150 Raptor R 2023 akan menggunakan mesin Predator V8 lungsuran Shelby GT500.

Spesifikasi Berbeda Tipis

Mesin Predator 5.2-liter V8 yang disuguhkan oleh Shelby GT500 dikatakan memiliki spek yang terpaut tipis dari pikap F-150 Raptor R. Raptor menggunakan supercharger berukuran 74.5 mm vs Mustang fastback berotot yang superchargernya berukuran 80.1 mm. Output tenaga GT500 760 hp pada 7.300 rpm, sedangkan sang Raptor punya 700 hp  di 7.000 rpm.  Terpaut sangat tipis.

Setting mesin Predator pada F-150 Raptor R-pun dirancang untuk menghasilkan torsi maksimum pada putaran mesin yang sangat rendah yakni 868 Nm pada putaran 4.250 rpm. Terpaut tipis dengan GT500 yang memuntahkan torsi maksimum 847 Nm pada putaran 5.000 rpm.

Dan, produksi Mustang 2023 pun rencananya akan berakhir pada pertengahan tahun 2023 mendatang dan digantikan oleh Mustang model 2024 yang saat ini tengah ramai diperbincangkan para pecinta American muscle car.

The legend is gone. Farewell Shelby GT500…

Rizky Vox

Ford Escort RS Turbo Eks-Lady Di Laku Lebih dari Rp 1,2 Milyar

Inilah satu-satunya Escort RS Turbo Series 1 berwarna hitam yang pernah diproduksi oleh Ford.

Bagi masyarakat dunia, sosok Diana Spencer atau Lady Di, tentu menjadi sosok yang diidolakan. Ternyata Lady Di pun pernah memiliki beberapa mobil yang cukup menarik. Salah satunya ialah Ford Escort RS Turbo Series 1 berwarna hitam. Mobil hot hatch ini digunakan oleh Lady Di sejak 23 Agustus 1985 hingga 1 Mei 1988, namun hingga kini odometernya baru menyentuh 24.961 mil atau nyaris 40 ribu kilometer saja.

Wajar saja jika Lady Di memilih Ford Escort RS Turbo sebagai salah satu mobil pribadinya, karena ia telah lama memiliki ‘hubungan spesial’ dengan Ford Escort. Sebelum menikah dengan Pangeran Charles, ia pernah mendapat hadiah pertunangan yaitu sebuah Ford Escort Ghia. Setelah resmi menjadi istri Pangeran Charles, Lady Di menggunakan Ford Escort 1.6i Cabriolet berwarna merah. Namun, karena alasan keamanan dan keselamatan Lady Di, maka disiapkan mobil penggantinya, yakni Escort RS Turbo Series 1.

Mobil ini menjadi unit yang unik. Karena departemen Special Vehicle Engineering di Ford ditugaskan untuk melakukan sejumlah langkah terhadap mobil tersebut. Mulai dari grille model lima garis layaknya Escort versi standard, kaca spion kabin tambahan untuk petugas pengamanan, dan radio komunikasi di dalam laci dashboard.

Hanya dua aksen yang membuat orang ‘ngeh’ kalau mobil Lady Di ini adalah Escort RS Turbo, yaitu striping bodi berwarna biru dan lampu kabut di bumper depan. Lagi-lagi, mobil ini memang istimewa, karena inilah satu-satunya Escort RS Turbo Series 1 berwarna hitam yang pernah diproduksi oleh Ford, berkat pesanan khusus dari S014 atau The Royalty Protection Command (Komando Pengamanan Kerajaan Inggris).

Sempat beberapa kali berpindah tangan

Setelah ‘masa bakti’ di keluarga Kerajaan Inggris, maka mobil ini dikembalikan ke kantor pusat Ford dan dibeli oleh Geoff King, seorang manager Ford Motor Company. Di tahun 1993, mobil ini kembali berpindah tangan ke seorang yang berasal dari kota Essex dan dipakainya selama satu tahun. Sekitar awal bulan November 1994, mobil ini berpindah tangan lagi sampai salah seorang kolektor Ford RS di Inggris langsung membelinya di tahun 2008.

Tahun ini, tepatnya di tanggal 27 Agustus 2022 silam, hot hatch bekas Lady Di ini dilelang oleh Silverstone Auctions. Setelah melalui sejumlah kompetisi sengit antara sejumlah penawar, akhirnya mobil ini dimenangkan oleh seorang pria asal kota Cheshire dengan harga £722,500 atau sekitar Rp 1,24 milyar. Harga yang super-edan (bagi kami) untuk sebuah Ford Escort RS Turbo Series 1, namun latar belakang sejarahnya yang membuat nilainya luar biasa.